12

115 15 0
                                    

"waktunya pergantian shift"

seorang wanita memicingkan mata, sedikit meneloh ke arah kiri begitu jas dokternya ia lepaskan. sosok tampan berdiri disana, cukup syok juga "Pond?"

"Prim?"

wanita itu masih kaget, menarik lengan Pond sangat antusias "bagaimana bisa? kau benar-benar ada disini?, terakhir kali kudengar kau memutuskan untuk pergi dari Bangkok"

rasanya hampir gila, Pond mundur beberapa langkah "kita harus bergantian shift"

"Pond..."

"aku tak punya waktu untuk mengobrol"

"aku akan menunggu hingga shift mu selesai" Prim mengangguk semangat, menggantung jas dokternya kemudian mengambil tas dengan wajah berseri-seri.

"Prim... jangan menungguku, aku mohon" itu kata terakhir, sampai Pond yang lebih dulu meninggalkan ruangan itu.

sudah cukup, dia tak pernah meminta banyak cerita berliku di hidupnya. satu kisah saja cukup, cerita usang tak layak di tamatkan. pundak pria tampan itu terasa berat, ia menghela nafas.

Menambah orang lain dalam hidupnya sama saja menambah rintangan.

Phuwin yang manis, satu-satunya tujuan, masih menjadi harapan yang kuat. Dan selalu jadi mimpi indah, namun belum sempat terkabulkan.

Cuaca dingin malam itu cukup mengkhawatirkan, Pond menarik papan kecil dengan beberapa lembar kertas di tangannya berisi info para pasien yang baru saja di pindahkan ke kamar inap.

Mata lelaki tampan itu sedikit memicing, dengan langkah teratur mendekati kaca ruang UGD. Sebuah pesan masuk terdengar nyaring di tengah situasi sunyi, kepala Pond menunduk mengamati layar benda persegi di tangannya.

'Phuwin telah siap untuk menginap di hari pertamanya melakukan kemoterapi, nanti aku akan mengabari mu lagi'

Dalam setiap detak jantung, Pond berharap semesta mendengar rintihan hatinya. Sejauh ini dia hanya bisa mempersembahkan Cinta sebagai obat mujarab yang menghilangkan segala rasa ragu di antara mereka.

"Hufhhh...."

"Dokter..."

Pond terkesiap, membalikkan badan saat seorang perawat lelaki menatapnya bingung.

"di sebelah sini Dokter, kita kedatangan banyak pasien korban kecelakaan bus"

Dia mengangguk cepat, memperbaiki posisi stetoskop kemudian berjalan terburu-buru ke arah kerumunan yang di antaranya para perawat yang memberikan penanganan pada para pasien UGD.

Pond bungkam, Alarm nyaring berdenting. Koridor UGD mendadak riuh oleh langkah kaki tergesa-gesa. Para perawat dari unit lain ikut berjibaku dengan waktu, menyelamatkan nyawa demi nyawa yang terluka parah akibat kecelakaan maut itu.

Satu persatu, Pond menangani para pasien nampak kewalahan. Bahkan di beberapa sisi dia dapat melihat sangat jelas, sosok wanita yang ia temui di ruangan tadi juga ada disana ikut membantu.

Dokter cantik, dengan stetoskop di leher dan semangat penuh menjadi salah satu garda terdepan dalam pertempuran. Tangan lentik terlatih cekatan melakukan tindakan medis yang diperlukan, menyelamatkan nyawa demi nyawa.

"Dokter, delapan pasien sudah siap di pindahkan ke ruang inap"

Pond mengangguk dengan wajah bingung, sejak tadi pikirannya tak fokus dan banyak dari pasien sudah di dorong ke kamar lain. Matanya kembali mencuri pandang ke arah Prim, sadar betul bahwa gadis itu juga memperhatikannya.

"Dokter, sebentar lagi laporan dari para pasien akan di serahkan pada unit lain, nanti saya akan mengantarnya" perawat pria itu menunduk hormat meninggalkan Pond, melanjutkan pekerjaan lain.

Love Opens The Way [PondPhuwin]18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang