Grizella merapihkan penampilannya secepat mungkin, setelah merasa rapih ia berlari menuju pintu apartement Lucas yang sejak tadi berbunyi."Kenapa tak langsung masuk? Bukankah kamu tau kata sandinya?"
"Aku mau kamu yang menyambutku pulang."
Grizella mencoba menahan ekspresi sesantai mungkin, ia selalu tak pernah bisa berhenti tersenyum saat melihat Lucas, apalagi pria itu kini semakin rajin mengatakan kata-kata yang membuatnya semakin jantungan.
"Kamu masak apa? Baunya harum."
"Aku masak steak." Jawab Grizella seraya membantu Lucas membuka jasnya.
"Aku mandi dulu." Grizella mengangguk.
Lucas keluar dari kamar dengan kaus putih polos dan celana training hitamnya. Menghampiri Grizella di meja makan dengan handuk yang masih menyangkut di lehernya, rambut pria itu masih terlihat basah.
"Rambut kamu masih basah Lucas." Ujar Grizella, ia kemudian bangkit dan meminta Lucas untuk duduk tangannya dengan lihai mengeringkan rambut Lucas dengan handuknya.
Momen itu tak ingin Lucas lewatkan begitu saja, tangannya merambat meraih pinggang Grizella lalu menariknya hingga semakin mengikis jarak mereka.
"Dah, selesai."
Lucas mendongak dengan wajah yang terlihat segar, bibir pria itu terlihat basah dan berwarna merah muda. Sangat menggoda!
"Makasih, my love, my pumpkin, my appel, my babe, my__"
"Lucas..."
Pria itu justru terkekeh melihat wajah merona Grizella yang di godanya.
"Baiklah saatnya menyicipi masakanmu."
Grizella cemas dan dag dig dug, ia duduk di hadapan Lucas, menatap ragu dan cemas saat kekasihnya itu memotong daging steak lalu mengunyahnya dengan wajah tanpa ekspresi apapun.
Grizella hanya bisa menelan salivanya sendiri melihat Lucas akhirnya menelan daging steak tersebut. Grizella masih diam tak berniat memakan steak yang dibuatnya, ia terlalu penasaran bagaimana respon Lucas terhadap masakannya.
"Kenapa diam? Kamu gak makan?" Tanya Lucas yang akhirnya membuyarkan lamunan Grizella.
"Ah, iya aku akan makan."
Lucas mengulum senyumnya melihat wajah kecewa Grizella yang terlihat gemas di matanya, ia begitu senang menggoda gadis itu, diraihkan sebelah tangan Grizella lalu di kecupnya singkat.
"Makanannya enak, terima kasih."
"Menyebalkan, kau selalu membuatku kesal."
"Dan kamu mencintai pria menyebalkan ini."
"Ya sialnya di situ."
Lucas terkekeh.
Grizella meraih gelas yang sudah terisi oleh minuman anggur tersebut.
"Kamu dapat wine dari mana?" Tanya Lucas.
"Dari Fransiska, katanya sebagai hadiah."
Lucas mengangguk, lalu meneguk wine tersebut hingga tersisa sedikit.
"Besok kita jalan-jalan, bagaimana?" Grizella mengangguk antusias dengan mulut penuh, Lucas mengusap noda saus di sudut bibirnya.
"Tapi, gimana dengan pekerjaanmu?"
"Aku ambil libur." Grizella mengangguk paham.
"Kalau kamu masih ada pekerjaan aku bisa mengerti, aku gak mau ngebebanin kamu yang lagi sibuk kerja."
"Kamu bukan beban aku Ella, kamu adalah obat yang membuatku semangat menjalani hari."
"Jangan menggombal, tak akan mempan. Aku bukan lagi gadis yang mudah luluh seperti dulu."
"Benarkah?" Lucas bangkit lalu berjalan mengelilingi meja, mendekat ke arah Grizella dan mengangkat tubuh gadis itu untuk ditempatkannya di atas meja.
Grizella tertawa saat merasakan tangan Lucas yang menggelitik perutnya.
"Lucas stop! Geli."
Lucas menghentikannya, ia menatap Grizella dengan lekat dan penuh makna tersirat. Mereka saling tatap dalam diam, entah karena suasana yang mendukung atau karena hawa panas yang mulai terasa di tubuh mereka. Lucas mulai mendekatkan wajahnya, memagut bibir Grizella yang terlihat menggoda.
Lucas mengangkat kaki kiri Grizella agar melingkar di pinggangnya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk menarik pinggang kekasihnya itu, membuat tubuh mereka kian melekat.
"Lucas..." desahan merdu itu meluncur halus dari bibir Grizella.
Gadis itu refleks mengeratkan tangannya di leher Lucas saat pria itu menggendongnya seperti koala. Lucas membawanya menuju kamar, membaringkan tubuh Grizella dengan penuh kelembutan.
Mereka saling tatap dengan wajah memerah seolah menahan sesuatu yang ingin segera mereka tuntaskan.
Rasa panas di tubuh mereka kian menjalar luas, Lucas mencium kening Grizella lalu kembali menatap gadis itu seolah meminta ijin menyentuhnya lebih.
Grizella yang juga merasakan hal serupa dengan tubuhnya, ia hanya mampu merespon dengan mengangguk sampai akhirnya merasakan bibir lihai Lucas kembali menciumnya.
"I promise to slowly."
"Please, do it." Lucas yang melihat respon Grizella yang tak sabaran membuat ia tersenyum gemas.
Perlahan tapi pasti, mereka sudah saling memagut dengan hasrat yang kian menggebu.
"Sebenarnya, apa yang sahabatmu lakukan dengan wine nya?" Tanya Lucas di sela sentuhannya.
Grizella menutup matanya dengan ekspresi nikmat akan sentuhan Lucas terhadap tubuhnya.
"I don't now, please Lucas. I wan't you."
Lucas menarik kausnya hingga tubuhnya setengah telanjang. Seolah mendapatkan lampu hijau, Lucas kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda.
Aahh
"You look so beautiful honey." Puji Lucas.
Tak lagi bisa mengendalikan hasratnya yang kian menggebu, Lucas menangkalkan seluruh pakaiannya dan pakaian Grizella.
Malam itu menjadi malam yang panjang mereka yang penuh dengan kenikmatan.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
ALL I WANT IS YOU
Romance28 tahun sudah persahabatan Grizella, Varelino, David dan Lucas berjalan. Selama 12 tahun pula Grizella memendam perasaannya terhadap salah satu di antara mereka. Siapakah dia? 18+