15. The Truth Untold

541 108 21
                                    

"Woopsie!"

•o•

Pulau Yoo-Il

Siapa yang kecewa saat mengira tugas sukarela ternyata bukan misi Glory?

Tentu saja Dokgo bersaudara. Mereka tantrum di hadapan anak-anak kecil tidak ingat umur. Di sisi lain Yuna berusaha menyembunyikan rasa malunya sebab ulah kedua pemuda kekanakan itu. Mereka baru berhenti saat seorang wanita mengaku sebagai guru di Sekolah Yoo-Il datang. "Kalian anak-anak yang menjadi relawan kali ini ya?"

Dokgo bersaudara langsung berdiri dan mencabut rumput liar—beserta bunganya. "Sudah nggak bisa diobati," kata Yuna.

Peter sendiri, dengan seragam sekolahnya dan nametag Soon-Gu, tampak lesu dan tak bersemangat.

Salah satu penyebabnya adalah ia kecewa dengan tugas kali ini. Ia sebenarnya tidak mengharapkan apapun, melainkan ia mencurigai intensi dari Glory memberi tugas sukarela kali ini. Salah lainnya, karena ia harus meninggalkan Elijah dan pergi ke sini.

Ayolah, ia baru saja merasakan musim semi kembali setelah menjadi tua dan kembali muda. Apa takdir juga akan memisahkan dirinya dan Elijah? (Alay)

Peter hanya menghela napas panjang. Ia mengalami pubertas dua kali, dan rasanya buruk. Hormon remajanya kadang melonjak, seperti saat di apartemen Elijah. Telinganya terasa panas dan memerah seperti tomat walau air mukanya masih tenang tidak menunjukkan ekspresi.

"Selamat datang di Pulau Yoo-Il! Kalian pasti relawan yang menjalankan tugas sukarela kan?"

Seorang pria paruh baya, di umur sekitar 40 akhir atau lima puluh awal, menyapa mereka. Ia memegang sapu dengan tulusan sapu luar tergantung di ujung gagang. Senyumnya ramah menyambut dengan hangat. 

Ia memakai seragam biru dan topi, sekilas penampilannya rapi. Bu Guru Yejin mengenalkannya sebagai Pak Penjaga sekolah. Lagaknya sangat konyol dengan lelucon bapak-bapak yang garing. Meski begitu gerak-geriknya terasa aneh di mata Soon-Gu.

"Ayo, kutunjukkan jalannya!" Dia mengajak mereka untuk ke halaman belakang. Pak Penjaga berjalan duluan sementara Yuna dan Soon-Gu menyusul di belakangnya.

Mungkin dari caranya berjalan yang sunyi tanpa suara, atau boleh jadi caranya berbicara yang terkesan dibuat-buat ramahnya.

Yang pasti Peter memiliki suatu kecurigaan.

Waktu berjalan cepat. Langit sudah bertahtakan bintang gemerlapan. Terlihat lebih jelas daripada di kota sebab faktor intensitas cahaya cenderung lebih sedikit. Yuna termenung di ayunan hanya berbalut jaket putih dan celana pendek. Ia kembali memutar ingatannya saat di rumah sakit tempo hari.

Elijah membawanya dalam perjalanan memusingkan hanya dalam kedipan mata. Ia tidak mengerti bagaimana suatu kemampuan seperti itu bisa ada. Benar memang ia melihat banyak orang berkemampuan hebat menjadi killer. Tapi kemampuan Elijah berbeda.

Seperti yang ada dalam novel sci-fi atau film. Tidak masuk akal sekali baginya yang tidak memiliki teori kuat.

Di samping itu, ia ingat Elijah membawa koper kecil yang ia yakini berisi serum darah. Namun serum itu berada di tangan Soon-Gu begitu mereka pulang.

Ia belum sempat berterima kasih.

"Kau teringat adikmu?"

Yuna memekik terkejut. Ia melihat Soon-Gu datang dari belakang secara tiba-tiba mengejutkannya. "Mengagetkan saja!"

Soon-Gu mendengus merasa geli hanya karena Yuna terkejut karena kehadirannya. Lalu ia mengambil posisi duduk di ayunan sebelah Yuna.

Pick Poison || Killer PeterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang