"Setiap melihatmu, aku bisa melihat kembali tujuan hidupku."
-Gesang
Sebuah manik tajam milik seorang pria tak henti mengamati seorang gadis yang sedang berjalan menyusuri jalan sepi setelah turun dari bus. Manik tajam itu menyimpan berbagai rasa yang hanya bisa diketahui oleh sang empu dan sang pencipta. Hembusan nafas dingin terserap oleh masker yang menutupi wajahnya. Topi yang dikenakan dieratkan sebelum kakinya melangkah mengikuti gadis di depan sana dengan jarak aman dibelakangnya.
Langkah kakinya tak terdengar. Bayangannya pun tak terlihat. Tentu karena ia sudah menyiapkan rencana ini dengan sangat matang hingga membuat dirinya tak kesulitan akan rencana yang ia buat sendiri.
Jarak langkahnya diperlebar. Satu demi satu langkah kakinya mengayun mendekati gadis itu sembari membuka masker hitam yang ia kenakan sebelum menyimpannya didalam saku.
Sudut bibirnya tertarik dengan secepat kilat dan secepat itupula kembali seperti semula. Tangannya menepuk bahu gadis itu hingga sang empu menoleh dengan wajah polosnya.
Wajah yang selalu membuat sang pria terpesona hingga tak sejenakpun bisa menghilangkannya dari pikiran.
"Siapa kau?" Tanya gadis itu ragu mencoba mengenali pria yang menepuk bahunya itu.
Karena merasa jarak mereka terlalu dekat dengan posisi saling berhadapan, sang gadis mengambil satu langkah mundur. Bersamaan dengan itu sebuah sapi tangan membekap mulut dan hidungnya secara paksa. Aroma menyengat membuat kepalanya pening dan akhirnya pandangannya memburam secara perlahan dan menggelap dalam sekejap.
[]
Rasa pening dikepala membuat sang empu meringis. Gumaman pelan dari bibir cantik ia mengalihkan fokus seorang pria yang baru saja selesai memakai kaos sehabis mandi. Perhatiannya tertarik melihat pergerakan dari atas ranjang. Tanpa menunggu lama pria itu menghampirinya dengan segera. Duduk ditepi ranjang sembari mengamati gadis yang terbungkus dengan selimut sedang mencoba mengumpulkan kesadaran sebelum akhirnya membuka mata.
Dari tatapan yang diberikan sang pria terlihat sangat jelas jika dia menunggu hal ini. Bibirnya yang tadi membentuk garis lurus sekarang mulai melengkung sampai membuat wajah manisnya bertambah manis.
Sudah hampir satu hari sejak ia membawa gadis ini bersamanya dimalam itu. Karena efek obat bius yang mengalir dipembulu darah gadis itu cukup lama untuk larut hingga butuh waktu hampir satu hari sampai pada akhirnya gadis itu membuka matanya.
Segumpalan cahaya menusuk retina cantik itu membuat kelopak mata sang empu kembali tertutup dan terbuka untuk menyesuaikan pengelihatannya. Tanpa sadar bahwa sedari tadi ada seorang pria yang menunggunya ditepi ranjang dengan sabar dan senyum lebar.
"Sudah bangun?" Suara bariton itu menyentak kesadaran sang gadis membuat tubuh lemasnya tiba tiba bangkit karena terkejut.
Begitu menyadar bahwa ia bukan tertidur dikamarnya, rasa panik mulai menyerang gadis bersurai panjang dengan wajah polos itu. Apalagi saat maniknya mendapati seorang pria dengan rambut yang masih basah khas habis mandi. sedang menunggunya dengan jarak yang lumayan dekat.
Gadis itu tersentak dan langsung beringsut menjauh sekuat tenaga, "S-siapa kau?" Matanya kembali bergerak berusaha mengenali tempat dimana ia berada sekarang.
"Dimana ini?" Suara lemah itu membuat bibir sang pria melengkung sedih. Dengan sigap pria itu langsung mengambil segelas air diatas nakas dan menyerahkannya dengan lembut kearah gadis itu.
"Minumlah. Sejak kemarin malam tubuhmu tidak diberikan air atau makanan sedikitpun." Vokal rendah itu seakan mengintimidasi sang gadis membuatnya menjadi lebih ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
93 Days With You
Teen FictionSetelah kematian orangtuanya 4 tahun lalu karena kecelakaan, Hera mencoba untuk menjalankan hidupnya yang sekarang hanya sebatang kara. Hidupnya berjalan senormal mungkin selama 4 tahun, sampai disuatu malam yang tidak terduga seorang pria yang tida...