"Gesang di Jakarta?" Gumaman ketidakpercayaan itu terlontar dari seorang pria berusia tiga puluh tiga tahun setelah ia medengar bahwa Gesang yang sudah dianggap sebagai adiknya sendiri tengah terlibat dalam kasus menghilangnya Heranatha Liam.
Dimas yang kini sedang memangku batita di paha kanannya hanya bisa menatap penuh tanya pada Samuel yang berada dihadapannya.
Pagi pagi sekali Samuel mengabari ingin bertemu dan tak butuh waktu lama untuk Dimas menyetujui. Pasalnya Samuel tidak akan meminta bertemu jika hal ini tidak terkait dengan pekerjaan. Karena biasanya mereka hanya berkontak lewat telepon saja.
Kini dijarum jam yang menunjukkan pukul 10 pagi, Samuel sedang bertamu kerumah subsidi milik Dimas dan sang istri.
"Jadi kau juga tidak tahu dia ada di Jakarta selama ini?" Semakin bertambah bingung saja Dimas ditanya seperti itu.
"Selama ini?" Dimas mengulang. Ia bersumpah tak mendapat berita apapun dari Gesang bahwa pria itu kini berada di Indonesia, lebih tepatnya di Jakarta.
"Paman." Dimas tahu pembicaraan mereka mulai mengarah pada hal yang serius. "Apa benar Gesang yang menculik Heranatha?"
Samuel terdiam. Ia belum mempunyai bukti pasti untuk membenarkan pertanyaan itu tapi kecurigaannya sudah semakin menjadi kala bertemu Gesang semalam.
"Untuk sekarang itu belum bisa dipastikan, tapi semua bukti mengarah padanya." Samuel menjelaskan. Mata tuanya kini bergerling pada batita perempuan berusia dua puluh delapan bulan yang tengah mengisap tangannya.
"Andai Gesang bisa berdamai mungkin sekarang dia sudah bahagia seperti mu." Tanpa disadari Samuel bergumam.
Dimas mengikuti arah pandang Samuel yang sendu. Putri kecilnya sangat tenang didalam pangkuannya bahkan tak menangis saat ditinggal sang ibu untuk kepasar. Dimas menarik tangan kecil itu agar keluar dari dalam mulut.
"Usianya terlalu muda untuk menerima kenyataan pahit saat itu dan kehilangan membuatnya semakin hilang arah," ucap Dimas.
Samuel pun paham. Semua yang diucapkan Dimas mengenai Gesang semua itu benar. Semenjak kematian Benny dan Helena, Gesang menjadi hilang arah. Pria itu seakan terjebak dalam masa lalu dan tak mau bergerak.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan paman?" Dimas kembali menatap Samuel dan bersamaan dengan itu notifikasi pesan dari ponsel Samuel berbunyi.
Pria tua itu mengecek pesan yang masuk. Kelompok matanya sedikit melebar dan nafasnya agak tertahan sebentar saat melihat laporan kasus yang dikabarkan oleh divisi yang menangani kasus Hera.
Ia menghembuskan nafas, seakan sudah bisa menduga ini akan terjadi. "Yakinkan Gesang, bahwa kami bisa melindungi Hera dengan begitu Gesang tidak akan menjadi tersangka kasus penculikan berencana."
Dimas mengerutkan keningnya. "Gesang sudah menjadi tersangka utama kasus hilangnya Heranatha," ucap Samuel memberitahu bahwa baru saja surat penangkapan Gesang telah di setujui oleh kejaksaan.
Bukti CCTV itu ternyata valid dan memiliki alur yang pas. Memang hampir mengelabui namun tambahan bukti bahwa pria itu sudah berada di Jakarta satu bulan sebelum Hera hilang tanpa mengabari siapapun. Datang layaknya tak terlihat dan berkeliaran di Jakarta seperti seseorang yang transparan.
Melalui bukti bukti itu segala strategi Gesang telah terbaca dan yang paling mengejutkan ternyata Gesang sudah mengikuti Hera selama satu minggu tanpa Hera ketahui sebelum akhirnya Gesang membawa wanita itu bersamanya tanpa diketahui siapapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
93 Days With You
Teen FictionSetelah kematian orangtuanya 4 tahun lalu karena kecelakaan, Hera mencoba untuk menjalankan hidupnya yang sekarang hanya sebatang kara. Hidupnya berjalan senormal mungkin selama 4 tahun, sampai disuatu malam yang tidak terduga seorang pria yang tida...