Bau darah menyengat indra penciuman Gesang remaja. Tubuhnya yang babak belur dengan banyaknya luka sulutan benda panas terasa nyeri saat kesadaran mulai terkumpul. Didalam sebuah kamar berlantaikan semen halus Gesang terbangun dengan rasa sakit yang hampir menyabotasi seluruh tubuhnya. Bibir keringnya yang memiliki sobekan kecil disudut kanan mulai melirih nyeri. Tubuhnya digerakkan seinci namun pergerakkannya terbatas karena tangannya diikat menggunakan borgol berantai panjang. Tubuhnya yang berbalut kemeja dan celana bahan hitam sudah ternodai dengan darahnya sendiri.
Kemeja putihnya sudah tercabik tak tentu bentuknya dengan noda darah yang hampir mewarnai kemeja putih yang melekat ditubuhnya. Ini adalah hukuman akibat dirinya yang tidak menuruti ucapan 'Daddy' seorang pria paruh baya yang menaungi organisasi tempat dimana ia dijual. Gesang hanyalah anak berusia dua belas tahun yang tidak memiliki kekuatan dan akal cerdas untuk memberontak. Sekalinya ia memberontak maka pukulan, cambukkan, sulutan rokok, bahkan siletan pisau bisa melukai tubuhnya.
Hidup sebagai anak yang dijual oleh ibunya hanya karena ketidak inginan Gesang lahir. Tidak begitu banyak ingatan yang Gesang punya mengenai sang ibu, ingatannya samar karena sudah tujuh tahun berlalu sejak ia tinggal dengan sang ibu. Yang Gesang ingat, setiap malamnya ia akan dikurung didalam kandang anjing yang berada digudang oleh ibunya. Setiap malam itu pula Gesang selalu mendengar suara suara aneh. Suara suara aneh yang tidak dimengerti oleh anak berusia lima tahun. Sampai disuatu malam, ibunya membawanya berjalan jalan untuk kali pertamanya. Kebahagian Gesang kecil tiada tara mendapat perlakuan Istimewa. Selama ia dan sang ibu berjalan jalan disebuah pasar, tangan mungilnya tidak sejenakpun lepas dari genggaman sang ibu.
Hari itu untuk pertama kalinya, Wanita yang selama ini selalu memukul dan memarahinya mengusap lembut kepala Gesang. Mengecup kening Gesang membuat anak berusia lima tahun itu terkerjap polos mendapat kehangatan dari kecupan dikening serta pelukan hangat dari seorang ibu. Kedua tangan mungilnya mendekap tubuh sang ibu yang berbalut jaket berwarna coklat yang sedikit beraroma nikotin dari asap rokok. Sangat jelas diingatan Gesang bagaimana ekspresi wajah Wanita itu. Wanita berlipstik merah yang cukup mengganggu dimata polosnya namun karena warna itupula mata jernih tak ternoda itu terus menatap tanpa beralih, sampai memperhatikan bagaimana bibir berbalut lipstick merah itu bergerak mengucapkan namanya disertai seringaian yang menakutkan.
"Gesang..."
"Ge.sang."
"Gesang...Gesang...Gesang..."
"GESANG!"
Tubuh gemetarnya terlonjak kuat. Matanya yang berair terbuka susah payah. Dada Gesang naik turun tidak beraturan seperti habis tenggelam. Tenggelam dalam lautan masa lalu yang mengerikannya. Tangannya gemetar tak kauran, matanya yang menatap langit langit kamar perlahan mengabur. Ia tidak terisak namun air matanya turun melalui sudut mata membuat perempuan yang duduk disebelahnya terpaku dengan pemandangan itu.
Hera mengangkat tangannya perlahan dari lengan Gesang yang gemetar karena tangannya meremat kuat selimut. Awalnya Hera tertidur amat pulas namun karena gerakkan yang diciptakan oleh tubuh Gesang mengusik tidur Hera. Hera pikir pria itu belum tertidur namun saat Hera terbangun, ia terkejut dengan kondisi tubuh Gesang yang tertidur telentang dengan tubuh kaku yang gemetar. Bibirnya terkatup rapat seperti sengaja ditutup agar tidak mengatakan apapun. Matanya tertutup dengan air mata yang mengalir melalui sudut mata. Belum lagi keringat yang mengembun di keningnya.
Entah...Hera bingung apa yang terjadi pada pria itu. Jadi Hera menguncang tubuh kaku itu disertai panggilan nama, tapi hal itu justru membuat tubuh Gesang semakin gemetar dan memberontak tertahan layaknya kedua kaki dan tangannya diikat kuat.
Sampai sekarangpun Hera masih tidak bisa membaca situasi. Tangannya mengambang diatas lengan Gesang yang sedang menangis tanpa suara. Iba mengusik hati, melihat pria yang selalu memiliki sorot dingin tidak terbaca kini menatap langit langit kamar dengan tatapan kosong. Hera turun dari ranjang, meraih gelas berisi air yang sengaja Gesang siapkan untuk Hera sebenarnya. Kemudian gadis itu kembali naik keatas ranjang, mendekati Gesang dengan hati hati. Tangan kanannya terulur ingin mengintupeksi namun ragu menyertai sampai akhirnya tangan hangat Hera menyentuh lengan Gesang yang berkeringat dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
93 Days With You
Teen FictionSetelah kematian orangtuanya 4 tahun lalu karena kecelakaan, Hera mencoba untuk menjalankan hidupnya yang sekarang hanya sebatang kara. Hidupnya berjalan senormal mungkin selama 4 tahun, sampai disuatu malam yang tidak terduga seorang pria yang tida...