06. First Thing First

894 147 18
                                    

"I'm going to destroy Glory, and build my new Glory era."

•o•

"Jadi begitu," gumam Simon berusaha mencerna dan memahami seluruh cerita (Name). "Aku tidak tahu harus menanggapi bagaimana, tapi syukurlah kau masih bisa bertahan untuk kembali ke masa ini. Father tidak jadi membubarkan Glory, atau kata lainnya menunda. Setiap hari beliau berdoa kepada Tuhan, berharap setidaknya kau kembali walau sebentar. Tapi kau tidak pernah kembali, until his last breath he still hoped for your comeback."

Simon membawa (Name) ke rumahnya setelah kejadian menarik wanita keluar dari pusaran waktu. Rumah petak agak reyot, tidak begitu besar namun masih pantas untuk menyambut seorang tamu. Fasilitas yang diberikan dari pihak yayasan mungkin, tapi terlalu miskin hingga hanya mampu memberikan ini.

"... Aku selalu menjadi anak durhaka. Maaf. Andai aku dengarkan saranmu waktu itu, semua nggak bakal kacau."

Simon tertawa sambil menggeleng. "Tidak apa," bohong, dia merasa sakit kehilangan saudarinya itu. "Omong-omong, kau jadi agak berbeda dari yang terakhir aku ingat."

"Apa yang berbeda?"

"Cara bicaramu seperti anak muda gaul sekarang. Dan yang pasti kau jauh terlihat tenang." Simon menyulut rokok, menawarkan satu kepada (Name). Niatnya hanya bercanda, karena seingatnya (Name) tidak suka orang merokok.

"Makasih." (Name) mengambil rokok tersebut. Ia tidak memedulikan reaksi Simon yang terkejut karena perbuatannya jauh dari apa yang ia bayangkan. Perasaan sedih menghampirinya. Lantas membiarkan keheningan mengisi jarak.

(Name) yang ia ingat jauh berbeda dengan (Name) yang ada di depannya. Dari caranya menanggapi setiap ucapan Simon, dari wanita itu menatap Simon, dan bagaimana caranya berperilaku. Seperti dua orang yang berbeda, begitu kontras.

"Bagaimana kesan pertamamu melihatku setelah sekian lama berlalu? Aku melalui banyak hal, bukan berarti kau tidak memiliki banyak hal untuk diceritakan juga bukan?"

Simon tersentak, seakan (Name) membacanya seperti buku terbuka. "Uh, kau baik, mungkin--entahlah. Penampilanmu tidak berubah, seperti memang tidak pernah menua. Dan tidak ada hal yang bisa kuceritakan selain aku hidup dengan baik dalam persembunyian."

"... Hmmm, katakan, (Name). Bagaimana cara kerja lompat spasialmu?" Jujur Simon masih skeptis karena bagaimanapun hal yang seperti ini hanya muncul di film-film.

"Anggap saja kau baru saja mendengar presentasi, atau laporan hasil observasi. Dimana ada variabel terikat dan variabel penghambat dalam sebuah penelitian. Melompat spasial itu sama halnya kita berpindah tempat, hanya saja dalam kecepatan nol koma sekian detik. Melewati setiap sekon dan partikel.

"Sementara melompat masa adalah hal yang berbeda. Aku perlu mencari probabilitas yang paling mendekati, serta memproyeksikan kesadaranku lebih intens di masa depan. Yeah, aku akui aku kemarin sedikit terburu-buru, sehingga perkiraanku meleset beberapa angka.

"Sehingga boleh jadi ruang waktu atau perputaran waktu mengembalikan fisikku menjadi muda. Aku mungkin terlihat seperti wanita usia 20 tahunan, tapi aku lebih tua dari itu."

Haruskah Simon melambaikan bendera putih? Ia tidak paham. Wajahnya menampilkan ekspresi seperti idiot. (Name) tidak menyalahkan dan maklum saja karena fisika bukan cangkir teh semua orang. "Dengar, aku tidak memintamu memercayaiku dalam waktu dekat. Tapi aku bisa memegang ucapanku bahwa aku asli seratus persen saudari favoritmu."

Pick Poison || Killer PeterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang