13. "Teman Hidup" (Jaynoo)

145 17 2
                                    

"Teruslah bersamaku, jadi teman hidupku. Berdua kita hadapi dunia."

---

Siapa yang menyangka di usianya yang masih tergolong muda, 23 tahun, ia sudah resmi menjadi pasangan hidup orang lain. Tidak pernah terpikirkan, dirinya sudah dipinang oleh lelaki yang tergolong baru dalam hidupnya.

Semua terjadi cepat, entah bagaimana, dirinya juga bingung untuk menceritakan awal mulanya. Karena mungkin dari sisi Suaminya cerita ini akan lebih menarik.

Semua dimulai saat ia baru menjajaki kakinya ke dalam rumah selepas kembali dari kantor. Ia melihat orang tuanya tengah duduk berbincang bersama beberapa orang yang dirasa dikenalnya. Itu CEOnya dan entah, mungkin kerabatnya.

Ia jelas bingung dengan situasi ini, hingga akhirnya mereka menyadari eksistensinya di situ.

"Adek udah pulang ya, sini Dek." Ia mengikuti mereka untuk bergabung bersama.

"Kami sedang berdiskusi tentang sesuai yang penting. Silahkan Nak Jay, sampaikan sendiri maksud dan tujuanmu." Sejenak ia melihat Pak Jay menghembuskan napasnya. Sunoo kebingungan dengan gestur dari Pak Jay, apa maksudnya tadi? Tujuan apa?

"Sunoo saya rasa kamu sudah tahu siapa saya. Tujuan saya berada di sini bermaksud untuk meminang kamu dalam ikatan pernikahan, dan menjadikan kamu sebagai teman hidup saya. Saya tidak memaksa, tetapi saya berharap ada kabar baik yang dapat saya terima."

---

Mengingat kembali rangkaian peristiwa itu, semuanya terasa sangat cepat. Lihat, ia telah resmi menjadi pasangan sah dari CEO perusahaan tempat dirinya bekerja.

Sejujurnya Sunoo juga mempertanyakan keputusannya untuk menyetujui pinangan dari suaminya itu.

Orang tuanya tidak pernah menuntut untuk dirinya segera menikah, tetapi entah dorongan dari mana ia menyetujui hal tersebut.

Terlalu larut dalam nostalgianya bersama sang Suami, ia dikejutkan dengan tangan yang melingkar di pinggang rampingnya. Jay terbangun sendiri, sebelum akhirnya menyadari teman hidupnya tengah berada di balkon kamar mereka.

"Mikirin apa hmm?"

"Ndak ada Mas, cuma keinget pas kamu lamar aku dulu." Jay hanya tersenyum menanggapi jawaban pasangannya, sembari mencuri kecupan di pipi merahnya. Ia juga menyusupkan wajahnya ke ceruk leher pria cantik di dekapannya.

"Ngomong-ngomong, sampe sekarang aku masih ga paham kenapa Mas suami tiba-tiba lamar aku?"

"Pertanyaan kamu gamau diganti gitu Dek?"

"Ih Mas, lagian tiap ditanya selalu ada aja alesannya. Aku tuh penasaran, ko bisa kamu yang udah umur mateng mau sama aku yang lebih mudah hampir 8 tahun sama kamu."

Jay tersenyum, "Yaudah iya ini cerita, dengerin, tapi jangan diledekin." Lawan bicaranya mengangguk dengan antusias dan semakin menyamankan diri dalam dekap sang Suami.

---

Jay berada di sebuah taman dekat sekolah negeri unggulan. Taman yang indah dan ramai dengan beberapa siswa-siswi dari jenjang sekolah menengah akhir yang masih berlalu lalang. Jay sedikit merasa lelah dengan pekerjaannya, hingga memutuskan untuk menjejakkan kakinya di taman tersebut.

Sore itu gerimis tipis sedikit mengguyur kota, menjadikan suasana menjadi lebih syahdu dengan riuh manusia yang mulai terburu menghindari hujan.

Awalnya semua berjalan demikian, sampai suatu objek mengalihkan perhatiannya. Di tengah gerimis yang mulai melebat, seorang siswa dengan hoodie abu dengan posisi berjongkok masih bertahan di tempat yang tidak teduh. Mungkin usianya sekitar 18 tahun.

Kemudian siswa itu berlari kearah tempat Jay terduduk, sekilas Jay melihat, dia cantik. Siswa itu berdiri tidak jauh darinya, Jay melirik pada genggaman tanganya, a lil white kitten.

Entah mengapa jantung Jay berdetak sangat kencang. Remaja tampan dan cantik secara bersamaan, hoodie abu, kucing kecil di genggamannya, dan suasana mendung. Mungkin saat itu untuk pertama kalinya Jay merasakan jatuh pada pandangan pertama.

Jay pikir mungkin itu hanya perasaan sesaat dari sebuah perjumpaan singkat, hingga 4 tahun kemudian ia kembali bertemu dengannya. Tidak banyak yang berubah, sedikit lebih dewasa dan lebih indah.

Tanpa disadari pula, ia tak pernah menjalin kasih dengan siapapun, karena sejujurnya Jay masih terbayang remaja cantik di taman. Jay bersyukur mereka dipertemukan kembali.

Butuh satu tahun bagi Jay untuk akhirnya mantap melaksanakan niatannya, dan semakin tidak menyangka bahwa gayungnya bersambut. Ia sangat bersyukur.

---

"Mas bucin banget ya ke aku? 4 tahun tanpa tahu nama, eh aku baru kerja di perusahaan kamu abis lulus kuliah tiba-tiba diajak nikah." Jay hanya terkekeh mendengar celetukan cantiknya itu.

Jay mengeratkan dekapannya pada pinggang si Cantik. Mereka sudah berpindah dari balkon dan memutuskan untuk berbaring di kasur yang hangat.

"Iya harus, cantik gini masa Mas ga bucin." Sunoi terlihat biasa saja, tetapi kulit cerahnya berubah kemerahan.

"Ih apasih Mas." Jay gemas melihat cantiknya salah tingkah, ia lalu bubuhkan ciuman pada bibir si Cantik dilanjutkan dengan lumatan kecil yang lembut.

"Dek, cantiknya Mas. Selalu jadi punya Mas ya, kita hadapin dunia kedepannya, kita jalanin terus kehidupan bareng-bareng. Mas cuma mau sama kamu, deket kamu mas jadi lebih damai dan mas ngerasa utuh."

Belum ada balasan dari Sunoo, si Cantik mengeratkan pelukannya dan bubuhkan kecupan panjang di dahi sang Suami.

"Mas juga ya, sama-sama kita jadi dunia masing-masing." Jay tersenyum tampan, kembali bubuhkan ciuman penuh afeksi pada Sunoo. Pagi ini mereka kembali labuhkan rasa cinta yang dimiliki, menikmati pagi dengan sang terkasih.

Dan tanpa mereka sadari, kisah mereka sama. Sama-sama jatuh pada pandang pertama di rentang waktu yang berbeda.

Sunoo, ia juga terpesona dengan Jay saat pertama kali melihatnya di rumah.


---
21/09/24
Romance tuh sulit. Maaf kalau ga dapet feelnya, susah jujur :")

Mau nanyak, kalian bermasalah ga kalau ada Mpreg dan sejenisnya?

Daily Jurnal: Drabble | Sunoo EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang