disclaimer first! i was inspired by The Umbrella Academy when i wrote this chapter. however, the storyline still my ideas. so, enjoy!
•o•
"All i see is destruction and pains."
•o•
(Name) merebahkan dirinya setelah hari yang panjang. Ia mengangkat tangannya ke atas menutup sebagian pandangannya dari langit-langit kamar. Ia bisa melihat cincin permata yang tersemat di jari manisnya. "Aku hidup di mimpi semua gadis," gumamnya tersenyum kecil.
Nanti malam agendanya makan malam bersama Father dan para apostel. Entah apa lagi yang akan direncanakan oleh Father. Dia adalah misteri itu sendiri. Sudah cukup dengan membawa anak baru hanya karena (Name) menolak posisi apostel. Kali ini kejutan apa yang akan diberikan oleh Father.
Tanpa sadar (Name) tertidur karena kelelahan. Hari ini cukup melelahkan karena ia kembali bermain-main di masa depan. Kali ini sedikit jauh dari kemarin. Ia melihat apa yang terjadi minggu depan. Yang pasti semua apostel sudah melanjutkan misi mereka dan meninggalkannya dalam kesendirian lagi. Simon juga sibuk bukan main, sementara Peter ke Eropa untuk menjalani misi penting. Tersisa dirinya dan anak itu.
Ah! Saking senangnya bermain di masa depan sampai terbawa mimpi.
Hingga tibalah waktu makan malam. (Name) mengenakan gaun dengan panjang hingga mata kaki berwarna putih, gaunnya memiliki kerah hingga menutupi sebagian lehernya. Lengan gaun tersebut menutupi 3/4 dari lengan (Name). Gaunnya tidak mengembang seperti gaun pesta, hanya berwarna putih saja dengan cape putih di pundaknya. Ia memakai kalung salib yang diberikan Father sebagai identitas bahwa ia adalah anggota inti dari Glory.
Well, she's ready now. Off she goes!
Simon menjemputnya di depan.
"Coba dipikir-pikir kembali, orang mana yang mengadakan makan malam bersama jam 10 malam?" celetuk (Name) sarkas. Dia tidak marah, hanya saja dia sedang diet. Ia harus tampil sempurna saat pernikahan dengan gaun putih impiannya.
Pria yang lebih muda itu terkekeh kecil. "Kau diet, eh? Lagi pula kau tahu sendiri ini bukan hanya sekedar makan malam." Ia mengembuskan napas panjang seraya memandang jauh ke depan. "Aku sempat dengar kalau Father sepertinya akan mengirimmu ke Jepang. Kondisi saat ini sedikit genting karena ada yang mengincarmu, Elijah."
Tidak ada rasa terkejut. (Name) sudah siap dengan semua konsekuensi semenjak bergabung secara tidak resmi dengan Glory. Father melatihnya bukan secara cuma-cuma. (Name) adalah senjata rahasia Glory. Selain ia diberi tempat tinggal dan pendidikan, (Name) diberi perlindungan khusus karena kemampuannya melompat spasial. Namun, kemampuannya itu harus disembunyikan karena beberapa alasan. Menyisakan Father dan (Name) yang tahu.
(Name) hanya tertawa kecil. Ia tidak memedulikan Simon yang menatapnya bingung. Ia berjalan mendahului pria berambut ungu tersebut. "Anyway, you didn't pick me up just to tell me this trivial matter, right? Ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Tidak ada. Hanya saja aku bermimpi buruk."
"Kau takut, eh?" ejek (Name) menatap Simon dengan pandangan geli.
"Aku serius, (Name)," SImon menghentikan (Name), "Di sana aku kehilangan dirimu. Tidak hanya aku, kita semua kehilangan dirimu. Dan firasatku benar-benar buruk malam ini—jadi tolong, apapun yang dikatakan Father nanti jangan diambil hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Poison || Killer Peter
Fanfic"Masih ingat saat kamu mengajakku kabur untuk menikah?" "Jangan salahkan aku, mereka berkata padaku untuk mengajakmu menikah." --- In which, the miscalculation bring her back to young again. And the good thing is, so does her lovely soon-to-be husba...