Part 10: Hesitant to Leave

96 21 0
                                    

𝓗𝓮𝓼𝓲𝓽𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓛𝓮𝓪𝓿𝓮

۫ ꣑ৎ Happy Reading, Love ۫ ꣑ৎ

Kaki jenjang dari laki-laki beriris biru itu melangkah keluar, sepeninggal Louis membuat Arletta kembali memusatkan perhatiannya ke Michele

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki jenjang dari laki-laki beriris biru itu melangkah keluar, sepeninggal Louis membuat Arletta kembali memusatkan perhatiannya ke Michele. Paras ayu milik gadis bersurai kecokelatan itu tampak telah terlelap tenang, senyum paksa dari Arletta dengan helaan nafas panjang menatap gadis itu iba.

Arletta bangkit dari kasur Michele, ia beranjak mengambil kotak obat dan kembali lagi duduk di tepi ranjang. Dengan telaten Arletta melepas Chanel Classic Short Tweed Cardigan miliknya yang tadi ia pakaikan pada Michele. Gerakan tangannya tampak hati-hati takut Michele akan terbangun.

Setelah itu Arletta menyingkap lengan dari mini dress yang Michele kenakan. Di sana terdapat beberapa luka yang telah mengering, tapi di lengan kiri Arletta menemukan lima sayatan baru. Arletta menghela nafas pelan, kemudian dia mulai merawat luka-luka Michele dengan telaten.

“Besok aku akan berangkat ke Sydney, tapi melihat kondisi kamu seperti ini aku jadi ragu. Will you be okay if I leave you?” racau Arletta sembari mengobati luka-luka di lengan Michele.

“You asked me to stay three years ago, but why are you losing your way now?” Tidak ada jawaban dari Michele karena gadis itu telah terlelap sepenuhnya.

Selesai mengobati luka Michele, Arletta memutuskan untuk menggantikan pakaian gadis itu. Ia ingin Michele tidur dengan nyaman, gadis itu pasti tidak nyaman jika tidur menggunakan mini dress seperti itu. Arletta beranjak ke lemari Michele guna mencari baju tidur gadis itu, baru setelahnya ia dengan sabar dan hati-hati mengganti pakaian Michele.

“Tolong jangan abaikan pesanku saat aku berada di Sydney nanti. Jaga diri baik-baik, tolong kurangi minum. You told me not to touch alcohol, but now you seem to be more addicted than I am. Kalau butuh sesuatu, kamu bisa hubungi Alexandra. Aku sudah titipkan kamu ke dia,” oceh Arletta meski ia tidak yakin Michele dapat mendengarnya.

“Whatever you find out later, I hope you ask me first. I can't possibly hurt you, although the things I do may hurt you, but I do it to protect you so that you don't get more pain.”

Ada rasa yang aneh bergejolak di dalam dada Arletta. Cepat atau lambat Michele pasti akan mengetahui tentang hubungannya dan Louis. Arletta harus menyiapkan untuk hal itu atau setidaknya ia harus memikirkan cara agar Louis dan keluarganya tidak akan menyentuh Michele lagi tanpa melibatkan dirinya.

Setelah puas memandangi paras ayu Michele, Arletta kembali memakai Chanel Classic Short Tweed Cardigan miliknya. Dia menarik selimut Michele hingga dada. “Aku pulang. Dua bulan lagi aku akan memeriksa lenganmu. Aku harap tidak ada luka baru di sana atau di bagian tubuh mana pun,” pamit Arletta.

Sebelum keluar dari kamar Michele, Arletta kembali membalikkan badan yang menatap gadis itu lagi. Detik berikutnya ia benar-benar meninggalkan kamar Michele. Saat baru keluar dari kamar Michele, Louis ternyata tengah menunggunya di ruang tengah. Laki-laki itu tampak tenang sembari meneguk segelas kopi.

Last but Not Least Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang