13

88 14 1
                                    

"aku tak bisa melihat mu dengan jelas"

"Sepertinya Dokter sangat lelah"

"Sayang, tolong cepat sembuh"

"Aku ingin sembuh, tapi tak bisa berjanji"

"Masih banyak tempat indah yang belum kita datangi, masih banyak kanvas kosong yang harus di lukis. Jalan setapak di sepanjang halaman rumah sakit belum penuh dengan lukisanmu"

"Dokter Pond... Surga punya halaman yang luas"

Pond menatap mata cantik itu, mengamati tiap garis indah di wajah pujaan hatinya "surga punya halaman yang luas, tapi aku masih ingin menghabiskan waktu lebih banyak di halaman milik kita Phu..."

"Dokter Pond... Aku hampir menyerah..."

Suara pintu membuat tubuh Pond tersentak, matanya mengarungi langit kamar inap dengan peluh keringat di seluruh tubuh. Pandangannya kini mengarah pada sosok manis yang tenang masih terlelap di ranjang inap, dadanya bergemuruh tak karuan. Rasa sedih menjadi berkali-kali lipat lebih besar.

"Sayang..." Pond berdiri, menghampiri selang infus yang sebentar lagi akan habis. Air matanya menetes, di sertai usapan tegas di punggung tangannya "sayang... Apa kau lelah? Apa aku terlalu memaksa mu? Apakah harapanku adalah mimpi buruk bagimu?"

Lantas bagaimana dengan janji yang pernah mereka utarakan?

Bagaimana dengan pelukan hangat sebelum fajar menyingsing?

"Dokter..."

Pond menyeka wajahnya, berbalik pada perawat yang sudah bersiap melepas selang infus dari tangan kekasihnya. "Maaf, silahkan..." Dia berdiri tak jauh dari sana, mengamati bagaimana Phuwin mulai tersadar saat tidurnya di ganggu.

"Terima kasih..."

Selang beberapa saat, wanita itu Keluar dari kamar inap, menyisakan Pond seorang diri menemani sosok manis kesayangannya. "Sayang, Bagaimana perasaan mu?"

"Dokter Pond..." Phuwin melambaikan tangan, menyeka angin dengan tatapan mata kosong 

"iya sayang...." Pond meraih tangan sang kekasih, menempelkan pada pipinya 

"Aku baik-baik saja Dokter, selalu baik..."

Pond menahan nafas, menggenggam jari jemari lentik begitu antusias. Andai sekarang bumi terbelah menjadi dua, dia masih akan terbang melintasi bagian lainnya. Mata sembab, karena menangis. Pond menahan isakan, bukan hal baru lagi jika dia mendeklarasikan kegilaan perihal perasaan.

Selama Phuwin hadir dalam hidupnya, takdir baik, hampir utuh.

"Dokter, jangan menangis... Aku akan sembuh..."

"Sayang, apakah pengobatannya sakit?" Tentu saja iya, tapi senyum tipis dari pria manis itu membuat hati Pond semakin terluka.

"Sedikit saja... Itu tidak sebanding dengan usaha Dokter untuk melihatku sembuh"

Impian kecil berdampak besar bagi Pond, sekarang mimpinya tak sekedar hidup nyaman Menggenggam satu tanggung jawab di atas profesinya. Kini seseorang hadir, meruntuhkan keegoisannya, menghapus luka yang bahkan tak pernah ia harap akan sembuh.

Dalam hening penuh dengan aroma antiseptik, Perlahan Pond memeluk tubuh kekasihnya yang lemas, membiarkan kehangatan tubuhnya meresap ke dalam setiap sentuhan. Jari-jarinya dengan lembut membelai rambut si manis, sekarang mencoba menghibur tanpa kata.

Dalam dekapan itu, Pond berharap, ia bisa mengusir rasa sakit dan membawa kekuatan. Di tengah keheningan ruangan, hanya ada detak jantung mereka yang masih saling mencari satu sama lain, erat, meski waktu terasa begitu rapuh.

Love Opens The Way [PondPhuwin]18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang