Pagi – pagi sekali meski Lauren masih mengantuk, para pelayan membangunkannya. Bahkan matahari belum menampakkan sinar, itu membuat Lauren menggerutu kesal. Para pelayan berkata itu adalah perintah sang nenek, mereka akan membuat perawatan ekstra untuk pesta teh pertama yang dibuat untuk Lauren.
Ngomong – ngomong saat mereka kembali dari pasar, Lauren berhasil membujuk sang nenek karena membawa pulang budak yang mereka tebus.“Tolong bawakan aku segelas susu untuk di minum,” ucap Lauren.
Seorang pelayan bergegas pergi, sementara sisanya terus menggosok tubuh Lauren dengan sabun. Busa terlihat menutupi tubuh kecil Lauren. Sejujurnya ia malu, jiwanya adalah wanita dewasa. Bagaimana mungkin orang lain dapat memandikan dan menggosok tubuhnya.
Setelah ritual mandi selesai, Lauren masih harus dirias, sesuatu yang tidak bisa ia hindari lantaran para pelayan itu berkerumun di sekitar tubuhnya. Tak berselang lama Megan masuk dengan membawa segelas susu. Mereka menghentikan aktifitas sejenak, untuk membiarkan nona kecilnya meminum segelas susu.
“Apakah Megan akan menemaniku di pesta?” tanya Lauren.
“Tentu saja. Nyonya Isabella memerintahkan saya agar selalu di sisi nona muda.” Megan mendekat untuk mengambil kembali gelas di tangan Lauren yang kini telah kosong.
“Aku takut tidak punya teman.” Lauren meremas gaunnya, bibirnya mengerucut dengan wajah sayu.
“Saya yakin nona akan mendapat teman yang tulus. Berhati – hatilah nona, mereka bisa saja mereka hanya memanfaatkan status yang anda miliki,” terang Megan.“Semoga saja,” gumam Lauren.
Mereka segera membereskan peralatan merias, lalu membungkuk memberi salam sebelum melangkah pergi.
“Lauren, kita berbicara sebentar,” ucap Isabella yang baru saja memasuki kamar cucunya.Isabella menduduki salah satu kursi kosong, lalu mengisyaratkan Megan keluar dari lirikan matanya. Megan melihat isyarat itu lantas membungkuk sebelum pergi, dengan pekanya menutup pintu kamar Lauren.
“Lauren, nenek membawa daftar bangsawan yang harus kau hafal.” Isabella menyodorkan buku tebal yang ia bawa, meski merasa tertekan gadis itu tetap tersenyum menerimanya.
“Ini semua harus kuhafal?” tanya Lauren sembari membolak balikan halaman buku.
“Sebaiknya kau hafal, ini demi reputasimu. Atau akan kuberi keringanan, hafalkan dulu teman teman pesta tehmu nanti,” ucap Isabella.
“Aduh kepalaku pusing,” ucap Lauren sambil berpura – pura menutup mata dengan kedua tangan memegang kepala.
Diluar dugaan, neneknya mendekat lalu mencubit pipinya, itu sontak membuatnya refleks membuka mata sembari pegusap pipi yang terlihat sedikit kemerahan.“Jangan berbohong anak manis, atau kau akan kumasukkan kelas tata krama sejak dini,” ancam Isabella.
Isabella bangkit dari duduk lalu berkata, “dahulu Theodore juga melakukan hal ini Lauren.”Lauren mendengus melihat neneknya membuka pintu dan pergi begitu saja. Isabella memiliki sifat teratur, ia juga ingin semuanya berjalan dengan sempurna tanpa kesalahan sedikitpun. Seperti tipe perfeksionis dari bosnya di masa depan yang sering membuatnya sakit kepala, lantaran sering mendapatkan teguran atas kesalahan yang diperbuatnya. Contohnya terlambat satu menit mengumpulkan laporan.
Bosan di kamar saja, Lauren memilih keluar kamar dengan menenteng buku tebal di tangan. Ia butuh udara sejuk untuk menjernihkan pikiran. Gadis itu masih saja merasa takjub dengan interior rumahnya, sesekali pekerja yang berpapasan menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putri Angkat Duke Tiran
FantasyTheodore de Luca di angkat menjadi seorang Duke muda setelah kematian sang ayah di medan perang. Alih - alih memilih pasangan hidup, ia justru menolak semua putri bangsawan yang di sodorkan padanya. Pria itu menghindari pernikahan dan justru mengado...