Chapter 7 - Bunga Misterius

459 89 54
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
.
.
.
.
.

Sebelumnya aku mau ngucapin makasih buat yang udah selalu ninggalin jejak, ya. Seenggaknya aku jadi tahu cerita ini ada yang suka.

Bantu kawal cerita ini sampai tamat, ya. Cuma kalian penyemangatku ❤️ Gak papa sedikit yang penting menemani aku, eaa.... Haha..

Di tengah kesibukan para karyawan di ruang redaksi, seorang resepsionis masuk ke dalam sambil membawa satu buket bunga ukuran standar ke dalam dan dia memanggil nama Khaula

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah kesibukan para karyawan di ruang redaksi, seorang resepsionis masuk ke dalam sambil membawa satu buket bunga ukuran standar ke dalam dan dia memanggil nama Khaula.

Merasa namanya disebut perempuan itu bergegas menghampiri sang resepsionis.

"Ada kiriman bunga," ucap resepsionis perempuan itu seraya memberikan bunga di tangannya.

"Bunga? Dari siapa, Mbak?" tanya Khaula seraya menerima bunganya.

"Nggak tahu, kurirnya cuma bilang kalau ini buat Khaula yang ada di bagian redaksi."

"Oh, gitu, ya, Mbak."

"Ya sudah saya ke bawah lagi."

"Makasih banyak, Mbak." Masih banyak pertanyaan yang ingin Khaula tanyakan tapi percuma juga karena resepsionisnya tidak punya informasi lebih. Dia berusaha mencari kartu ucapan yang biasa orang sematkan jika ingin mengirim bunga, namun Khaula tak menemukannya.

"Cieeee, ekhem, ada secret admirer, nih, kayaknya," ucap salah seorang di sana. Kini Khaula menjadi pusat perhatian.

"Cieee."

"Iih apa, sih, biasa aja, ah. Mungkin orang iseng." Bukannya senang karena mendapat bukan bunga Khaula malah bingung. Siapa pula yang mengirimnya? So misterius sekali.

Pandangan Khaula beralih ke ruang redaksi. Terlihat Kahfi sedang fokus dengan laptopnya.

Apakah dia si pengirimnya?

Apa karena beberapa jam lalu Khaula mengirim CV Taaruf lalu karena dia kesenengan jadi pesan bunga lewat online, begitu?

Terkaan itu sepertinya yang paling berpotensi. Hanya Kahfi yang akan melakukan hal ini. Siapa lagi? Baiklah, Khaula akan menyimpannya di meja kerja untuk menghargai.

Berusaha untuk tak begitu memikirkan, tetap saja Khaula penasaran dengan si pengirim bunga bahkan saat jam selesai kerja sudah tiba ia masih memikirkannya.

Motor Khaula masuk ada di bengkel, jadi dia biasa pulang ojek online. Tak apa mahal, tidak sering ini. Khaula malas berdesak-desakan di stasiun kalau harus pulang naik KRL. Dia tidak suka menggunakan angkutan umum itu. Mungkin karena kebiasaan naik motor jadi bisa sat set.

"Mau bareng?" Suara seseorang menghentikan aktivitas Khaula yang hendak memesan taksi.

Tanpa melihat wajahnya Khaula sudah tahu siapa dia. Dari suara, aroma parfum, dia sudah mengenalnya. Khaula lantas menggeleng. "Mau ke blok M dulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear KahfiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang