3

256 33 1
                                    

"lukisanmu?"

Wajah manis itu mengulum senyum "dokter yang bilang, tapi pagi... Humm..."

"Lukisanmu? Di lantai semen pekarangan samping rumah sakit?"

"Nah..." Phuwin mengangguk antusias "dokter suka, kan?"

Keduanya berpandangan lama, Pond sendiri tak bisa menerka bagaimana perasaan gelisah, aneh menjalar di sekitar dadanya. Mata tipis cantik, bibir menawan dan wajah menggemaskan itu. "Kau sangat cantik—

—diluar hujan"

Pond terperangah mengikuti arah pandang Phuwin ke jendela, matanya mengedip berkali-kali.

"Dokter Pond, apa kau akan terbiasa dengan cuaca di kota ini?"

"Aku?"

Phuwin tersenyum tipis, sekarang ekspresi pria tampan itu benar-benar aneh "apa yang dokter pikirkan?"

"Humm... Maaf, tadi kau bilang apa?"

"Kubilang..." Phuwin mengatupkan bibir "dokter sangat tampan"

Pond menelan ludah, merasa jantungnya berdetak lebih cepat.

"Apa dokter tak mau memuji ku juga?"

"Humm..." Sekarang Pond merasa kaku "kau sangat cantik"

"Tapi aku pria" mereka terdiam sejenak, hingga Phuwin menarik tangan Pond "dokter... Terima kasih sudah datang bertamu malam ini"

Dia lupa kapan terakhir kali kedatangan tamu di rumahnya, sejak menetap di kota ini, dia telah mengasingkan diri. Bukan berarti orang-orang disana tak mempedulikan kehadirannya, bahkan sebagian dari mereka terkadang memesan sebuah lukisan darinya.

"Hufhh... Dingin sekali" ujar Pond masih dalam suasana canggung "apa kau tak punya keluarga? Kenapa datang dan tinggal sendiri di kota ini?"

"Yah... Begitulah"

"Kau tak punya keluarga?"

"Punya, tapi tak ada salahnya mencoba jadi pemuda yang mandiri"

Pond mengangguk paham.

"Dokter mau makan mie bersamaku?"

"Mie?"

"Humm, mie instan yang hangat di cuaca dingin seperti ini" Phuwin berjalan mendekat ke arah jendela membukanya dengan raut muram "kota ini selalu mendung, hampir tak pernah ada matahari sepanjang tahun. Bahkan saat aku melukis di pekarangan samping rumah sakit, butuh waktu lama melindunginya dengan terpal"

"Kenapa kau repot-repot melukis disana?"

Tawa kecil yang Phuwin dengar dari pria tampan itu mengundang percakapan lebih jauh, satu tangannya menakup pipi di atas lubang jendela "karena Phuwin mau orang-orang yang sakit melihatnya, dokter Pond tau tidak maksud dari lukisanku?"

Ucapan si manis membuat Pond menggeleng pelan.

"Mereka semua akan sembuh, aku yakin" Phuwin tersenyum lebar "Lukisanku menyiratkan harapan dan doa agar mereka bangkit dari keterpurukan. Rindang pohon di atas sana setia menyapa mentari kuning berwarnakan tinta, Harapan yang terang benderang, menjanjikan bahwa di ujung perjalanan penuh penderitaan, ada pelangi yang menanti kepulangan mereka. Itulah keluarga"

Pond tak menyahut, sekarang tatapannya hanya tertuju pada wajah cerah berbinar menghanyutkan dalam mimpi menakjubkan yang pernah ada.

"Dokter Pond juga sama, dalam situasi apapun, selelah apapun mengurus mereka, percayalah... Di ujung perjalanan nanti, ada pelangi yang menanti kepulangan mu"

Love Opens The Way [PondPhuwin]18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang