Tujuh hari sudah berlalu sejak Gesang menculik Hera dimalam itu. Perempuan itu kini sudah tidak lagi meronta ronta untuk kabur, tidak juga menjalankan siasat untuk melarikan diri. Semenjak malam dimana Hera mendapati Gesang yang mengalami mimpi buruk berupa kilasan balik masa lalu, Hera mulai merasa iba dan penasaran. Hera ingin mengetahui semuanya tentang pria itu. Pria yang memperlakukannya bak ratu dirumahnya. Hera masih belum mengetahui seluk beluk kehidupan Gesang selain nama pria itu dan juga umur Gesang. Itu pun setelah Hera terus menuntut pertanyaan mengenai umur pria itu setiap waktu.
Pria itu mengaku akan resmi berumur duapuluh delapan tahun diakhir bulan nanti. Jadi jika Hera hitung mereka memiliki perbedaan umur yang tidak terlalu jauh namun juga tidak terlalu dekat. Tentang lainnya Hera belum mengetahui apa apa. Gesang berjanji akan memberitahunya secara perlahan, kata pria itu begitu.
Malam ketujuh, diwaktu dini hari tepatnya pukul dua pagi. Gesang memastikan Hera sudah benar benar terlelap disampingnya. Wajah ayu yang damai itu tengah tertidur cukup lelap. Gesang bahkan bisa mendengarkan dengkuran halus dari sang empu.
Perlahan Gesang keluar dari selimut, turun dari ranjang tanpa menimbulkan bunyi apapun kemudian keluar dari kamar dengan tenang. Pria itu beralih pada lemari dibawah meja televisi. Jika dilihat saja lemari itu terlihat normal seperti lemari televisi pada umumnya namun begitu mencoba untuk dibuka maka kau akan mengetahui bahwa itu bukanlah lemari meja televisi seperti yang ada ditoko toko.
Gesang memutar gagang lemari kecil yang biasanya digunakan untuk membuka lemari. Memutarnya sampai bunyi tik terdengar beberapa kali. Memutar sesuai dengan sandi yang digunakan untuk mengunci lemari itu. Cara kerja gagang lemari itu seperti kunci berangkas namun angkanya tidak terlihat sama sekali.
Begitu berhasil lemari itu terbuka otomatis. Gesang meraih alat elektronik miliknya seperti laptop perfesional dan dua macam ponsel. Barang barang Herapun ia sembunyikan disana. Kemudian ia beralih menyalakan sebuah saklar yang berada didalam lemari membuat televisi yang selalu dalam keadaan mati itu menyala, setelahnya ia duduk di balik meja setinggi lutut yang berada diruang yang sama dengan televisi. Menghadap pada televisi ditengah gelapnya ruangan.
Televisi itu tengah menyiarkan siara berita dini hari. Volumenya yang kecil tidak mengganggu Gesang yang tengah memainkan laptopnya sampai ekor matanya melihat sesuatu yang familiar di layer televisi.
Mata tajamnya beralih dari layar laptop menuju layar televisi yang ada didepan sana.
Dicari! Orang hilang!
Kemudian dibawahnya terdapat foto Hera bersama dengan rekan rekan kerjanya. Hanya foto Hera yang tidak diblur. Semua ciri ciri Hera, dari nama, umur, tinggi badan dan segalanya disebutkan oleh presenter berita.
Tangan Gesang yang berada disamping laptopnya mengepal. Sepertinya ia sudah melewatkan sesuatu. Siara berita itu sudah selesai diberikan berganti dengan iklan yang sering muncul di waktu dini hari. Di tengah gelapnya ruang tengah rumahnya, mata Gesang tak beralih sedikitpun dari layar laptop miliknya. Memasukkan beberapa kata sandi, kemudian angka angka IP addres yang sulit untuk dimengerti orang awan. Sampai kemudian ia mengetahui siapa yang melaporkan hilangnya Hera.
Sahabat Hera yang Gesang ketahui tengah melanjutkan studynya di luar negerti. Gesang menyandarkan punggugnya pada kaki sofa dibelakang tubuhnya. Hembusan nafas kasarnya tersuarakan dengan mata yang tertuju pada berkas kepolisian kasus hilangnya Hera.
"Jia,"bisiknya pelan. Mengumamkan nama sahabat Hera.
Gesang akui ia awalnya tidak memikirkan gadis bernama Jia itu, karena yang Gesang tahu terakhir kali gadis itu bertemu dengan Hera adalah dirumah duka. Tepat dihari pemakaman kedua orang tua Hera. Gesang berpikir hubungan Jia dan Hera tidak seterikat itu meski mereka berada dinegara yang berbeda, namun Gesang salah.

KAMU SEDANG MEMBACA
93 Days With You
JugendliteraturSetelah kematian orangtuanya 4 tahun lalu karena kecelakaan, Hera mencoba untuk menjalankan hidupnya yang sekarang hanya sebatang kara. Hidupnya berjalan senormal mungkin selama 4 tahun, sampai disuatu malam yang tidak terduga seorang pria yang tida...