Mohon untuk yang mampir ke cerita ini
untuk selalu vote dan komen (hargai penulis)
...
Menikah dengan seseorang yang kita cintai adalah anugerah tapi ketika kita tidak bisa mempunyai anak karena nya, bisakah tetap kita bilang anugerah?
punya hutang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Not accepting dark readers, let alone not respecting the author.
So if you don't intend to read here, please leave.
!!!! Vote and comment !!!
• • •
Tanpa alas apapun kakinya tetap nyaman berlarian meski tidak tahu arah, rerumputan yang hijau menjadi saksi langkah kakinya yang tiada henti masih menggunakan baju rumah sakitnya tanpa tersadar dirinya bukanlah sedang dalam dunia nyata.
Burung berkicau merdu menarik perhatiannya membuat paling tidak ada arti mengapa terus saja dirinya berlari. Hampir mendapatkan burung yang dia incar padahal tinggal satu langkah lagi dirinya terjatuh akan tetapi tidak ada rasa sakit yang dia rasakan.
Matanya saat akan terjatuh tengah terpejam menjadikan saat terasa badannya melayang dalam sekejap matanya perlahan terbuka.
"Eonni"satu kata yang pertama kali terucap olehnya ketika melihat dengan jelas sosok yang telah menangkap badannya. Menangkup dengan erat kedua bahu milik orang didepan nya seraya dengan pelan bibirnya mulai terangkat untuk berkata "hiks... mianhe aku jahat eonni hiks..." mengangkat pupil mata nya dapat dilihat untaian senyum teduh mulai tercipta oleh sosok didepannya entah kenapa menambah rasa ingin mengeratkan pelukan semakin tinggi dalam hatinya.
Grep
Untuk kedua kalinya dia melimpah kan diri dalam dekapan sang eonni menahan tangis yang sudah tidak lagi bisa ditahannya, menahan disaat sang eonni hendak menarik diri.
"Jangan hiks..."ucapnya mengambil kembali tangan eonninya yang akan lepas "ak-ku rindu"suaranya begitu lirih hingga terdengar bak cicitan.
"Jennie aku harus pergi"santainya wanita yang lebih tua menggerakkan mulutnya melepas pelan pegangan tangan Jennie yang entah kenapa kali ini menjadi terasa lebih seperti menghempas.
Memegang bagian kiri wajah Jennie menerka mimik wajah apalagi yang akan didapatkannya dari si gadis cantik bersurai coklat padam yang menetralkan betapa pucat wajah miliknya.
Melipat kedua tangannya sendiri Jennie yang tersihir oleh senyum sendu milik sang eonni terdiam bibirnya tidak nampak tanda-tanda untuk kembali bergerak. Sebenarnya bukan hanya tersihir Jennie juga telah terpaku apalagi dalam benaknya banyak sekali terkaan buruk jika dirinya kembali angkat bicara.
Seakan mampu membaca isi hatinya sosok didepannya lantas mengusap pucuk kepalanya "tenanglah Jennie aku masih akan selalu ada-"menjeda sebentar untuk kemudian menarik tangan Jennie yang disimpan sendiri oleh pemiliknya "disini" dada Jennie ditekan dengan tangan miliknya yang bertumpuk dengan tangan Jennie.