안녕하세요 친구!
Happy Reading!*✧(◍•ᴗ•◍)✧*
Bulan-bulan berlalu, saat ini usia kandungan Caca sudah memasuki usia kurang lebih sembilan bulan. Tinggal menunggu beberapa minggu lagi untuk Caca melahirkan anak ketiganya dengan Maveen.
Siang ini Caca dilanda kebosanan, akhirnya Caca memutuskan untuk pergi ke kantor suaminya sekalian untuk mengajak makan siang bersama. Caca tidak tau Maveen sedang ada di kantor atau tidak, karna Maveen tidak membalas pesan darinya sama sekali.
Caca juga tidak bisa menghubungi Sekertaris baru Maveen, karna selama sekertaris baru bekerja di perusahaan Maveen, Caca sama sekali belum pernah melihat bagaimana rupa sekertaris yang bernama 'Adhis' itu.
Caca membuka pintu ruangan Maveen dan melihat Gendhis dan Maveen yang sedang duduk bersampingan. Caca menatap Gendhis tak percaya, jadi selama ini sekertaris baru suaminya adalah Gendhis.
"Gendhis?" panggil Caca pelan.
"Ca, kamu kenal Gendhis?" Maveen langsung berdiri dan menghampiri Caca. Maveen hendak memegang tangan Caca, tapi Caca terlebih dulu menepis dan berjalan mendekati Gendhis.
"Lo benar-benar nggak kapok, ya?" tanya Caca dengan tajam.
Gendhis diam ketakutan berpura-pura seperti perempuan polos yang tidak tau apa-apa. Maveen berdiri tepat didepan Gendhis untuk menghalau Caca, yang menatap tajam Gendhis.
"Dari kapan hubungan kalian? Aku mau kamu pecat dia!" titah Caca.
"Aku nggak bisa pecat dia gitu aja, aku sama dia cuma sebatas hubungan kerja. Kecemburuan kamu itu terlalu berlebihan, Ca." jelas Maveen menatap wajah sang istri.
"Aku tau gimana dia, dia itu perempuan nggak bener, kak! Dia itu perempuan penggoda, dia nggak pantes kerja disini." tekan Caca dengan menunjuk Gendhis.
Kemudian Caca menarik lengan Gendhis dengan kasar, agar tidak berlindung dibelakang tubuh Maveen.
"Harusnya manusia kayak lo itu enyah dari dunia ini. Setelah ini apa? Lo mau kasih tubuh lo, buat suami gue?" tanya Caca marah.
Plak!
Caca membulatkan matanya terkejut, merasakan rasa panas yang menjalar di pipinya. Telapak tangan Maveen yang besar, berhasil membuat pipinya nyeri dan kebas.
"Apa pantas seorang perempuan berkata seperti itu pada sesama perempuan?" dingin Maveen.
Maveen tak suka jika ada seorang perempuan merendahkan perempuan lainnya, berkata kasar, apalagi mengumpat untuk orang lain.
"Kamu belain dia?" Caca menyentuh pipinya yang terasa perih, tak percaya jika Maveen akan menamparnya.
"Aku nggak belain dia, tapi kamu udah keterlaluan Haneesha!" bentak Maveen.
"Yang aku bilang itu fakta!" balas Caca dengan membentak.
"Lo nggak puas bikin rumah tangga Abang gue hancur, dan sekarang lo mau ngerebut suami gue?" tanya Caca dengan bergetar, menahan rasa perih karna sudut bibirnya yang berdarah.
"Hebat! Benar-benar wanita perusak!" Caca meraih gelas berisi jus jeruk yang ada diatas meja kerja Maveen, lalu menyiramkan jus itu kearah Gendhis.
Maveen terlebih dulu menarik tubuh Gendhis, untuk mundur dan berlindung dibelakang tubuhnya. Alhasil Maveen yang terkena jus itu, membuat jas mahal milik Maveen basah dan lengket.
"Haneesha, stop!" sentak Maveen dengan wajah yang memerah.
"Pulang Haneesha, jangan buat kekacauan disini. Sikap kamu terlalu kekanak-kanakan, kamu tau saya nggak suka orang yang seperti itu." ucap Maveen dengan datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARLESS NIGHT
FanfictionStarless Night -- Malam Tanpa Bintang. Perempuannya yang menutup lukanya dengan senyuman atau perempuan yang menangis malam hari karena luka di hati. Tentang seorang istri yang berusaha melakukan yang terbaik untuk mendapatkan yang sang suami ingink...