Setelah pertemuan dengan para petinggi FreyaNation, hati Freya masih terasa berat. Meskipun ia sudah merasa lebih baik setelah berbicara dengan sahabat-sahabatnya, ada dua orang yang tak bisa ia abaikan—Celine dan Adel. Mereka berdua adalah bagian penting dalam hidup Freya, dan kini hubungan mereka terpecah karena kesalahannya sendiri. Ia tahu, jika ia ingin benar-benar memperbaiki semuanya, ia harus berani menghadapi mereka.
Freya berjalan menyusuri koridor sekolah yang sepi, pikirannya penuh dengan kata-kata yang ingin ia ucapkan. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah seluruh beban kesalahannya mengikutinya. Dia tidak pernah menyangka akan menyakiti hati teman-temannya, terutama Celine dan Adel yang selalu ada di sisinya selama ini. Meskipun mereka sudah meninggalkan FreyaNation, Freya masih menganggap mereka bagian dari keluarganya.
"Aku harus melakukan ini," gumam Freya dalam hati, menguatkan dirinya.
Dia tahu Celine dan Adel biasanya berada di atap sekolah saat jam istirahat. Di sanalah tempat mereka berbicara dan tertawa bersama sebelum semuanya berubah. Dengan napas dalam-dalam, Freya menaiki tangga menuju atap, berharap mereka masih di sana. Sesampainya di pintu atap, Freya berhenti sejenak. Tangannya gemetar saat meraih gagang pintu. Perasaan takut dan cemas menyelimuti dirinya—takut bahwa permintaan maafnya mungkin tak diterima.
Namun, dia harus mencoba.
Ketika Freya membuka pintu, ia melihat Celine dan Adel sedang duduk di ujung atap, menghadap langit yang cerah. Kedua sahabatnya tampak diam, menikmati angin yang bertiup lembut. Suasana damai itu terasa kontras dengan kegelisahan yang ada di hati Freya.
Celine, yang lebih dulu menyadari kehadiran Freya, berbalik dengan alis terangkat. "Freya?" tanyanya dingin, suaranya jauh dari kehangatan yang dulu mereka bagi.
Adel, yang duduk di samping Celine, juga menoleh. Matanya penuh dengan kekecewaan, meski ada secercah kerinduan yang tak bisa disembunyikan. "Ada apa, Freya?" tanyanya, suaranya terdengar tenang, namun dengan nada yang jelas menunjukkan betapa dalam luka yang mereka rasakan.
Freya menggigit bibirnya, merasa canggung dan sulit mengeluarkan kata-kata. Tapi dia tahu dia harus melakukannya. Dia sudah membuat keputusan untuk memperbaiki semuanya, dan ini adalah langkah pertama.
"Aku... aku ingin bicara dengan kalian," ucap Freya pelan, berjalan mendekat. Dia berhenti beberapa langkah dari mereka, merasa bahwa jarak di antara mereka lebih dari sekadar fisik—ada dinding tak kasat mata yang memisahkan mereka, dinding yang telah ia bangun dengan sikap dingin dan keegoisannya.
Celine menatap Freya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Apa lagi yang ingin kau katakan? Sudah jelas, kan? Kau lebih peduli pada kekuasaan dibandingkan pada kami."
Kata-kata Celine menusuk hati Freya seperti pisau. Itu adalah kebenaran yang sulit ditelan, tapi itulah kenyataannya. Freya menunduk, mengambil napas dalam-dalam, lalu memandang kedua sahabatnya dengan mata penuh penyesalan.
"Kalian benar," ucap Freya akhirnya, suaranya bergetar sedikit. "Kalian benar tentang aku. Aku terlalu fokus pada kekuasaan. Aku... aku terlalu sibuk menjaga posisi puncak dan mempertahankan FreyaNation, hingga aku lupa pada hal yang paling penting. Aku lupa pada kalian, pada persahabatan kita."
Adel mengerutkan kening, lalu menatap Freya tajam. "Jadi, kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang kau sadar, setelah semuanya rusak?"
Freya merasakan dadanya sesak, tapi ia tahu ini adalah saat yang tepat untuk jujur. "Aku tidak sadar seberapa jauh aku telah melukai kalian sampai semuanya terlambat. Aku terlalu sibuk mempertahankan kekuatan kami sehingga aku mengabaikan orang-orang yang paling berarti dalam hidupku."
Dia terdiam sejenak, merasa air mata mulai menggenang di matanya. "Aku minta maaf. Sungguh. Aku tak pernah bermaksud melukai hati kalian. Aku... aku hanya takut kehilangan segalanya. Tapi aku baru sadar bahwa tanpa kalian, semua yang aku bangun ini tidak ada artinya."
Celine dan Adel saling bertukar pandang. Kekecewaan di mata mereka masih ada, tapi ada sesuatu yang lain juga—sesuatu yang lembut, sesuatu yang masih peduli pada Freya. Mereka mungkin terluka, tapi ikatan persahabatan mereka terlalu kuat untuk sepenuhnya terputus.
Celine akhirnya angkat bicara lagi, suaranya lebih lembut kali ini. "Freya, kau tahu, kita semua berjuang untuk mencapai puncak. Tapi kita melakukannya bersama-sama, bukan untuk dirimu sendiri. Aku merasa kau mulai melihat kami hanya sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan, bukan sebagai teman."
Adel menambahkan, "Kami bukan hanya bagian dari rencana besarmu, Freya. Kami adalah temanmu. Kami ada di sisimu karena kami peduli padamu, bukan karena kau kuat atau karena kami ingin kekuasaan."
Freya menunduk, air mata mulai jatuh tanpa bisa ditahan. "Aku tahu... aku tahu aku salah. Kalian adalah sahabat-sahabatku, dan aku telah mengabaikan kalian. Aku minta maaf, sungguh. Aku... aku hanya berharap masih ada kesempatan untuk memperbaiki semuanya."
Celine menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Freya. Apa kau benar-benar mau berubah? Apa kau benar-benar akan menempatkan persahabatan di atas kekuasaan?"
Freya mengangguk dengan tekad yang kuat. "Aku akan berubah. Aku sudah berbicara dengan Lulu dan yang lainnya. Aku menyadari bahwa aku tak bisa melakukan semuanya sendirian, dan aku tak seharusnya memimpin hanya untuk mempertahankan posisi. Kita harus bergerak bersama, bukan dengan aku di depan dan kalian di belakang."
Adel menatap Freya dalam-dalam, mencoba mencari kebenaran dalam kata-katanya. "Kita semua telah berjuang bersama, Freya. Tapi aku harap kau ingat, kekuatan kita bukan hanya dari kepemimpinanmu. Kekuatan kita datang dari kepercayaan dan loyalitas."
Freya menyeka air matanya, mencoba tersenyum meski hatinya masih terasa berat. "Aku mengerti sekarang. Aku tak akan pernah mengambil kalian begitu saja lagi. Aku tahu aku harus membuktikannya, dan aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan kembali kepercayaan kalian."
Celine menatap Freya lama, sebelum akhirnya menghela napas. "Freya, kau selalu keras kepala. Tapi kami mengenalmu. Kami tahu kau bisa berubah jika kau mau."
Adel mengangguk setuju. "Kami tidak bisa langsung kembali seperti semula. Luka ini masih ada, dan butuh waktu untuk sembuh. Tapi... jika kau benar-benar mau memperbaiki semuanya, kami akan memberimu kesempatan."
Freya tersenyum, meskipun air mata masih mengalir di pipinya. "Terima kasih. Terima kasih karena masih memberiku kesempatan."
Celine dan Adel saling berpandangan lagi, lalu tersenyum kecil. Meskipun semuanya belum sepenuhnya baik, ada harapan di antara mereka. Dan itu cukup bagi Freya—untuk saat ini.
Di bawah langit yang cerah, ketiganya duduk bersama, diam-diam menikmati kebersamaan yang mereka miliki. Meskipun jalan ke depan masih panjang dan penuh tantangan, Freya tahu bahwa selama ia memiliki teman-temannya, dia bisa melewati semuanya. Persahabatan mereka lebih kuat daripada kekuasaan apa pun.
Terimakasih sudah membaca maaf kalau ada alur cerita yang gak nyambung cukup nikmati aja hehe 😁
Pesan yang bisa diambil adalah jangan pernah meninggalkan sahabatmu hanya karena kekuasaan sesat tapi menyesal dikemudian hari karena kehilangan sosok sahabat yang peduli✌️
100% Fiksi Khayalan Author
See you guys
KAMU SEDANG MEMBACA
MENUJU PUNCAK KEKUASAAN
FanfictionFreya, seorang murid baru yang ceria dan mudah tersenyum, baru saja pindah ke sekolah 48School, sekolah yang terkenal dengan geng-geng kuatnya dan reputasi berandalnya. Di sekolah ini, puncak kekuasaan dikuasai oleh Shani, seorang murid kelas 3 yang...