tw! teacher × student relationship
•o•
"My Sweetest Sin."
•o•
(Name) merasakan permukaan dingin menyentuh kulitnya. Saking dinginnya (Name) tersentak bangun. Matanya yang terpejam sontak terbuka untuk mendapati dirinya di sebuah ruangan latihan. Ia duduk di salah satu bangku menghadap para rekannya yang bertarung sampai salah satu di antaranya tumbang.
Ia menoleh ke samping saat melihat Cruz membawa dua buah kaleng minuman dingin yang salah satunya sempat ditempelkan ke pipi (Name). "Untukmu," katanya sambil menyodorkan salah satu untuk (Name)
"Makasih." (Name) menyambutnya dengan senang hati.
"Katanya mau ke rumah sakit. Mau bertemu dengan Profesor Nathaniel?"
Hanya anggukan malas yang diberikan (Name). Ia tidak dalam mood yang baik sebab jam tidurnya yang berantakan. Ia baru selesai mengantar paket untuk dikirim ke Kapal Pesiar Hantu. Lalu kini ia harus pergi ke Rumah Sakit Kehormatan untuk menemui Nathaniel. "Raphael sudah menjanjikan mayat Peter untukku."
"... Setelah itu apa? Apa Nona mau keluar dari Glory."
(Name) meneguk habis minuman kaleng tersebut. Lantas mendengus dingin. "As if i can leave this place. Pilihannya hanya kabur, Mandelez," ujarnya sebelum mengambil tas berisi baju ganti. Ia berpamitan dengan rekannya untuk menuju ruang ganti.
Langkahnya membawanya menuju bilik kamar mandi terlebih dahulu. Ia mandi sebentar lalu mengganti pakaiannya dengan gaun selutut berwarna hitam. Ia memasangkan jaring-jaring ke gulungan rambutnya menambah kesan duka. (Name) mengecek penampilannya sekali lagi pada cermin, ia melihat kerutan di beberapa tempat di wajahnya. Agak menyayangkan kecantikannya yang tidak awet.
Dengan segera ia pergi ke rumah sakit untuk menemui Nathaniel setelahnya. (Name) dibawa ke bangunan bawah tanah dari rumah sakit. Matanya selalu menatap awas dokter di depannya. Ada perasaan jijik dan benci dengan jalan pikir Nathaniel yang membuat manusia menjadi objek eksperimennya.
"Pandanganmu terlalu jelas. Apa kau menyadarinya?" celetuk Nathaniel seraya membuka pintu dengan kartu aksesnya. Ekspresi tidak minatnya selalu membuat (Name) ingin mengacak-acak wajah itu.
"Tidak. Aku tidak menyadarinya."
Decakan malas terdengar dari dokter gila itu. (Name) berjalan mendahuluinya setelah pintu terbuka. Mata beriris almond tersebut menelusur ruangan luas berisi puluhan tabung yang selalu bertambah setiap waktu ke waktu. DI tengah-tengah (Name) menemukan tabung milik Peter.
Entah sudah berapa lama di dalam cairan pengawet mayat. (Name) mendekatkan dirinya pada tabung tersebut. Menahan napasnya ketika melihat wajah yang familiar itu telah mengerut. Tubuhnya berbalik kepada Nathaniel.
Pria bersurai hijau keabu-abuan itu melangkah lebih dekat. Tangannya terulur menyentuh tabung milik Peter. "Aku hanya mendapat kekecewaan saat meneliti mayatnya. Mungkin karena sel kanker menggerogotinya. Siapa tahu?" Tidak ada sarat akan penyesalan dalam nada bicaranya.
(Name) mengepalkan tangannya. Ada keinginan untuk menonjok wajah pria ini namun urung sebab tidak ingin semakin rumit. "Tolong dikremasikan saja mayatnya. Aku akan mengambil abunya besok setelah mengirim barang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Poison || Killer Peter
Fiksi Penggemar"Masih ingat saat kamu mengajakku kabur untuk menikah?" "Jangan salahkan aku, mereka berkata padaku untuk mengajakmu menikah." --- In which, the miscalculation bring her back to young again. And the good thing is, so does her lovely soon-to-be husba...