17

105 22 5
                                    

Damn, tidak pernah sekalipun terpikir bahwa apa yang kualami hanyalah sebuah mimpi. Kenyataan hidup ku sebenarnya justru lebih menyenangkan di banding mimpi palsu itu.

"woy goblok! ngapain anjrit! siap siap ga lu! jelek mah jelek aja! kerja kerja!".

Mengapa Tuhan menjadikan Winter ini adikku secara nyata? sial, dia bahkan lebih menjengkelkan dari pada Minjeong dalam mimpi.

"iya babi! sabar!"

Mengapa kukatakan lebih menyenangkan? sebab terasa bebas. Dan juga sedikit bahagia.

"ngga ada kebahagiaan yang terus menerus bro, ada pasang surutnya kali hidup mah".

Benar bukan? kehidupan itu layaknya roda berputar. Terkadang bahagia disertai tawa terkadang menangis dan jatuh. Well itulah kehidupan di dunia.

Aku tengah berdiri di depan cermin kamar dengan merapikan pakaian yang ku kenakan. Hari memang tercatat siang, dan pekerjaan ku tidak hanya pada bar semalam.

"Ck, ternyata brutal juga".

Mengingat kejadian semalam dimana Miss Rose benar benar membawaku kedalam euphoria miliknya.

Tidak

Kami tidak bercumbu. Hanya saja, kami berbagi rasa dengan aksi yang menyenangkan. Bayangkan saja menurut pemikiran kalian masing masing haha.

Setelah kurasa cukup untuk penampilan, kini kulangkahkan kaki menuruni anak tangga. Rumah ini cukup besar namun tidak sebesar kepunyaan madam ataupun Miss Rose. Mau bagaimana lagi, ini adalah warisan.

"lama beut lu, kek cewe ribet anjing!"

Sudah biasa dengan mulut kotor bocah yang dijadikan adik oleh Tuhan. Winter benar benar spek berandal.

Aku mendekat pada dirinya yang tengah makan di meja, kuusak rambut adikku gemas. Kemudian mendekapnya sejenak.

"kapan dah lu sopan sama gua" ucapku asal.

"yeu kaga mau dah. Jauh jauh pemikiran kaya gitu. Lagian kalo gua jadi sopan malah kesannya kita canggung dan ngga deket lah ege". Penjelasan Winter kuangguki setuju.

Memang ke akraban timbul saat tidak ada canggung dan terkesan semena mena bukan? dan itulah gambaran aku dan adikku.

"udah ah, gua mau sekolah. Lu di cafe kan? ntar gua pulang sekolah kesitu bawa temen temen. Biar gacor".

Winter beranjak dari duduk kemudian ber tos ria dengan diriku. "iye iye, jangan nakal lu sekolah yang bener". Nasehatku.

Benar, beberapa saat tiba tiba memori kehidupan ku di dunia ini menjadi terekspose secara banyak. Sudah ku ketahui bahwa diri ini adalah warkaholic dengan timbunan pekerjaan yang ada di setiap waktu. Bersama dengan adikku yang sama halnya dengan aksi yang kulakukan.

"Damn, rame beut" 

Jalanan pagi ini ramai dan panas. Aku bahkan heran bagaimana cuaca hana terasa nyaman di malam hari saja? mengapa pada pagi dan siang sangat amat membuat ku tidak berhenti mengeluh.

"Dunia, sibuk".

Ku tancapkan gass sepeda motor menuju salah satu cafe di dekat kampus ternama di kota ini. Kampus yang sibuk dengan berbagai mahasiswa dari kalangan berada.

cling

"weitss, akhirnya lu dateng. Gimana, macet kah?".

Kalimat pertama yang kudengar saat memasuki cafe adalah sang owner yang menyambut.

"ck iya dah iyaa maaf, gua berangkatnya kemepetan. Maaf Wend". Ujarku kecil.

Son Wendy, owner cafe sekaligus mahasiswa penghuni kampus yang terletak tidak jauh dari usahanya itu termasuk kedalam jajaran teman. Benar, kami berteman saat masa sekolah menengah atas yang mana berlanjut sampai sekarang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

People - (ChaeSoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang