Suasana pagi itu di kantor Jungkook terasa sibuk dan penuh aktivitas. Gedung pencakar langit tempat kantornya berada menyimpan energi ambisi, dengan puluhan karyawan yang sibuk bergerak dari satu ruangan ke ruangan lain. Di dalam ruang rapat yang luas dan elegan, Jungkook duduk di ujung meja panjang dengan wajah serius, memimpin rapat penting yang membahas beberapa proyek besar perusahaan. Mungkin salah satunya adalah proyek serial romansa klasik yang Jungkook inginkan untuk Yeora.
Di hadapannya, layar besar menampilkan grafik proyek, laporan perkembangan, dan jadwal yang menumpuk. Setiap divisi melaporkan kemajuan mereka, mulai dari pengembangan teknologi hingga produksi konten hiburan. Jungkook mendengarkan dengan fokus penuh, memberikan panduan dan arah untuk masing-masing proyek, memastikan bahwa semua berjalan sesuai rencana.
Setelah empat jam berlalu, rapat pun berakhir. Rasa lelah mulai merayapi tubuhnya. Setelah semua staf keluar dari ruangan rapat, ia hanya duduk dan memejamkan mata. Sesekali meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku, kemudian mengendurkan dasi dan kerah kemejanya. Tak lama kemudian, Jungkook memutuskan untuk kembali dan beristirahat sejenak di ruangannya yang mewah—ruangan besar dengan jendela kaca yang memberikan pemandangan kota Seoul yang megah.
Di balik kemewahan ruangannya, pikiran Jungkook melayang. Kesibukannya di kantor, meskipun memuaskan, tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari satu sosok yang terus membayangi pikirannya—Yeora. Bayangkan sebesar apa ambisinya terhadap aktris bernama Kang Yeora itu sampai-sampai disaat dirinya lelah pun, yang ada didalam pikirannya hanya wanita itu.
'Bagaimana kalau aku mengajaknya makan siang?'
Sebuah ide gila dan spontan yang membuat senyumnya merekah seakan membakar semangatnya tiba-tiba. Namun, sayangnya tak bertahan lama. Senyum itu mengendur perlahan, Jungkook kecewa karena masalahnya adalah dia tidak memiliki nomor Yeora untuk merealisasikan niatnya.
Tiba-tiba pria itu mengambil ponselnya, menekan nomor seseorang dan menempelkan ponsel itu ke telinganya.
"Hei, kau sibuk?", tanya Jungkook
"Yeah, bagaimana bisa aku berkata sibuk sedang yang menghubungiku adalah Jeon Jungkook", balas pria itu dengan nada yang terdengar bermalas-malasan.
Jungkook menyunggingkan senyum mendengarnya, "Well, Alpha pintarku. Apa kau bisa mencari tahu apa saja jadwal Kang Yeora untuk hari ini? Aku berniat mengajaknya makan siang. Tetapi takut mengganggu waktu dan kesibukannya"
"Kurasa aktivitasnya tidak terlalu padat untuk hari ini. Pagi ini Yeora pergi ke studio pilates, entah berapa lama, sih. Setelah itu, jadwalnya kosong, kurasa"
Mendengar itu, Jungkook tersenyum puas. Rasanya seperti kesempatan yang sudah ditunggu-tunggu. "Nice! Kau mengetahui lokasi studionya?"
"Gangnam! Seperti yang kau tahu, disana begitu banyak studio pilates dan yoga. Kau bisa mengeceknya satu-persatu"
"Sialan", balas Jungkook, kemudian terdengar suara tawa yang begitu renyah dari seberang sana.
"Yah, kau tahu, sulit mendapatkan informasi yang bersifat privasi. Tapi, kulakukan semuanya untukmu, Jeon. Dapatkan dia sampai ke ujung dunia sekalipun"
Jungkook tersenyum tipis mendengarnya, "Ketika aku mendapatkannya, kau akan jadi satu-satunya orang yang paling beruntung di negeri ini"
Pria itu terkekeh, "Okay, mari kita lihat keberuntungan seperti apa yang akan ku dapatkan"
Jungkook masih mempertahankan senyum di wajahnya bahkan setelah ia menutup telepon. Seakan api yang berkobar, semangatnya membangkitkan tubuhnya dari sofa yang nyaman. Ia segera mengambil jas yang terlipat rapi di sandaran kursi, menentengnya sambil berjalan menuju pintu. Kunci mobil dan dompetnya sudah siap di genggaman, memberikan tanda bahwa dia tak ingin membuang waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Perfect Obsession
FanfictionKang Yeora adalah bintang yang tak tersentuh, sempurna di mata dunia. Namun, di balik kecantikannya yang memukau, tersembunyi rahasia kelam yang hanya ia ketahui. Jeon Jungkook, pria yang dulu ia remehkan, kini adalah pengusaha sukses dengan ambisi...