"(Name) Dearest, am i hallucinating again?"
•o•
Seluruh kelas di SMA Kehormatan telah dimatikan lampunya. Hanya beberapa tempat yang masih dinyalakan. Seperti kelas tambahan khusus klub relawan.
"Oi, Lee Yuna! Kau jangan makan terus, dong! Kita harus bertemu Pak Guru habis ini," ucap remaja laki-laki bertubuh pendek. Dokgo Hyung, namanya tertera pada nametag.
"Berisik kau! Soon-Gu saja masih santai!" balas gadis berambut panjang dengan pipi yang penuh camilan. Lee Yuna, gadis yang tengah asyik makan itu menunjuk remaja laki-laki lain yang berdiri dekat jendela sambil menatap lapangan sekolah yang sepi.
"Bocah nepotisme, kau ngelamun apa? Seperti orang baru patah hati saja, menyedihkan." Dokgo Je, laki-laki yang menjadi adik Dokgo Hyung tersebut mendekati Soon-Gu.
Boleh jadi memang benar. Soon-Gu mungkin sedang patah hati. Sudah bertahun-tahun kepergian wanita yang ia sukai—atau cintai/?, menghilang. Entahlah, Soon-Gu masih mencintai wanita yang hanya tersisa dalam kenangan yang samarnya itu atau tidak. (Dia hanya denial)
Matanya masih menatap lapangan kosong. Tak bergerak sedikitpun. Siapa yang dapat membuat seorang killer genius pada masanya jatuh tak berdaya. Hanya calon istrinya yang dapat melakukan hal kejam itu padanya.
Calon istrinya, Elijah—tidak, Yun (Name). Wanita cantik dengan kehangatan yang tak tertandingi. Tempatnya selalu berpulang dan berkeluh kesah. Meski wanita itu benar-benar tidak peka padahal ia sudah menyuarakan perasaannya dengan lantang. Tidak ada yang bisa melacak keberadaannya sama sekali, bahkan hacker sekelas Jiwon yang dapat mengakses seluruh informasi tidak mengetahui keberadaannya
"Bocah nepotisme, apa kau akan tinggal atau ikut menemui Pak Guru."
"Uh, yeah, aku ikut."
•o•
Umpatan dan makian tidak lepas dari bibir manis yang mengabsen seluruh kata-kata mutiara paling bijak itu. (Name) bosan dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain membaca berita yang sedang tren. Ia sudah mengirim surat lamaran ke SMA Kehormatan. Identitasnya sudah berhasil diperbarui—maksudnya dipalsukan.
(Name) berhasil menyewa apartemen murah. Pintu masuk berada di sebelah dapur. Sementara dapur menghadap ke ruang tamu. Di dapur terdapat meja bundar kecil di pojok dengan dua kursi. Kamar tidurnya hanya satu berseberangan dengan kamar mandi. Serta balkon yang tidak begitu besar, cukup untuk nanti (Name) tambahi jemuran kecil dan tanaman.
Ia membeli keperluan yang sekiranya sangat penting seperti kasur lipat, peralatan dapur, peralatan di kamar mandi dan jemuran besi. Yang sudah tersedia di dari awal hanya kompor tanam, meja di dapur, serta lemari. Katanya memang sengaja ditinggalkan pemilik sebelumnya. Sofa di ruang tamu ia beli secara kredit, biar tidak kosong.
Yah, mau bagaimana lagi? Ia masih berusaha mengumpulkan uang supaya hidup enak. Yang ia dapatkan sekarang sudah cukup.
Dengan banyaknya keberuntungan yang ia dapatkan—termasuk awet muda. Ia seharusnya lebih banyak ke gereja untuk berdoa dan bersyukur.
"Sepertinya aku harus keluar."
Ia tidak bisa terus seperti ini sambil menunggu panggilan kerja!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pick Poison || Killer Peter
Fanfiction"Masih ingat saat kamu mengajakku kabur untuk menikah?" "Jangan salahkan aku, mereka berkata padaku untuk mengajakmu menikah." --- In which, the miscalculation bring her back to young again. And the good thing is, so does her lovely soon-to-be husba...