Chapter 06

390 47 3
                                    

Jennie sudah hampir dua minggu dikurung di dalam kamar putih ini, tidak boleh keluar sama sekali. Hari-harinya dilalui dengan menatap ke luar dari jendela lantai dua ke pekarangan rumah Taehyung.

Jennie merasa sangat muak dan frustrasi karena bosan. Setelah memaksakan kehendaknya malam itu, Taehyung tidak pernah mengunjungi Jennie lagi. Mungkin dia sedang bersenang-senang dengan kekasih barunya. Jennie mencibir, mencoba mengabaikan perasaan seperti tercubit di dadanya. Tetapi, jika memang benar begitu, kenapa Taehyung tidak melepaskannya?

Apakah karena lelaki itu tahu bahwa Jennie berniat membunuhnya, jadi dia menawan Jennie di sini karena menganggap Jennie sebagai ancaman yang berbahaya? Kalau begitu, kenapa Taehyung tidak membunuhnya sekalian? Beberapa lama terpaku di jendela, Jennie menyadari bahwa ada kesibukan yang tidak biasa di luar sana. Beberapa mobil tampak lalu lalang keluar-masuk rumah Taehyung yang biasanya lengang. Sehari-hari pemandangan yang didapat Jennie hanyalah pengawal-pengawal Taehyung dan beberapa pelayan yang lewat di halaman depan rumah.

Kali ini Jennie melihat ada mobil bunga dan mobil catering. Apakah Taehyung akan mengadakan pesta? Kalau iya, mungkin saja kesempatan Jennie untuk melarikan diri bisa muncul kembali.

Sedang larut dalam lamunannya, tiba-tiba pintu kamar putih terbuka. Jennie bahkan tidak menolehkan kepalanya sedikitpun. Karena yang masuk ke kamar ini selalu hanya Norman yang mengantarkan makanan, dan pelayan yang membersihkan ruangan serta membawakan pakaian ganti untuknya- tentu saja di bawah pengawasan Norman.

Jennie tidak pernah berinteraksi dengan Norman lagi setelah kejadian kemarin, dan sepertinya lelaki itu juga tidak berniat untuk mengajaknya berbicara. Lagipula rasa bersalah yang ditanggung Jennie terlalu besar. Karena dialah Norman dihajar oleh Taehyung; bekas-bekas hajaran itu masih ada dari memar-memar di wajah Norman dan hidungnya yang patah.

Setiap melihat Norman, Jennie disergap perasaan ngeri dan rasa bersalah yang luar biasa. Taehyung mengancam akan membunuh siapapun yang lengah dan membiarkan Jennie lolos. Apakah sepadan mengorbankan satu nyawa demi meloloskan diri?

Jennie memang tidak kenal dengan Norman, tetapi kalau mendapatkan kebebasan dengan mengorbankan nyawa orang lain, tetap saja terasa tidak benar baginya...

"Jennie." Itu suara Taehyung. Jennie terlonjak saking kagetnya. Dia menolehkan kepalanya dan mendekati Taehyung yang berdiri di tengah ruangan. Lelaki itu sepertinya terdiam, mengamati Jennie yang sedang melamun sambil menatap ke luar jendela.

Otomatis Jennie mengepalkan tangannya, reaksi impulsifnya ketika menyadari aura Taehyung yang berkuasa memenuhi ruangan.

Taehyung melirik tangan Jennie yang terkepal, dan senyum sinis muncul di bibirnya. Lelaki itu menolehkan kepalanya ke belakang dan Jennie baru menyadari ada orang lain di belakang Taehyung, seorang laki-laki berbadan kecil dan sedikit gemulai.

"Ini Theo," gumam Taehyung tenang, "Dia akan mempersiapkanmu untuk nanti malam." Setelah berkata begitu, Taehyung melangkah mundur, membalikkan tubuhnya dan meninggalkan kamar itu.

Mempersiapkannya untuk apa?

"Kau sebenarnya cantik sekali, nona, hanya saja kau tidak pandai berdandan." Theo bergumam dengan suara gemulainya, memoles wajah Jennie yang masih memejamkan matanya di depan cermin.

Sementara Jennie masih memejamkan matanya, diam karena didandani oleh Theo... Kalau Taehyung menyuruhnya didandani, maka dia pasti akan diperbolehkan untuk turun ke pesta yang diadakan Taehyung. Hal itu berarti ada kesempatan baginya untuk melarikan diri dari rumah ini.

"Nah, sudah selesai, coba buka matamu." Gumam Theo ada nada puas dalam suaranya. Jennie membuka matanya pelan-pelan karena bulu mata palsu terasa memberatkan matanya. Dan dia terpana menatap sosok yang balas menatapnya di depan cermin itu.

Sleep With The Devil || TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang