4. Mulai Tenang

47 11 6
                                    

"Kau tidak akan bisa keluar dari sini tanpa izin dariku," ucap pria itu dengan suara rendah yang mendebarkan.

Satu tangan pria itu melepas cekalannya namun tetap menahan tangan yang menggenggam kunci. Mata tajam itu beralih pada kepalan tangan kanan Hera. Berusaha mengambil kunci itu dari genggaman tangan mungil yang cukup kuat. Hera mempertahannya dan pria itu berusaha merusak pertahanannya. Mereka beradu kekuatan. Yang satu berusaha mempertahankan kunci kebebasan dan yang satu lagi berusaha berebut kunci kebebasan itu.

Apa daya bila dari segi kekuatan saja sudah berbeda. Gesang berhasil membuka kepalan tangan Hera dan disana tidak ada lagi yang bisa Hera lakukan selain menggigit lengan pria itu sebisanya.

Gesang mengerang melepas gigitan Hera pada lengannya dengan cara menarik lengan kanannya cukup kuat dan dengan gesit pria itu merubah cekalannya pada kedua tangan Hera. Gerakannya sangat cepat untuk menahan kedua tangan Hera menjadi satu diatas kepala gadis itu.

Memberontak? Tentu saja.

Tetapi tidak ada yang bisa Hera lakukan. Berontakannya tidak berefek apapun dan hanya membuat bagian tubuh tertentunya sakit akibat tekanan yang dilakukan pria itu.

"BRENGSEK. BAJINGAN SIALAN." Hera berteriak mengumpat dengan segenap rasa benci.

Matanya memejam demi memaksimalkan umpatannya hingga air mata turun menguncur dipelipis. Tangisannya mejadi histeris seketika. Gesang tidak merasa tergangu sedikitpun, pria itu kemudian melempar asal kunci kamar yang sudah diambilnya dari kepalan tangan. Bunyi dentingan benda logam itu yang mengenai badan lemari tidak membuat Hera menghentikan tangisannya. Justru gadis itu semakin histeris dibuatnya. Apalagi Gesang yang melihat kesegala arah seperti mencari benda yang bisa membantunya menghentikan Gerakan histeris dari gadis didalam kukungannya itu.

Tidak menemukan apapun. Gesang mendesis, ia menyadari kesalahannya yang tidak mempersiapkan tali ataupun kain untuk mengikat gadis itu. Ditatapnya lagi gadis yang menangis sambil memakinya itu.

Gesang melepas cekalannya pada tangan Hera kemudian pria itu melepas kaos tipis yang membalut tubuhnya. Hera yang melihat itu dari balik mata berkaca kacanya tentu saja langsung histeris bukan main. Tangannya sudah bebas maka dari itu ia gunakan untuk mencakar tubuh Gesang yang bisa ia gapai.

Tubuhnya tidak leluasa bergerak karena Gesang mendudukkan pahanya. Tidak sepenuhnya diduduki namun cukup membuat gadisnya tidak bisa bergerak.

"BAJINGAN!"

Hera berhasil mencakar pinggang pria itu namun Gesang seakan kebal dengan rasa sakit meski cakaran itu sudah menghasilkan setitik-titik darah dari kulit yang mengelupas. Alih alih mendesis kesakitan pria itu sibuk merobek kaosnya hingga dirasa bisa digunakan untuk mengikat gadis itu.

Dikukungnya lagi tubuh Hera membuat gadis itu semakin menekan tubuhnya keatas ranjang agar tidak terlalu dekat dengan Gesang. Deru nafas Hera bertabrakan dengan hembusan nafas Gesang yang lembut.

Tangannya kembali dicekal dan ia kembali melawan.

Plak!

Suara tamparan menggema. Bukan, itu bukan Gesang yang menampar Hera.

Wajah pria itu tidak berpaling walau Hera sudah berusah payah agar bisa menamparnya. Tangannya terasa panas tapi justru tidak berefek apapun pada pria itu yang semakin membuat Hera takut. Ekspresi geram Gesang semakin nyata, pria itu mengambil helaian rambut Hera. Dikumpulkan menjadi satu dicekalan tangannya diatas kepala. Kemudian ia mengikat kedua tangan Hera beserta sebagian besar kumpulan rambut gadis itu diatas kepala Hera.

"Sakit!!" Hera berseru karena merasakan nyeri dikulit kepala akibat tarikan dari beberapa helaian rambut yang terlaku kencang.

"Makanya diam," geram Gesang menatap tajam.

93 Days With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang