BAB XI

410 28 5
                                    

Terlihat dari jauh sosok Salsa dan Nando belum juga baikan. Hal itu membuat Lian geram sendiri mengingat hari ini sudah kembali ke Jakarta. Bahkan tadi Nando sudah menyatakan tidak mau mengantarkan Salsa kembali ke rumahnya dan alhasil Lian yang menggantikan untuk mengantar Salsa

"Sal? Diem aja? Biasanya banyak ngomong"
"Kalo kebanyakan omong nanti bising kak"
"Gimana 12 hari dengan artis"
"Hahahah kak Lian percaya diri banget ya. Iya percaya kok percaya yang artis papan atas woushhhh"  sambil mempergakan tangannya seperti pesawat terbang
"Kamu ini ya pantesan kalian berteman sifatnya 11 12 kayak Biya"
"Eheheh 12 hari dengan kakak buatku bangga, kagum,dapat wawasan yang luas lagi ditambah diajak jalan-jalan keliling daerah tipis-tipis. Kapan-kapan ajakin lagi ya kak"
"Boleh boleh selama kamu masih di Jakarta let's go tapi gak janji ya aku"
"Kalo aku udah balik ke Korea emang gak bisa kak?
"Kejauhan Salsa, entar aku aja yang ke Korea"
"Ngapain?"
"Ada job dikit"
"Syuting MV ya?"
"Nanti lihat aja"

______°°°_________°°°___________°°°_________

Sudah jalan 3 bulan hubungan Lian-Salsa makin dekat. Bahkan salsa sering bingung apa yang diucapkan oleh orang-orang sekitarnya tidaklah benar. Yang Salsa rasakan sosok Lian itu AOSnya tidaklah diragukan lagi, lembut dan sopan kalo ngajak bicara. Dimana letak Lian yang terlihat garang itu Dimata orang-orang? Tiba-tiba dering telepon dari Nabiya terus menerus menghubungi Salsa.

"Sal? Ke rumah aku dong Sal"
"Ngapain Biya"
"Revisimu udah kelar kan?"
"Udah sih"
"Buruan print itu draftnya lalu ke rumahku"
"Aku udah bilang kak Lian besok janjian ke kantor Pradipta"
"Huft"
"Kenapa sih? Ada masalah"
"Bang Lian Sal. Please tolong kali ini datang ke rumah"
"Rafa sama bang Lian"
"Aku kesana"

Sesaat Salsa sampai dirumah terdengar dari rumah yang sedang berdebat hebat. Saat ini rumah Lian terlihat pintu utama terbuka dan didepan Salsa bertemu dengan bibi dan mempersilahkan masuk mengingat pesan dari Nabiya

"Apa yang kenapa Lian? Ini anak kamu kalo kamu lupa"
"Lian tahu tapi ini anak bandel"
"Bandel apa dan seperti apa Lian? Dia melakukan itu cuma kangen ayahnya. Kangen sosok rumahnya. Salah?"
"Ckkk tetep aja Lian gak suka ma"
"Huhaaaaa ra...Ra..Rafa minta maaf pa"
"Ya emang kamu salah. Bener-bener titisan Alya bikin emosi aja"
"LIAN! Jaga ucapan kamu Lian. Gini gini Rafa masih darah daging kamu Lian"
"Bela aja terus ma"
"Ini cucu mama. Kenapa gak suka?"
"Bang udah bang. Stop! Biya bilang. Biya kasihan lihat Rafa bang"
"Kamu gak belain kakak Biya? Segitunya berartinya dia buat kamu hingga kamu lupa apa kesalahan dia"
"Dia masih kecil bang"

Terlihat Rafa melihat diujung pintu sosok Salsa. Sosok yang dia cari. Rafa akan merasa aman dan terlindungi jika berada didekat Salsa. Seketika Rafa langsung lari dan menghamburkan ke pelukan Salsa sambil menangis
"ONTY SAL" Ucap Rafa sambil berlari
"Kenapa ganteng? Lho ini kenapa merah-merah abis jatuh ya?" Sembari memegang tangan Rafa yang sudah merah-merah
"Sal? Bisa tolong bawa Rafa jalan-jalan dulu kemana gitu" Ucap mama Eliza dan Salsa langsung mengangguk
"Yuk, ikut onty sal beli es krim mau?
"Mauuuu" Seketika mata Rafa langsung berbinar
"Let's go gantengnya onty"

Setelah 3 jam berlalu. Selama 3 jam Salsa membawa Rafa ke mall untuk membeli es krim dan juga bermain di mall. Rafa saat ini moodnya sudah membaik dan saatnya kembali ke rumah. Kini terlihat Lian, mama, papa dan Nabiya sedang berkumpul di ruang keluarga dengan sorot mata yang tajam satu sama lain.
"Masuk yuk"
"Tapiiii ada papa onty aku takut" Bisik Rafa
"Emm maaf semuanya, ini rafanya aku kembalikan sambil menurunkan Rafa dari gendongan
"Oh Salsa?" Ucap Papa Aaron seketika
"Iya om"
"Langsung bawa ke kamarnya aja Sal, ke atas langsung ya" Jawab papa Aaron
"Boleh om,Tante?" Ucap Salsa sembari meminta kepastian
"Boleh sayang, tapi ke dapur dulu ya Rafa belum makan kan ini udah waktunya makan siang" Jelas mana Eliza
"Oke cus ayok makan Rafa" Seru Salsa kepada Rafa

Salsa masih berada di kamar Rafa. Salsa mau pulang gak enak semua orang masih berkumpul di ruang keluarga takutnya mengganggu. Maka Salsa menunggu sore hari saja sambil menunggu Rafa tidur.
"Sal?"
"Oit"
"Maaf ya" Ucap Nabiya dengan tak enak hati
"Gue kayak berasa di adegan film. Kak Lian knpa sih tadi?" Heran Salsa
"Rafa cuma mau duduk deket sama bang Lian. Rafa mau peluk bang Lian dari samping tapi bang Lian malah kaget dan marah begitupun juga Rafa kaget terus jatuh" Terang Nabiya
"Kok bisa jatuh. Bang Lian....." Belum selesai Salsa menjawab, Nabiya sudah menjelaskan lebih detail lagi
"Bukan, Rafa duduknya di tepi gak tengah banget makanya pas kaget terus jatuh deh
"Usaha aku belum berhasil ya biy? Kok mereka belum akur juga" Seru Salsa
"Lo aja jadi istrinya aja Sal pasti langsung akur" Jawab Nabiya dengan santai
"Heh Nabiya! Asbun banget dah"
"Eheheh eh gini coba deh ajak Rafa dan bang Lian jalan-jalan gitu siapa tahu lama lama deket" Saran Nabiya
"Emm. Boleh juga. Kak Lian dimana?" Tanya Salsa
"Taman belakang. Coba temui Abang deh Sal. Keknya dia ada masalah atau apa gitu. Beban pikiran dia banyak Sal"

Salsa keluar kamar dan menuju ke taman belakang. Lian masih berada di situ dan melamun. Segera Salsa hampiri.
"Kak Lian!"
"Oh hai Sal. Mau bimbingan lagi?"
"Emang kalo aku ke sini mau bimbingan? Aku cuma mau main aja kok eh tapi malah berasa lihat live adegan film ehehe"
"maaf ya Sal jadi lihat hal begini"
"No problem kak"
"Sal..."
"Its okey kalo belum bisa cerita"
"Aku belum mampu buat atur emosi kalo itu tentang Rafa"
"Pelan pelan saja kak. Menghilangkan trauma itu bukan cuma 1 hari langsung ilang butuh proses. Rafa juga pasti ngerti kok"
"Kakak nginep disini kah?"
"Enggak Sal, mau langsung ke apartemen. Situasinya gak kondusif entar malah adu argumen lagi sama mama."
"Lian, ajak Salsa makan, ayo kita makan ucap mama Eliza

Saat sampai di ruang makan hanya terdapat Nabiya, mama Eliza, dan papa Aaron. Sedangkan Rafa masih di kamar alasannya cuma 1 takut dengan Lian dan menunda makan malam sampai Lian masuk ke kamar lagi.
"Sal? Ayo makan sayang. Nungguin siapa lagi" Ucap mama Eliza
"Rafa udah makan belum ya Tante?"
"Hufft kalo berantem gini biasanya Rafa menunda makan malam sampai bang Lian kembali ke kamar. Rafa takut kalo sama bang Lian" Jelas Nabiya
"Hah?" Sembari berdiri dan menuju ke kamar Rafa
"Ayookkk let's go makan malam" ucap Salsa sembari melangkah ke meja makan
"Rafa makan sama bibi di dapur aja ya onty sal
"No! Rafa itu anaknya papa Lian jadi makanya disini ya boy. Aman ada onty Sal kok"
"Kak Lian maaf ya aku bawa Rafa ke sini. Anak kecil biasanya gampang lapar gak bisa nahan lapar lebih lama kak." Cicit Salsa dengan santai
"Hmmm. Iya Salsa"

Mendengar jawaban dari Lian dan menerima hadirnya Rafa membuat mama Eliza tersenyum kecil. Bahwa inilah suasana yang mama Eliza inginkan berada dalam ruang makan lengkap ada suami,anak serta cucu bukan adu argumen yang menjadi santapan tiap hari. Seraya memejamkan mata mama Eliza berkata dalam hati Rafa kuat-kuat ya nak hadapi ayah kamu. Maafin kata-kata kasar anak Oma ya Rafa.

Music and Sign of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang