Chapter 18

265 51 0
                                    

Entah berapa jam proses operasi yang menyiksa itu dan Taehyung duduk di sana dengan seluruh tubuh menegang dan tersiksa. Norman masih menunggunya di sana, sementara Suzy sudah berpamitan, karena puteranya membutuhkannya. Suzy bilang akan kembali besok pagi.

Lalu terdengar tangis bayi. Tangis bayi yang sangat kuat dan keras, seakan memompa seluruh udara yang ada ke dalam paru-parunya.

Taehyung terkesiap dan saling berpandangan dengan Norman, tubuhnya makin menegang. Apakah itu suara anaknya?

Tiba-tiba lampu menyala hijau, dan seorang perawat keluar, memanggilnya, "Tuan Taehyung Raveno."

Taehyung diajak masuk ke ruangan dalam di bagian ruang persiapan operasi, yang menjadi pembatas antara ruang tunggu dengan ruang operasi.

"Ini putera Anda, Tuan Taehyung, kami menunjukkannya sebelum dia dibawa ke kamar bayi."

Bayi itu menangis begitu keras, seolah-olah memprotes kenapa dia direnggut dari kehangatan yang nyaman di perut ibundanya ke dunia yang penuh mara bahaya ini.

Taehyung mengamati bayi itu dengan takjub, makhluk kecil tak berdaya itu, yang selama ini tumbuh di perut Jennie, darah dagingnya, yang tumbuh dari percintaannya dengan Jennie. Makhluk itu begitu tak berdaya, dan ingatan bahwa Taehyung memusuhinya dulu terasa begitu konyol. Anak laki-laki ini anaknya. Buah cintanya dengan Jennie. Perawat itu menunjukkan alat kelamin bayi itu, anak laki-laki yang sehat. Dan wajahnya itu, yang bahkan sudah menunjukkan kemiripan dengan seluruh keturunan Raveno, lalu membawa sang bayi ke ruangan khusus.

Sejenak Taehyung masih tertegun di sana, lalu teringat kepada Jennie... Jennie... bagaimana isterinya?

"Suster," Taehyung memanggil suster itu, berusaha agar tidak terdengar panik, "Bagaimana dengan isteri saya?"

Suster itu melirik ke ruang operasi, "Masih belum sadar, Tuan, kondisinya cukup stabil meskipun kita tidak tahu apa yang akan terjadi waktu-waktu mendatang. Anda bisa menengoknya nanti ketika dia sudah dipindah dari ruangan operasi ke ruangan ICCU." Lalu suster itu pergi meninggalkannya, memaksanya menunggu dalam ketidakpastian yang menyiksa lagi.

Kalau dulu, Taehyung pasti akan membentak, memaksa, menggunakan cara kasar agar bisa dituruti kemauannya. Dia ingin melihat Jennie segera! Kenapa para dokter tak becus itu begitu lama menanganinya? Tetapi Taehyung menahan dirinya. Tidak. Mereka sedang menyelamatkan Jennie. Dia tidak boleh mengganggu mereka, karena nyawa Jennie taruhannya.

***

Ruangan ICCU itu sepi, hanya ada Jennie dan suara detak jantungnya yang dimonitor. Jennie masih belum sadarkan diri, dan menurut penjelasan dokter tadi, kondisinya masih belum lepas dari kritis.

Taehyung duduk di sana, di samping ranjang Jennie, mengamati wajah Jennie yang terbaring pucat pasi. Dia pernah mengalami ini sebelumnya dan ternyata Ruby tidak pernah terbangun lagi. Akanlah Jennie melakukan hal yang sama pada dirinya?

"Kau tidak boleh meninggalkanku, Jennie," Taehyung menggeram parau, "Kau tidak boleh meninggalkanku sebelum aku mengizinkanmu. Putera kita menunggu di sana, ingin disusui jadi kau harus bangun dan menyusuinya, membantunya tumbuh menjadi anak yang sehat... yang..." suara Taehyung tertelan, menyadari bahwa dia sudah berkata-kata terlalu banyak.

Taehyung lalu menyentuh jemari Jennie dan menggenggamnya, "Maafkan aku," bisiknya parau, "Maafkan aku karena selalu memaksamu, menyakitimu, bahkan ketika kau mengandung anakku, aku tidak pernah memperhatikanmu seperti seharusnya." Dengan lembut Taehyung mengecup jemari Jennie, "Bangunlah sayang, dan akan kutebus semua kesalahanku."

Hening. Hanya suara monitor jantung yang terdengar teratur di ruangan itu. Taehyung menggenggam jemari Jennie makin erat, "Bangun sayang, apakah kau akan tega meninggalkanku dan putera kita? Kau bahkan belum memberinya nama, akan aku panggil apa dia?" Mata Taehyung terasa panas membakar.

Sleep With The Devil || TaennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang