11. Things Get More Serious

645 115 13
                                    

"You should be safe and alive, Soon-Gu."

-o-

Sekotak ayam goreng berada di pangkuannya. Lengkap dengan minuman bersoda yang baru saja ia pesan lewat seorang perawat yang bisa disogok. (Name) menikmati hidupnya dengan baik, bukan begitu?

Kamarnya tidak pernah ada yang mengunjungi. Presiden Choi hanya menjenguk saat pertama kali ia dilarikan ke rumah sakit. Ia tidak menjenguk lagi, pastinya tidk ingin membuat (Name) terlibat dalam masalah Glory lebih jauh.

Ia selalu sendiri ditemani kesunyian. Televisi dinyalakan meski tidak dotonton, sebisa mungkin membuat ruangan tetap ramai meski hanya dirinya seorang. Dulu, biasanya kalau ia sendirian di asrama biarawati dulu Peter akan menyelinap masuk ke kamarnya. Peter selalu memiliki jalan untuk masuk ke asrama. (Name) tidak mau tahu bagaimana Peter mengetahuinya.

Pernah suatu kali (Name) sedang sibuk mempersiapkan diri untuk ujian masuk perguruan tinggi, Peter menyelinap masuk sambil membawa jjajangmyeon.

"(Name), berhenti belajar sebentar. Kau belum makan sama sekali."

"Tidak mau, aku takut besok tidak bisa mengerjakan ujiannya. Bagaimana kalau aku gagal? Bagaimana kalau nanti hasilnya tidak memuaskan? Bagaimana—"

Peter membungkam mulut (Name) dengan tangannya. Ia menekan kedua pipi (Name) sampai bibirnya mengerucut. "Tidak akan ada yang kecewa (Name). Kalau kau tidak lulus itu artinya kau terjebak dengan Simon dalam misi terus."

Bibir (Name) berkedut sebal. Ia melempar pensil yang ia pegang ke Peter. "Tsk, ya sudah! Mana makanannya, aku lapar."

"Bilangnya tidak mau." Meski begitu Peter terkekeh geli melihat (Name) langsung membuka bungkus makanan dan langsung menyeruput mie dengan pasta kacang hitam.

Mereka makan sambil bercerita—(Name) yang lebih banyak berbicara. Sementara Peter memperhatikannya tanpa berkedip. Saat malam sudah larut, (Name) ketiduran. Peter yang masih setia menemani memindahkannya ke ranjang. Lalu ikut berbaring di sebelahnya. Itu sebelum Suster Anna memergoki keduanya dan berakhir dihukum bersama. Mereka tidak boleh bertemu untuk beberapa minggu ke depan.

Tanpa sadar (Name) terkekeh geli. Mengingat jaman itu sangat notalgia. (Name) merindukannya kalau boleh mengatakannya dengan lantang. Berusaha tidak terjebak dalam romansa lama sementara hatinya masih berlabuh pada pria itu sangat sulit. Bahkan saat melihat tubuhnya yang kaku dan dingin dalam tabung cairan pengawet, (Name) tidak bisa mengenyahkan perasaannya.

Kalau saja waktu itu tidak kabur (Name) pasti sudah memakai gaun putih dan berdiri di altar. Meninggalkan segala marabahaya, dan memiliki anak yang manis.

Air matanya lolos. Hampir saja jatuh ke ayam gorengnya. "Ah, apa sih. Kok melodramatis sekali? Nanti ayamnya jadi keasinan, (Name)," monolognya menyedihkan.

Ia menghapus air matanya dengan punggung tangan. Kotak ayamnya diletakkan di nakas samping ranjang rumah sakit. Tangan kanannya mengambil satu potong ayam. Sementara tangan kirinya membuka ponselnya. Ia membuka server CCTV rumah sakit yang masih terhubung dengan ponselnya.

(Name) berhasil menjaga keamanan data dirinya meski ia masuk ke pusat server Glory hanya bermodalkan ponsel sekon lawas yang sudah ketinggalan tren. Dia tidak memiliki banyak uang untuk membeli keluaran terbaru. (maaf, aku suka meng-highlight betapa miskinnya dia)

Pick Poison || Killer PeterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang