4. Insiden Tak Terlupakan, Shanghai & Florence

69 10 3
                                    

Setelah malam penghargaan yang gemilang, Yeora merasa perlu melarikan diri dari semua kesibukan yang mengelilinginya. Kemenangan Daesang memang membanggakan, tetapi ketegangan dan tekanan di balik layar selalu menuntutnya lebih. Kali ini, ia memutuskan untuk mengambil cuti panjang dan pergi berlibur ke sebuah negara di Eropa-sendirian. Tanpa manajer, tanpa kru, tanpa siapa pun. Hanya dia, udara segar, dan kebebasan yang sangat diidamkan.

Yeora duduk di ruang tunggu VIP bandara, mengenakan pakaian tertutup - jaket oversized, topi bucket, dan masker hitam. Hari masih pagi, dan ruangan itu sepi, hanya beberapa penumpang lain yang juga menunggu penerbangan mereka. Di tangannya, secangkir kopi hangat yang perlahan ia hirup, mencoba menikmati momen kesendirian ini. Dia menyembunyikan identitasnya dengan baik, dan sejauh ini, tidak ada yang mengenalinya.

Namun, tanpa ada angin atau hujan, tiba-tiba sebuah suara keras mengagetkan Yeora. Suara benda yang jatuh dan berguling di lantai, disertai koper Yeora yang terhuyung dan terguling setelah tersenggol. Yeora mendongak dengan cepat, melihat seorang pria bertubuh tinggi besar yang berjalan terburu-buru, menenteng koper dan ponselnya menempel di telinga, tampaknya sedang asyik berbicara. Pria itu terus melangkah, seolah tidak menyadari apa yang baru saja terjadi, tetapi tatapan banyak orang di sekitar membuatnya akhirnya berhenti.

Yeora berdiri dengan cepat, melepas maskernya, dan wajahnya menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan. Alisnya menekuk tajam, bibirnya sedikit terbuka, dan ia bersiap-siap meledakkan kemarahannya. Tanpa ragu, ia mulai berbicara.

"Yak?! Ahjussi!?" ucap Yeora dengan nada tajam. "Kau sadar apa yang sudah kau perbuat?"

Pria itu menoleh, dan tampaknya tersadar bahwa koper seseorang terjatuh setelah disenggol olehnya. Ia langsung mematikan teleponnya, wajahnya berubah saat menyadari situasinya. Ia segera menunduk untuk mengambil koper yang jatuh, lalu menatap Yeora dengan ekspresi bersalah.

"Maafkan aku, aku benar-benar terburu-buru, dan tidak memperhatikan. Ini benar-benar kesalahanku," katanya dengan suara rendah namun tulus, sambil meletakkan koper Yeora kembali dengan hati-hati.

Yeora mendengus, masih kesal, tetapi ketika ia mendongak, pandangannya langsung bertemu dengan wajah pria itu. Mata mereka bertemu, dan rasa kesal di dalam diri Yeora seolah-olah langsung menguap begitu saja. Pria itu adalah Jeon Jungkook. Sosok yang belum lama ia kenal dan ia kagumi dalam satu waktu, beberapa hari lalu. Ketenangan dan kewibawaan yang terpancar dari tatapan pria itu membuatnya terdiam.

Jungkook juga terdiam sejenak. Topi bucket yang tadi menutupi hampir seluruh wajah wanita itu kini tersingkap, memperlihatkan Kang Yeora - aktris terkenal yang baru saja memenangkan Daesang. Matanya terbuka sedikit lebih lebar, tampak terkejut. Ia tak menyangka orang yang tadi ia senggol kopernya adalah seorang bintang besar seperti Yeora.

"Kang Yeora-ssi..." gumamnya tak sadar, sebelum dengan cepat merapikan dirinya. "Ah, aku... aku benar-benar minta maaf. Aku tidak tahu... aku tidak bermaksud-"

Yeora mengerjapkan matanya, tersadar dari kejutannya sendiri. Rasa malu membanjiri dirinya. Tadi, ia begitu marah, dan sekarang ia merasa konyol karena sudah meluapkan kemarahannya pada Jungkook.

"Tidak apa-apa," jawab Yeora, mencoba mengendalikan dirinya lagi. "Maaf, aku juga terlalu cepat marah."

Mereka berdua terdiam sesaat. Jungkook menggaruk tengkuknya dengan sedikit canggung, tapi senyum tipis menghiasi wajahnya. "Sekali lagi, maafkan aku, sungguh. Aku terburu-buru karena urusan pekerjaan, dan..."

Yeora menundukkan kepalanya, merasa semakin canggung. Sedangkan Jungkook tampaknya menyadari perubahan ekspresi Yeora, dan ia pun tersenyum lebih lebar, dengan lebih tulus. "Mungkin ini bisa membantu memperbaiki suasana," katanya sambil mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Sebuah kartu nama. "Ini kartu namaku. Siapa tahu kau butuh sesuatu... entah itu terkait koper yang jatuh atau apa pun. Setidaknya, kau bisa hubungi aku. Aku bersedia untuk tanggung jawab. Aku merasa khawatir ada barang-barangmu yang rusak karena kejadian barusan"

A Perfect ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang