Ayah Mertua 2

6.3K 104 1
                                    

Flashback

Seminggu setelah pernikahan, kehidupan Jeno dan Haechan mulai kembali pada rutinitas.

Jeno, yang bekerja sebagai seorang arsitek, mendapat tugas mendadak untuk sebuah proyek besar di luar kota.

Meski baru saja menikah, dia harus meninggalkan Haechan selama beberapa hari.

"Aku akan merindukanmu," kata Haechan dengan nada sedikit manja saat Jeno bersiap-siap untuk pergi.

"Aku juga. Tapi ini hanya sebentar, kok. Kamu akan baik-baik saja di sini. Lagipula, ada Ayah yang bisa menemanimu," kata Jeno sambil tersenyum.

Johnny sangat dekat dengan Haechan sejak mereka berpacaran, dan setelah menikah, hubungan mereka semakin hangat, layaknya ayah dan anak kandung.

Setelah Jeno pergi, Haechan merasa sedikit kesepian. Rumah yang biasanya dipenuhi dengan canda tawa mereka kini terasa lebih sunyi.

Namun, Haechan merasa bosan. sementara Johnny, mertuanya, sibuk di lantai atas. Rumah terasa sepi dan sunyi, dan Haechan memutuskan untuk memanfaatkan waktu luangnya.

Kolam renang yang terletak di halaman belakang tampak begitu menggoda di bawah sinar matahari yang hangat. Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk berenang santai.

Mengenakan pakaian renangnya yang simpel tapi seksi, Haechan perlahan masuk ke dalam air, menikmati kesegaran yang meresap ke kulitnya.

Air kolam terasa sempurna, sejuk dan menyegarkan di hari yang panas itu. Dengan tenang, ia berenang dari ujung ke ujung, membiarkan pikirannya kosong dan tubuhnya rileks.

Saat Haechan mengambang di tengah kolam, matanya setengah terpejam, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki mendekat. Awalnya, ia tidak memperhatikan, mengira itu hanya suara angin atau mungkin hewan kecil yang lewat di dekatnya.

Namun, langkah kaki itu semakin keras, dan kemudian, terdengar suara yang sangat dikenalinya.

"Haechan?" Ia membuka mata dengan cepat, dan di tepi kolam berdiri Johnny, dengan ekspresi kaget dan bingung.

Johnny tampaknya tidak mengira Haechan sedang berenang santai sendirian di kolam.

Wajah Haechan langsung memerah, ia buru-buru berenang ke tepi, merasa sedikit canggung karena tertangkap basah oleh mertuanya.

"Oh, Ayah! Aku... cuma berenang, Jeno lagi kerja, jadi aku pikir nggak masalah kalau aku pakai kolam," jawab Haechan gugup, berusaha menjelaskan.

Johnny mengerutkan kening, tapi kemudian tertawa pelan, melihat Haechan yang sedikit salah tingkah.

"Ya, nggak masalah, Haechan. Ini rumahmu juga sekarang. Aku cuma nggak nyangka kamu di sini sendirian." Haechan tersenyum canggung, mencoba menutupi rasa malunya.

"Iya, aku pikir ayah nggak bakal keluar, jadi... ya, aku santai aja."

Johnny mengangguk, tersenyum mesum, tapi kemudian ia berkata dengan nada bercanda, "Cuma hati-hati, jangan sampai Jeno marah kalau tahu aku yang lihat kamu berenang duluan."

Johnny tertawa kecil, membuat Haechan semakin malu. "Ayah! " seru Haechan sambil tertawa kecil, walaupun wajahnya masih merah.

Johnny mengangkat tangan seolah menyerah, lalu berbalik pergi. "Baiklah, aku nggak ganggu lagi. Selamat menikmati waktu berenangnya."

Haechan menghela napas panjang setelah Johnny menghilang dari pandangan, merasa lega.

Johnny sampai keruang kerjanya sambil melihat celananya yang sedikit mengembung.

Haechan BPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang