03. Elopement

1.2K 216 19
                                    

"Marry me, and i let everything go."

•o•

16 April, 15.45 KST

Pukulan demi pukulan dilayangkan pada samsak tinju. Ketika amarah memuncak bercampur dengan kekecewaan. Seluruh rencana yang ia rangkai hancur dengan satu larangan.

Bugh!

Satu pukulan kencang hingga membuat samsak tinju berlubang dan mengeluarkan isinya. (Name) menengadah ke atas, matanya menatap lurus langit-langit ruang latihan. Mulutnya mengeluarkan embusan napas kasar. "Seharusnya aku tahu itu akan datang. Tapi rasanya sesak."

Pikirannya dipenuhi oleh kekalutan. Apakah dirinya kurang kuat? Apakah dirinya kurang pintar? Atau apa? Maksudnya— ia sudah berusaha keras mengumpulkan data, mulai dari probabilitas, variabel terikat dan variabel penghambatnya. (Name) juga sudah berlatih keras untuk menghadapi orang-orang yang kemungkinan di masa depan bisa menyakitinya— atau sebagainya.

Ia kembali menghela napas panjang. Dibiarkannya samsak tersebut rusak. Tangannya melepas sarung tangan boxing dengan tergesa. "Kita tidak tahu sejauh mana kemampuan kita kalau tidak mencobanya bukan?"

Berbekal nekad, (Name) meraih tasnya dan jaketnya. Ia bergegas keluar dari ruang latihan menuju tempat sepi di belakang panti asuhan. Tidak ada orang yang mau ke sana karena tempatnya sedikit angker, terlebih tak jauh dari sana ada kapel yang terbengkalai. Takhayul masih saja menjadi makanan sehari-hari orang.

Padang rumput sejauh mata memiliki tinggi sebetis. Lebah dan kupu-kupu beterbangan. (Name) menjatuhkan tasnya dan segera memakai jaket. Ia mengambil buku catatan kecil di tasnya. Lalu mulai melanjutkan perhitungannya. "Aku hanya perlu mencoba menjangkau besok, dan kembali setelah 10 menit... kemungkinan... 40 dan 78...  kalau F adalah 5... pukul 10.00..." gumamnya lirih seperti meracau.

Ketemu!

Buku catatan tersebut dimasukkan ke dalam saku. (Name) menatap fokus kedua tangannya. Ia mulai menggenggam erat seakan telah mendapatkan tali tambang yang harus ditarik. "Here we go!"

Cahaya biru keluar dari tangannya menyelimuti pergelangan. Saat (Name) mendorong dirinya ke depan ia merasa tersedot ke dalam pusaran yang memusingkan. Dalam sekejap mata (Name) kembali di tempat yang sama. Ia masih dapat melihat salib di kapel terbengkalai. Padang ilalang masih sama.

"Apa ini berhasil?"

(Name) menoleh kesana-kemari seperti orang linglung. Ia seperti orang tolol sekarang.

Tidak ada cara lain selain mencari tahu sendiri. Ia kembali ke area panti asuhan. Bisa dilihat banyak anak-anak kecil bermain dengan riang.

"Kak (Name)! Kakak dari mana saja? Kemarin ada kakak tinggi tampan mencari kakak! Katanya Kakak menghilang seharian."

Kikuk. Tiba-tiba seorang gadis kecil menghampirinya dan mencercanya dengan pertanyaan. "Kakak dari mana sampai bisa hilang? Kakak tampan itu siapa? Apa itu kekasih kakak?"

Wow. Anak-anak sangat bersemangat. (Name) hanya terkekeh kikuk. "Ahahaha, aku menginap di rumah teman. Memang tidak izin dari ketua asrama, makanya dicari. Kemungkinan kakak tampan itu adalah ketua asramaku," jawab (Name) berusaha tidak benar-benar berbohong.

Pick Poison || Killer PeterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang