4

37 6 0
                                    

Sekitar jam 5 sore barulah Grizella selesai dari latihan pianonya, hari ini begitu banyak yang dia pelajari dan ceramah dari sang pelatihnya sehingga membuat dirinya lupa walau hanya untuk sekedar makan.

Ia sedikit mereganggan lengan, leher dan pingganya untuk mengilangkan rasa pegal.

"Mau pulang?" Grizella menoleh, pria yang bertanya itu tersenyum. 

"Ryan, bikin kaget aja."

"Mau ku antar pulang?" Grizella menggeleng halus.

"Aku di jemput, mungkin lain kali." balas Grizella.

"Baiklah, Ah ya aku punya kabar yang mungkin ini tak ada hubungannya denganmu." Grizella diam menunggu pria di depannya melanjutkan. 

"2 bulan lagi aku akan bertunangan." mata Grizella membelalak terkejut sekaligus senang.

"Benarkah? Itu kabar yang sangat baik Ryan, apa kau akan menggundangku?" tanyanya dengan nada bercanda. 

"Tentu saja." Ryan menjawab, senyum bahagia seketika seketika pudar saat melihat raut wajah temannya itu terlihat murung.

"Ada apa Ryan? Kenapa kau terlihat sedih di saat kabar baik ini." Ryan menatap Grizella dengan lembut, matanya sayu dengan kelopak mata yang hitam karena terlalu banyak bergadang, menjadi seorang pelatih biola memang bukan hak yang mudah. Tangannya terulur meraih kedua tangan Grizella, gadis itu hanya diam dengan kebingungan. 

"Grizz, kau tau aku menyukaimu bahkan sangat menyukaimu. Aku selalu berusaha untuk menghapus perasaan ini tapi aku tak akan bisa melupakanmu. Takdir sudah mengatur segalanya aku senang melihatmu bahagia, meskipun kita sudah memiliki tujuan masing-masing kuharap kita akan selalu menjadi teman. Grizz, biarkan aku mengungkapkan isi hatiku sekali lagi tanpa menuntut balasan darimu aku hanya ingin mengatakannya saja. Aku mencintaimu Grizz."

"Ryan__"

Grizella menatap lekat mata hitam Ryan, dia percaya apa yang di katakan pria itu bukanlah sebuah kebohongan karena Grizella dapat melihatnya melewati mata pria itu bahwa ia berkata jujur dari dalam hatinya. Tanpa sadar Air matanya keluar dari pelupuk matanya, Ryan yang melihat itu langsung mendekap erat tubuh wanita yang di cintainya itu.

Grizella sedih dan senang bercampur aduk menjadi satu. Dirinya tak menyesal bisa di pertemukan dengan pria sebaik Ryan tetapi juga merasa sedih karena tak bisa membalas balas budi yang seimbang dengan kebaikan Pria itu selama ini terhadapnya. Mungkin dengan membalas perasaan pria itu balas budinya terlunaskan tapi Grizella tak bisa memaksakan hatinya untuk mencintai orang lain, karena dalam hatinya sudah tertulis nama pria lain. Ryan pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dan bisa mencintai pria itu dengan tulus, tentu saja itu bukan Grizella. Yang pasti Ia harap gadis yang akan menjadi tunangan Ryan nanti bisa menjaga dan memperlakukannya dengan baik.

Flashback on
Grizella Pov

Matahari yang awalnya bersinar terang hingga terasa menyengat kulit setiap orang kini sudah hilang digantingan dengan awan mendung yang menandakan hujan akan segera turun.

Tak selang berapa lama hujanpun turun membasahi bumi dengan rintikan airnya.

Orang-orang yang hendak pulang karena jam waktu sekolah sudah selesai kini mereka menundanya dan memutuskan untuk berteduh.

Aku semakin mengeratkan pelukan tanganku pada tubuhku ketika smilir angin lewat serasa menusuk kulitku. Diantara orang-orang yang sedang berteduh, mataku terus menerus melihat gerak-gerik seseorang yang berdiri beberapa meter dari tempatku. Seorang pria yang sedang memakai sebuah sweater berwarna navy. Kedua ujung bibirku ikut tertarik ketika melihatnya tertawa bersama teman-temannya. Tampannya, batinku.

Aku memalingkan wajahku saat melihatnya yang juga melihat ke arahku, berpura-pura mengobrol dengan teman di sampingku meskipun ekor mataku curi-curi pandang.

Sebesar inikah aku mencintainya? Batinku berbicara.

"Sampai kapan sih kamu mau mencintai sahabatmu itu secara diam-diam? Gak cape emang?"

Aku menoleh ke arah Fransiska.

"Kamu tau sendiri kita sahabat an dari kecil, lagi pula dia udah punya pacar." Ucap Grizella

Sebuah fakta yang membuat hatiku kembali tertusuk.

"Terus kamu mau menyiksa diri sampai kapan? Setidaknya jujur aja gak perlu minta balasan." Ceramahnya.

"Aku gak mau persahabatan kami menjadi hancur karena hal ini."

Percaya atau tidak aku memang sudah bersahabat sejak lahir dengan pria yang ku sukai ini, tapi tak dapat di pungkiri jika aku harus melewati hal ini. Perasaan yang tak seharusnya aku miliki padanya.

Tapi saat melihat matanya yang bulat dan bersinar membuat jantungku berirama, senyumnya yang menawan membuat tubuhku berdiri kaku. Bahkan dari banyaknya pria yang menyatakan perasaan suka terhadapku semuanya tak ada yang bisa menembus hatiku, karena hanya pria yang sedang berlari itu yang ku cintai.

All i want is you.

"Buat kamu." Pria yang sejak tadi menganggu pikiranku kini sudah berdiri di hadapanku, seraya memberikan coklat kepadaku.

"Katanya kamu lagi datang bulan, jadi aku belikan coklat. Aku tau moodmu sedang buruk." Katanya dengan senyum mencubit pipiku dengan gemas.

Flashback off

"Ella!" Grezilla tersadar dari lamunannya saat mendengar suara Lucas memanggilnya.

"Apa yang kamu pikirkan sampai tak mendengar aku memanggilmu Hum?" Tanya Lucas seraya memakaikan jaket pada pundak Sahabatnya itu, kebiasaan Grizella selalu memakai baju yang memperlihatkan bahu indah gadis itu.

"Tidak ada, aku hanya memikirkan mau makan apa."

"Kita ke basecamp Lino akan memasak untuk pertama kalinya." Wajah Grizella seketika berbinar.

"Really?" Lucas mengangguk.

"Ayo Lucas, aku tak sabar melihatnya memasak."

TBC....

ALL I WANT IS YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang