5. Pertemuan Penting

53 8 4
                                    

"Ini pertemuan penting, Yeora. Produser dari Hollywood, dia sudah banyak mengerjakan film-film besar," manajernya mengingatkan dengan suara tenang, namun ada nada serius di dalamnya.

Yeora mengangguk, "Aku tahu. Aku siap."

Udara dingin Seoul menyambut kepulangan Yeora setelah seminggu penuh menikmati kehangatan dan kebahagiaan di Italia. Meski hanya sepekan, momen-momen di Florence terasa seperti pelarian yang sempurna dari kesibukan hidupnya sebagai seorang aktris. Namun, sekarang ia harus kembali menghadapi kenyataan. Siang ini, sekitar pukul sebelas ia sudah dijadwalkan bertemu dengan seseorang yang sangat berpengaruh di industri hiburan global.

Dengan mantel elegan berwarna hitam, rambutnya yang panjang tertata rapi, Yeora menatap keluar dari jendela mobil sambil memikirkan semua proyek yang menantinya. Hari ini ia akan bertemu dengan produser terkenal asal Amerika di sebuah hotel mewah di jantung kota Seoul, bersama dengan manajernya.

Mereka memasuki restoran hotel, disambut dengan lantai marmer yang mengkilap dan suasana mewah yang dipenuhi dengan hiasan bunga segar. Cahaya lembut dari lampu gantung kristal memberikan suasana hangat, sementara suara alunan musik jazz memenuhi ruangan. Meja-meja penuh dengan tamu yang menikmati brunch di antara obrolan serius dan tawa ringan.  Seorang pelayan membimbing mereka ke sebuah meja tempat produser terkenal asal Amerika itu menunggu. Yeora duduk dan memasang senyum yang sopan dan profesional. Sementara produser itu, seorang pria paruh baya dengan gaya bicara karismatik, menyambut mereka dengan senyum hangat dan langsung terlibat dalam percakapan yang penuh dengan ide dan visi untuk proyek masa depan.

"Selamat siang, Nona Kang. Bagaimana kabarmu? Kudengar kau baru saja kembali dari aktivitas liburanmu di Italia, benar?"

Yeora tersenyum manis dan mengangguk, "Selamat siang, Tuan Steve. Kabar baik tentunya. Benar sekali. Aku telah menghabiskan waktu yang cukup lama selama di Italia. Menyenangkan sekali rasanya punya waktu luang untuk diriku sendiri setelah menjalani kehidupan yang sangat sibuk disini"

"Senang mendengar kau menikmatinya. Oh, ya, mari kita mulai membahas banyak hal bersama", ucap Tuan Steve.

Manajer Yeora pun ikut berpartisipasi dalam obrolan, membicarakan detail kontrak dan proyek yang mungkin akan melibatkan Yeora. Meski fokus pada percakapan, pikiran Yeora melayang sesekali, mengingat kenangan manis di Italia. Bagaimana semua terasa begitu sederhana dan jauh dari tekanan pekerjaan.

Namun, obrolan santai mereka segera beralih ke pembicaraan bisnis serius. Produser itu kagum dengan karier Yeora, memujinya sebagai salah satu aktris paling berbakat yang ia kenal. Yeora tersenyum, sopan dan tulus, meski sedikit tertekan dengan ekspektasi besar yang digantungkan padanya. Mereka berbincang selama lebih dari satu jam, membahas berbagai kemungkinan kolaborasi di masa depan.

Setelah perbincangan panjang, Yeora dan manajernya bersama Tuan Steve akhirnya keluar dari restoran hotel dan berjalan di area lobi. Pertemuan dianggap telah usai, Tuan Steve merasa terhomat untuk bisa berkomunikasi dengan aktris hebat seperti Kang Yeora. Maka dari itu, ia tak ingin melewatkan waktu dan kesempatannya untuk mengabaikan saat-saat perpisahannya dengan Yeora. Dengan tulus, Tuan Steve mengantar Yeora dan manajernya yang hendak pergi setelah menyelesaikan aktivitasnya disini.

Hanya saja, ketika Tuan Steve tak sengaja menangkap presensi seseorang yang mungkin ia kenal, langkahnya refleks terhenti. Yeora dan sang manajer pun ikut menghentikan langkahnya dan menoleh pada apa yang dituju oleh kedua mata Tuan Steve.

Seketika Yeora langsung mengenali siapa sosok yang maksud. Pria yang tengah duduk seorang diri di sofa lobi mengenakan setelan formal yang elegan, lengkap dengan dasi sutra dan arloji, dan asyik membaca majalah di tangannya. Yeora merasa panik. Jantungnya seketika berdetak cepat, seakan rasa grogi tiba-tiba menyergapnya. Dengan sengaja, Yeora menarik lengan kemeja manajernya, berharap kalau wanita itu segera menyadarinya.

A Perfect ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang