Freya duduk di ruang belakang sekolah, tatapannya kosong menatap keluar jendela. Ada yang salah di FreyaNation. Di tengah ketenangan yang terkesan damai, perpecahan mulai muncul. Celine dan Adel, dua sahabat yang dulu setia, sekarang mulai bertindak di luar kendali.
Lulu masuk ke ruangan dengan wajah tegang. "Freya, aku baru saja melihat sesuatu yang tidak beres," katanya, menatap Freya dengan tatapan khawatir. "Celine dan Adel, mereka berbicara dengan Fio—tangan kanan Anin dari Red Silent."
Freya menghela napas panjang. Anin selalu menjadi ancaman dari luar, tapi sekarang musuh terbesar justru datang dari dalam. "Aku sudah menduga ini akan terjadi," ucap Freya dengan nada dingin. Dia tahu jika tidak bertindak cepat, Red Silent bisa mengoyak FreyaNation dari dalam. Tapi ini bukan hanya soal mempertahankan kekuasaan, melainkan soal menghentikan pengkhianatan sebelum semuanya hancur.
"Kita panggil mereka," ucap Freya. "Dan ajak juga Marsha, Jinan, Christy, dan Gita. Mereka harus tahu tentang ini."
---
Malam itu, FreyaNation berkumpul dalam suasana yang lebih tegang dari biasanya. Celine dan Adel duduk di ujung meja, wajah mereka penuh sikap tak peduli, sementara yang lain—Lulu, Marsha, Jinan, Christy, dan Gita—berdiri di sisi Freya, siap jika situasi memanas.
Freya membuka pembicaraan dengan tatapan tajam. "Ada yang perlu dijelaskan di sini. Aku dengar kalian berdua telah bertemu dengan Red Silent, tanpa sepengetahuanku," katanya, suaranya tenang tapi penuh ancaman.
Celine mengangkat bahunya, tanpa peduli. "Apa masalahnya? Mereka hanya ingin berbicara. Anin hanya mencari sekutu, dan kami mempertimbangkannya," jawab Celine dengan nada sinis. Adel di sebelahnya mengangguk, seolah mempertegas bahwa mereka merasa tidak bersalah.
"Loyalitas kalian dipertanyakan sekarang," kata Jinan, menginterupsi, suaranya terdengar dalam dan serius. "Kalau kalian berbicara dengan musuh tanpa sepengetahuan kami, kalian sudah mengkhianati FreyaNation."
Christy yang biasanya kalem, kali ini tidak bisa menahan emosinya. "Kami bertarung bahu-membahu untuk membangun FreyaNation. Kalau kalian meragukan Freya, itu sama dengan mengkhianati semua orang di sini."
Gita, yang duduk di sisi Freya, menatap Celine dan Adel dengan tatapan dingin. "Kalian lupa siapa yang memulai semuanya. Freya yang membawa kalian sejauh ini. Jangan berpikir kalian bisa mengkhianatinya dan keluar tanpa konsekuensi."
Celine mendengus sinis. "Oh, ayolah. Semua ini hanya permainan kekuasaan Freya. Kami yang selalu mendukungnya, tapi apa yang kami dapatkan? Dia hanya peduli pada dirinya sendiri."
Freya mengangkat tangan, menghentikan perdebatan sebelum semakin panas. "Kalau kalian merasa seperti itu, kalian bisa keluar dari FreyaNation. Tetapi jika kalian memilih untuk tetap bertahan, maka kalian harus setia."
Adel mendekat dengan nada menantang. "Kalau kau berpikir kami bisa begitu saja pergi, kau salah. Kami juga bagian dari kekuatan ini. Kami tidak akan keluar tanpa perlawanan."
Lulu yang sejak tadi diam, sekarang angkat bicara. "Kalau begitu, kita selesaikan di lapangan," katanya dengan suara yang menggema. "Buktikan siapa yang lebih kuat. Kalau kalian menang, kalian bisa keluar dengan kepala tegak. Tapi kalau kalah, kalian tidak punya pilihan selain pergi."
Freya mengangguk setuju. "Aku terima tantangan itu. Kita buktikan siapa yang layak memimpin."
---
Di lapangan, suasana tegang semakin terasa. Para anggota FreyaNation berkumpul, membentuk lingkaran di sekitar Freya, Celine, dan Adel. Jinan, Christy, Marsha, Gita, dan Lulu berdiri di belakang Freya, bersiap jika terjadi hal yang lebih buruk. Lulu di sisi Freya, bersikap tenang tapi siap bertarung jika diperlukan.
![](https://img.wattpad.com/cover/376701214-288-k484905.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUJU PUNCAK KEKUASAAN
FanficFreya, seorang murid baru yang ceria dan mudah tersenyum, baru saja pindah ke sekolah 48School, sekolah yang terkenal dengan geng-geng kuatnya dan reputasi berandalnya. Di sekolah ini, puncak kekuasaan dikuasai oleh Shani, seorang murid kelas 3 yang...