BAB VI

138 13 5
                                    

Setelah makan siang, suasana di kediaman Lian di ruang tamu terasa sepi karena hanya Lian dan Nando yang masih terjaga matanya. Sedangkan para satpam tengah menjaga di pos penjagaan. Saat ini menjadi kesempatan Nando untuk bertanya lebih lanjut tentang Rafa dengan hati-hati

"Yan? Lian?" Lirih Nando memanggil Lian
"Ckk ape sih? Mau ngomongin tentang Rafa? Iya?" Tebak Lian
"Sikap lo tuh ya harusnya diubah lebih welcome lah ke anak sendiri. Jangan kek orang asing gitu" Kata Nando dengan to the point
"Sikap dingin gue ke Rafa itu karena siapa? Alysa kalo lo lupa Ndo" Kata Lian dengan emosi
"Iya tapi kan gak gini caranya tanpa sadar lo menghukum Rafa, liannnn" Terang Nando kemudian
"Gue sadar akan sikap gue selama ini. Tapi rasa sakit hati ini gak bisa hilang gitu saja ndo. Bayangkan disaat udah sayang dan setia tiba-tiba dia selingkuh dengan rekan kerjaku. Dia udah sukses lebih lama dari pada aku yang hanya seorang musisi eh tiba-tiba jadi CEO itupun baru-baru ini. Sakit Ndo sakit" Jelas Lian dengan senyuman miris
"I see aku paham posisimu. Jadi kamu itu sakit Lian tapi menjadi Rafa jauh lebih sakit. Pikiran ulang aku takut kesehatan mental Rafa juga berpengaruh disini" Terang Nando
"Hmm" Kata Lian dengan mata terpejam

Sesaat setelahnya Lian memilih tidur dan terbangun saat Nando akan berpamitan pulang

"Ndo. Mau pulang sekarang?" Kata Lian
"Hmm. Besok pagi gimana acaranya?" Ucap Nando sambil bertanya kepada Lian
"Ketemu dikantor aja. Rapat dulu baru ke lokasi event ada off air sore sih" Jelas Lian seketika
"Rafa, om pulang dulu ya. Kapan-kapan mampir ke sini lagi atau nanti kalo om ada waktu free bakal ajak Rafa holiday ya ya ya" Pamit Nando kepada Rafa
" Iya om" Cicit Rafa pelan
"Ini buat Rafa, maaf ya hanya mainan ini" Terang Nando kepada Rafa karena takut Rafa tak suka dengan pilihannya
"Serius? Ini buat aku om?"Seru Rafa dengan binar mata bahagia
"Kak Nando ini bukan hanya mainan biasa tapi mainan seperti mahal ini. Orang tuanya Rafa aja belum tentu bisa beli mainan seperti ini" Sindir Biya kepada Lian
"Gak apa-apa, Anggap aja ini Lian yang beli buat Rafa" Seru Nando sambil tersenyum
"Bilang apa Fafa sama om Nando? Terima.....? Ucap Biya untuk mengajarkan Rafa terima kasih
"Wah terima kasih Om Nando. Ini mainan yang aku pengen banget tapi Oma belum beliin soalnya Oma belum singgah ke mall
" Rafa, kalo Rafa pengen sesuatu bilang sama om Nando ya bakal om kabulkan kok" Sambil memeluk Rafa

Sepulangnya Nando dan Rafa membuka mainan baru dari Nando. Saat ini Lian masih stay di rumah bersama keluarganya dan tidak pulang ke apartemen

"Tumben Lian, ada apa?" Tanya sang papa 
"Ada apa gimana pa? Gak paham maksudnya" Heran Lian dengan pertanyaan sang papa
"Ckk ya tumben stay disini. Biasanya langsung otw ke apartemen" Ucap papa Aaron
"Disini salah disana salah" Keluh Lian
"I'ts okey kalo mau bermalam disini. Papa ikut seneng liatnya. Tuh liat gimana anak kamu tumbuh tanpa kasih sayang seorang papanya" Kata papa sembari menyindir sang anak yang jarang pulang
"Aku kan udah penuhi kebutuhan tiap bulannya pa" Seru Lian tanpa mau disalahkan
"Kasih sayang itu bukan berbentuk uang saja tapi berbentuk sikap itu juga penting Lian. Pikiran ya Lian" Jelas sang papa sambil berdiri menuju ke kamar

_____________°°°__________°°°_______________

Diruang makan telah berkumpulnya mama, papa, Nabiya dan juga Rafa untuk menyantap makanan. Mereka tidak menunggu Lian karena kebiasaan Lian akan bangun siang saat libur kantor atau jika berangkat ke kantor Lian akan bangun pagi tanpa sarapan bersama.

"Pagi ma, pa, Biya" Sapa Lian dengan senyum merekah
"Pagi Lian" Seru mama
"Hmm" Seru papa
"Pagi Rafa" seru Nabiya karena merasa kesal karena Abangnya tidak menyapa Rafa padahal Rafa disitu
"Pagi Tante Biya" seru Rafa
"Tumben udah rapi Lian? Mau ke kantor?" Heran sang mama sambil menatap Lian dengan pakaian jas rapi
"Iya ma, ada rapat siang ini sekalian sore ada off air lagi ma. Abis itu pulang ke apartemen ma" Jelas Lian kepada Mama  Eliza agar tidak menunggu kepulangannya nanti
"Lian, tolong ngerti nak" Sambil menatap sang cucu berada
"Beri Lian waktu ma" Seru Lian seketika
"Udah hampir berapa tahun Lian? Mama udah beri waktu yang lama. Masih kurang sayang? Pikirkan Rafa juga Lian" Terang mama Eliza kepada Lian
"Ma, Tolonglah beri aku waktu" Cicit Lian sambil melihat Sang Anak tengah makan dengan lahap
"Terserah Lian" Pasrah Mama Eliza

Setelah semuanya selesai sarapan. Lian berpamitan untuk pergi bekerja. Ya dari tadi memang Lian menunggu semuanya selesai sarapan dulu. Sedari dulu peraturan dirumah memang begitu. Jika melanggar peraturan tersebut maka siap gak siap harus mau dinasehati sang mama secara mendadak di pagi hari ini.

"Rafa, Ayo ke depan. Papa mau berangkat kerja lagi" Ajak Biya kepada Rafa
"Papa berangkatnya sekarang Tante?" Dengan suara sedihnya
"Iya, nanti kalo papa gak sibuk pulang ke sini lagi kok" Seru Biya dengan kalimat yang menenangkan
" Ma, pa, Biya. Lian berangkat dulu ya" semuanya menanggapi dengan anggukan kecuali Rafa
"Bang,Rafa enggak? Anak Abang Lo ini?" Protes Biya karena sedih melihat Rafa tak dianggap Lian
"Hufttt Rafa papa berangkat dulu. Jangan nakal apalagi buat kegaduhan Laginya. Inget itu" Seru Lian dengan sorot mata tajam
"Abang! Kok gitu bicaranya?" Sentak Biya
"Iya, Papa semangat ya kerjanya" Ucap Rafa dengan mata berbinar karena sang papa mau berbicara meskipun berbicaranya sedikit kasar

Setelah Lian pergi dengan mobil kesayangannya, Rafa masih melihat mobil itu dengan sedih dan bertanya kepada Biya

"Naik mobil kesayangannya papa gimana rasanya ya Tante? Aku belum pernah pergi bareng papa naik mobil itu" Seru Rafa
"Emmm nanti ya. Suatu saat pasti papa ajak Rafa kok" Jelas Biya sambil menahan air mata agar tidak jatuh
"Fafa, maafin papa Lian ya ngomongnya tadi suka asal emm kasar mungkin. Eh gimana kalo kita cari es krim?" Ucap Nabiya dengan hati-hati
"Rafa udah biasa dapat seperti itu dari papa. Rafa mau mau mau es krim Tante" Kata Rafa
"Let's go Fafa" Ucap Biya sambil mengangkat satu tangan
"Nak, kuliah kamu gimana? Gak terlambat?" Seru Mama Eliza saat mendengar percakapan Biya dengan Rafa
"Hari ini aku masuk siang kok ma pa gak perlu  kuatir. Aku mau hibur Fafa takutnya masih sedih gara-gara ucapan Abang tadi" Jelas Biya dengan detail
"Ya sudah. Sana beli es krim" Ucap papa Aaron kepada Biya

Music and Sign of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang