Part 25: Family Dinner

17 4 0
                                    

𝓕𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 𝓓𝓲𝓷𝓷𝓮𝓻

۫۫ ꣑ৎ Happy Reading, Love ۫ ꣑ৎ

Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung kristal, menciptakan kilauan cahaya lembut yang memantul dari permukaan marmer meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung kristal, menciptakan kilauan cahaya lembut yang memantul dari permukaan marmer meja. Setiap meja ditata dengan sempurna, menggunakan taplak linen putih, piring porselen, dan gelas kristal yang bersinar di bawah cahaya lilin.

Musik jazz lembut mengalun di latar belakang, tidak ada hiruk-pikuk atau kegaduhan di sini—hanya ada kesan ketenangan yang terbungkus dalam atmosfer prestisius yang sengaja dibangun untuk menyenangkan mereka yang datang mencari pengalaman bersantap yang tak terlupakan.

Seorang wanodya laksmi dengan balutan Dior Wraparound Mid-Length Dress yang membungkus sempurna tubuh proporsionalnya tengah duduk tegap sembari memainkan ponsel.

“Arletta, masukkan ponselmu ke dalam clutch,” tegur Albern, dengan nada lembut namun tegas. “Klien Papa sudah sampai di lobby. Jangan main hp saat makan malam nanti dilakukan.”

Albern tampak sangat gagah malam itu, mengenakan setelan Polo Tailored Silk-Linen Hopsack Suit dari brand ternama, Polo Ralph Lauren, berwarna putih gading yang membingkai posturnya dengan sempurna. Arletta, yang awalnya sibuk dengan ponselnya, mendongak sesaat, merasa sedikit terusik oleh teguran sang ayah.

Namun, dia tahu ini bukan waktunya untuk berargumen. Dengan cepat, ia memasukkan ponselnya ke dalam Chanel Black Classic Quilted Clutch yang ada di pangkuannya.

Tak lama kemudian dua orang pria datang menghampiri mereka. Manik onyx  milik Arletta menajam saat mengenali salah satu pria dengan penampilannya yang sempurna—mengenakan Tom Ford Silk Viscose Velvet Atticus Cocktail Jacket berwarna hitam yang memancarkan kilauan halus di bawah cahaya kristal restoran.

Namun yang lebih menarik perhatian adalah buket besar di tangan pria itu—seperpaduan mawar hitam dan merah, begitu kontras dan indah. Senyum tipis terukir di paras tampannya, setibanya di meja, dia mengulurkan buket mawar itu kepada Arletta, matanya menatapnya dalam, seolah semua orang di ruangan itu lenyap, dan hanya mereka berdua yang tersisa.

“Louis?” Pria itu memang Louis, lebih tepatnya Louis Frankie Smith, pewaris tunggal perusahaan LuxeLand Global Developments.

“Happy anniversary, Dearest. You look absolutely stunning tonight. Well, you always look gorgeous, but tonight you look particularly enchanting,” puji Louis dengan suara beratnya.

Arletta masih tertegun, matanya berpindah dari Louis ke Papa dan Mamanya yang dengan tatapan penuh kebingungan. Mereka seolah menunggu reaksinya, namun sebelum dia sempat berkata apa-apa, pandangannya tertuju pada sosok pria yang berdiri di belakang Louis.

Last but Not Least Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang