Matahari senja mulai turun di langit 48School, menyinari lapangan sekolah yang dipenuhi oleh murid-murid baru. Di atas atap sekolah, Freya dan para petinggi FreyaNation-Gita, Celine, Lulu, Adel, Christy, Marsha, dan Jinan-sedang menikmati sore mereka dengan santai. Aroma daging barbeque menguar di udara, mengisi suasana dengan kehangatan yang tak terduga di tengah hiruk-pikuk kedatangan para freshman.
Freya menggigit potongan daging yang baru diangkat dari panggangan sambil memandangi halaman sekolah yang kini dipenuhi dengan murid baru. "Tahun ini lebih ramai dari biasanya," ujarnya, menyeringai kecil. "Kita akan punya banyak hiburan."
Lulu tertawa kecil di sampingnya, mengambil saus untuk dagingnya. "Yah, setidaknya kita tidak akan bosan. Lihatlah mereka, penuh ambisi, tapi belum tahu apa-apa soal bagaimana sebenarnya kehidupan di sini."
Adel yang sedang memegang spatula mengangkat bahu. "Mereka akan belajar cepat. Dan kalau tidak? Yah, mereka akan keluar lebih cepat."
Di tengah canda mereka, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari bawah. Freya dan yang lainnya langsung memperhatikan. Di lapangan sekolah, tampak dua murid dari kelas 10 sedang saling bertukar pandang dengan intensitas tinggi. Mereka adalah Greseel dari kelas 10A dan Gracie dari kelas 10B-dua pentolan yang baru saja menguasai posisi masing-masing di kelas mereka.
"Sepertinya pertunjukan sudah dimulai," ujar Christy sambil memiringkan kepala, mengamati dari kejauhan. "Itu Gracie dan Greseel, ya?"
Freya tersenyum tipis, mengamati keduanya dengan mata penuh ketertarikan. "Yup, mereka sudah terkenal sebelum sampai ke sini. Pentolan masing-masing kelas, sudah ada drama, rupanya."
Di bawah, cekcok antara Greseel dan Gracie semakin memanas. Kedua gadis itu saling menatap tajam, siap bertarung kapan saja. Murid-murid lain dari kelas 10 mulai mengerumuni mereka, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Serius mereka mau berkelahi?" tanya Jinan, mengangkat alis. "Baru hari pertama, loh."
Gita tertawa kecil. "Itu biasa, kan? Setiap tahun pasti ada pentolan yang nggak sabar ingin menunjukkan kekuatannya."
Marsha menatap mereka dengan ekspresi penasaran. "Kita lihat saja. Siapa tahu mereka benar-benar punya bakat."
Tak lama kemudian, Gracie dan Greseel saling bertukar serangan. Greseel dengan tinju yang cepat dan gesit, sementara Gracie lebih mengandalkan kekuatan pukulannya yang brutal. Setiap pukulan terasa berat, membuat udara di sekitar mereka bergetar. Mereka bertarung dengan penuh semangat, saling menyerang tanpa henti. Suara pukulan terdengar keras, membuat semua murid yang menonton terdiam dalam keterkejutan.
Freya dan yang lainnya menyaksikan dari atas atap, sambil melanjutkan barbeque-an mereka. "Ini cukup menarik," kata Freya sambil tertawa kecil. "Lihat mereka, masih mentah tapi punya potensi. Mereka mungkin belum tahu apa yang mereka hadapi di sini."
"Seru juga nonton sambil makan," tambah Celine sambil menyuap potongan daging. "Tapi, sepertinya mereka sama kuatnya."
Pertarungan terus berlangsung, dan semakin lama, semakin brutal. Kedua gadis itu tidak ada yang mau mengalah. Greseel berhasil meninju perut Gracie dengan keras, sementara Gracie membalas dengan tendangan memutar yang mengenai bahu Greseel. Kedua petarung mulai kehabisan tenaga, namun tidak ada yang menyerah. Murid-murid di sekeliling mereka mulai bersorak, takjub melihat kegigihan mereka.
"Berani juga mereka," ujar Adel sambil mengunyah. "Tapi kayaknya mereka bakal babak belur sama-sama."
Freya tersenyum, menikmati tontonan di depan matanya. "Aku suka yang punya tekad kayak gitu. Tapi pada akhirnya, itu nggak cukup untuk menang."
Benar saja, setelah beberapa menit pertarungan, kedua gadis itu akhirnya jatuh ke tanah. Wajah mereka penuh luka, tubuh mereka lelah, dan mereka sama-sama pingsan. Para murid terdiam sejenak, sebelum riuh sorak-sorai menyusul. Mereka kagum, tapi juga terkejut bahwa pertarungan itu berakhir dengan seri.
Freya yang melihat itu langsung tertawa terbahak-bahak. "HAHAHAHA! Tidak ada yang menang? Serius? Mereka berdua terlalu keras kepala untuk mengaku kalah!"
Lulu ikut tertawa sambil menggoyangkan kepalanya. "Kalau begini, sepertinya nggak ada yang dapat gelar pentolan paling kuat di kelas mereka."
Christy menahan tawa. "Mereka pasti merasa sangat kecewa sekarang, setelah babak belur tanpa ada pemenang."
Celine menepuk bahu Freya sambil terkekeh. "Mungkin kita harus turun dan bilang pada mereka, kalau mereka mau kuat, mereka butuh lebih dari sekadar ego."
Freya mengangkat bahu, masih dengan senyum di wajahnya. "Biar mereka belajar sendiri. Mereka baru di sini, setelah semua luka itu, mereka akan tahu bahwa untuk mencapai puncak butuh lebih dari sekadar otot dan ego besar."
Jinan menggelengkan kepala, menikmati pemandangan. "Ini baru hari pertama, dan sudah ada tontonan. Aku nggak sabar melihat apa yang terjadi setelah mereka sadar mereka cuma sebutir pasir di sekolah ini."
Freya mengangguk sambil menatap sisa-sisa pertarungan di bawah. "Mereka baru saja mendapat pelajaran pertama mereka di 48School. Dan ini baru permulaan."
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA
100% FIKSI AUTHOR
SEE YOU GUYS
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUJU PUNCAK KEKUASAAN
FanfictionFreya, seorang murid baru yang ceria dan mudah tersenyum, baru saja pindah ke sekolah 48School, sekolah yang terkenal dengan geng-geng kuatnya dan reputasi berandalnya. Di sekolah ini, puncak kekuasaan dikuasai oleh Shani, seorang murid kelas 3 yang...