Yorobun... jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya. Vote, komen atau nambahin cerita ini ke reading list kalian. Biar aku tahu seberapa banyak dan excitednya yang nungguin Gesang sama Hera >_<
thankcuuu
___
"Untuk apa semua ini?" tanya Hera bingung pada kantong belanjaan yang Gesang bawa sepulangnya entah dari mana.
Kantong belanjaan itu berukuran sedang dan ada tiga. Yang masing masing dipenuhi oleh barang barang. Seperti buah, kue, bahan makanan mentah, bahan makanan setengah jadi dan kaleng bir hingga arak putih.
Pria yang ditanya sibuk mengeluarkan semua belanjaannya. Menyusunnya diatas meja makan sebelum dimenyimpannya didalam lemari penyimpanan. Bahkan Gesang membeli dua ikan segar yang Hera sendiri tak tahu untuk apa ikan itu. Tiba tiba sekali pria itu membawa banyak belanjaan. Sejak hari dimana pertama kalinya Gesang meninggalkan Hera sendirian dirumah, Gesang jadi lebih sering meninggalkan rumah tanpa rasa khawatir, karena sekembalinya pulang Hera akan menunggunya diruang tengah dengan kesunyian.
Beberapa kali Gesang mendapati Hera yang menunggunya hingga larut malam dengan keheningan. Gadis itu hanya melamun menatap layar televisi yang mati. Melihat hal itu berulang kali setiap ia baru pulang, akhirnya Gesang memutuskan untuk berbaik hati menyalakan televisi untuk menemani Hera jika ia sedang pergi.
"Mandi dan bersiaplah," titah Gesang sambil mulai berkutat dengan alat masak.
Meletakkan panic berukuran tidak begitu besar diatas kompor. Menuangkan air kedalam panci tersebut sebelum menyalakan apinya.
Hera memperhatikan, lalu menatap pria yang mulai sibuk itu. "Untuk apa?"
Gesang berbalik karena mendengar pertanyaan itu. Wajah Gesang terlihat bingung, begitupun dengan Hera yang menatapnya sama bingung.
"Ini tanggal sebelas," balas Gesang.
Alis Hera bertambah menukik. "Lalu kenapa kalau tanggal sebelas?"
Gesang sempurna berbalik menatap tidak percaya kearah Hera. "Hari ini peringatan kematian orangtua mu."
Mata Hera membesar mendengar penuturan itu. "Bulan berapa sekarang?"
"Oktober."
"ASTAGA! Kenapa kau tidak mengatakannya dari tadi!" seru Hera kalang kabut.
"Aku pikir kau ingat," cicit pria itu pelan.
Sementara Hera yang terburu buru masuk kedalam kamar untuk mengambil pakaian ganti dan handuk untuk mandi.
"Aku memang ingat! Tapi karena rumahmu ini tidak punya kalender aku jadi lupa ini tanggal dan bulan apa!" ujar Hera berteriak sambil terburu buru masuk kedalam kamar mandi.
Gesang yang mendengar pintu kamar mandi ditutup cukup kencang hanya bisa mengulas senyum. Hampir tiga minggu sejak Hera bersamanya, perlahan gadis itu mulai bicara santai padanya. Tidak menuntut banyak seperti awal awal.
Hari ini adalah peringatan kematian lima tahun Benny dan Helena. Biasanya Gesang melakukannya sendiri, begitupun dengan Hera namun tahun ini cukup special karena kedua orang itu kini memperingati hari kematian dua orang berharga itu secara bersama sama, ditemani menu makanan kesukaan Helena dan Benny.
Ruang tengah rumah Gesang sudah disulap sebagai altar dalam kurung waktu dua jam. Keduanya sudah mengenakan pakaian hitam. Meja yang dijadikan altar dengan foto Benny dan Helena juga sudah diletakan diatas meja bersama dengan makanan dan minuman.
Dupa mulai dinyalakan oleh Hera. Gadis itu bersimpuh didepan meja altar setinggi lutut. Berdoa untuk kebahagian ayah dan ibunya di surga sana, berharap kedua orangtuanya itu tidak mengkhawatirkannya lagi karena kini ada seorang pria yang datang mengaku akan melindunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
93 Days With You
Novela JuvenilSetelah kematian orangtuanya 4 tahun lalu karena kecelakaan, Hera mencoba untuk menjalankan hidupnya yang sekarang hanya sebatang kara. Hidupnya berjalan senormal mungkin selama 4 tahun, sampai disuatu malam yang tidak terduga seorang pria yang tida...