Restoran Jepang itu memancarkan keheningan penuh martabat; setiap elemen kayu gelap dan hiasan bambu menyatu untuk menciptakan atmosfer yang membalut Jungkook dan koleganya dalam keintiman obrolan dan kesepakatan. Di dalam ruang VVIP yang terpencil dari hiruk-pikuk, mereka menuntaskan diskusi panjang tentang visi besar yang menyatukan ambisi dan strategi. Di tengah suara percakapan mereka yang teredam lembut, Jungkook melayangkan pandang, berusaha menangkap tiap isyarat di wajah koleganya, seolah meraba makna di balik setiap kata yang melayang di udara.
Menjelang akhir pertemuan, koleganya, pimpinan stasiun televisi yang disegani, tersenyum lebar, lalu mengulurkan tangan. "Kabari secepatnya, Tuan Jeon. Kau tahu, popularitas Kang Yeora sangat melonjak akhir-akhir ini. Ini akan jadi kolaborasi sukses yang bermakna besar. Aku sangat mengharapkan itu" ujarnya, penuh ketegasan dan kehangatan.
Jungkook, dengan kerendahan hati yang selalu ia bawa dalam setiap pertemuan penting, menyambut tangan itu dengan kepercayaan diri dan senyum manisnya melebar, "Mungkin akan melebihi ekspektasi kita, Tuan Baek. Aku sangat mengharapkan itu. Terima kasih untuk waktunya, Tuan", mengakhiri dengan anggukan penuh keyakinan dan secerca harapan dalam sorot matanya.
Usai perpisahan yang sederhana namun penuh makna, Jungkook bersama sekretarisnya melangkah, dan melenggang pergi dari balik pintu ruangannya. Langkah demi langkah, dalam keheningan, suara sepatu yang beradu lembut dengan lantai kayu terdengar seperti ritme yang harmonis dalam kesunyian sore itu. Baru saja mereka mencapai lobi, ponsel Jungkook bergetar disaku jasnya. Nama "Jim" tertera di layar, seakan mengingatkan Jungkook pada sisi kehidupannya yang jauh lebih ringan.
"Oi, Jimmy!" Jungkook menyapa, suaranya tenang namun ada binar senang di matanya, seperti menyambut angin segar setelah hari yang penuh tanggung jawab.
"Hei, bung! Kabarmu baik?", suara Jim di seberang terdengar santai, ringan seperti seorang teman lama yang tak pernah jauh dari kehidupan sehari-harinya.
"Selesai meeting dengan kolega. Kau tahu, hal-hal serius," jawab Jungkook, dengan nada setengah bercanda. Tapi sebelum ia bisa bertanya balik, samar-samar terdengar suara perempuan dari balik telepon itu. Suara itu nyaris teredam, namun cukup untuk membuat Jungkook tersenyum simpul. Menyapa, memanggil Jim dengan suara selembut sutra dan menggoda.
"Kali ini dengan siapa? Pramugari? Lawyer? Soloist? Atau, cucu pengusaha kilang minyak?", tebak Jungkook menggoda, dengan tawa tertahan yang menggantung di ujung suara.
Jim terdiam sejenak, lalu tertawa kecil, seakan menyadari bahwa dirinya telah tertangkap basah. "Ah, Sial! Biasanya aku tak pernah se-malu itu untuk mengakuinya. Tapi kalau berhadapan denganmu, rasanya aku seperti seorang anak remaja yang tertangkap basah habis menonton porno oleh orangtuanya".
Jungkook tertawa lirih, menyadari kalau tungkainya telah membawanya pada dunia luar dimana sebuah Mercedes Benz hitam miliknya sudah stand by dihadapan pintu restoran, lengkap dengan supir yang telah menunggunya. Jimin kembali berucap saat Jungkook telah memasukinya dan duduk pada kursi belakang, sementara supir dan sekretarisnya berada di depan.
"Kau tahu, bersantai saja. Lagi pula, hey, kita sudah lama tidak minum. Ingin pergi ke bar? Ayolah! Aku akan sedikit lebih waras kali ini"
Senyum tipis tersirat di wajahnya, Jungkook menatap suasana jalanan Seoul dengan lalu lintas kendaraan yang cukup padat sore ini. "Aku tahu gaya bersantaimu. Yeah, kuanggap ajakanmu sebagai hadiah kecil untuk menutup hari ini"
"Perfect! Aku akan tentukan tempatnya. Temui aku malam ini!"
Jim menjawab cepat, panggilan terputus, dan Jungkook menyelipkan ponselnya kembali. Menarik nafas panjang untuk merelaksasi diri setelah melalui hari-hari panjang dengan rutinitas yang sama setiap harinya. Bersiap untuk malam pelepas penat yang jarang ia temui dalam kehidupannya. Malam ini, Jungkook akan bersantai dengan sahabat karib dan memanjakan dirinya dengan minuman-minuman enak yang memabukkan itu. Dengan harapan, Jimin tidak akan membawa wanita-wanitanya duduk dipangkuan seperti malam sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Obsession
FanfictionKang Yeora adalah bintang yang tak tersentuh, sempurna di mata dunia. Namun, di balik kecantikannya yang memukau, tersembunyi rahasia kelam yang hanya ia ketahui. Jeon Jungkook, pria yang dulu ia remehkan, kini adalah pengusaha sukses dengan ambisi...