7. Gala & Tawaran Proyek

57 7 2
                                    

Jungkook tampak keren memakai setelan kaos berwarna putih yang dilapisi oleh jaket kulit berwarna hitam yang menambah kesan kasual dan santai pada penampilannya sore ini. Pria itu berdiri tegap di depan bangunan tua yang dikelilingi semak belukar dan pepohonan liar, menatap dengan seksama setiap sudut lokasi syuting yang terlihat sunyi namun misterius. Matahari sudah mulai turun, menciptakan bayangan panjang di bangunan yang terbengkalai itu, menambah kesan seram yang cocok untuk latar film bergenre thriller yang sudah ia garap setengah jalan. Semua orang disana sibuk pada tugas mereka masing-masing. Para kru sibuk berlalu-lalang mempersiapkan peralatan, sementara itu sutradara sibuk berunding dengan tim artistik, dan beberapa aktor tampak sedang berlatih untuk adegan mereka selanjutnya.

Setelah berbicara dengan seorang aktor di ruang stylish, Jungkook berjalan mendekat kepada produser, mengawasi monitor yang menampilkan potongan adegan yang baru saja direkam. Sesekali, ia mengangguk puas dan memberi sedikit masukan, sesekali juga berdiskusi mendalam dengan produser dan sutradara tentang detail tertentu.

Sebagai seorang produser eksekutif, hari ini Jungkook merasakan ketegangan yang berbeda—proyek ini adalah salah satu dari banyak proyek yang ia banggakan. Karena Jungkook merasa sangat beruntung bisa mendapat kepercayaan untuk menggarap sebuah novel dengan tingkat pejualan terlaris dalam satu tahun terakhir, untuk diangkat ke layar lebar oleh perusahaan dan tim nya. Jungkook sangat berharap kalau semuanya akan berjalan dengan baik, sesuai rencana, dan rampung tepat waktu.

Di tengah-tengah kesibukannya, ponsel Jungkook bergetar. Ia pun melihat layar dan mendapati panggilan dari sekretarisnya di kantor. Jungkook pun berusaha menjauh dari keramaian untuk menjawab panggilan tersebut.

"Selamat sore, Nona Kim. Ada perlu apa?"

"Selamat sore, Tuan Jeon. Maaf mengganggu waktu anda. Tim kreatif sudah menyatakan bahwa naskah yang mereka susun telah siap. Begitu juga hasil casting awal. Semua sudah sesuai dengan diskusi kita sebelumnya, hanya tinggal menunggu keputusan pemeran utama"

Jungkook menarik sudut bibirnya, ia teramat puas. "Kerja bagus. Jadi, tinggal pemeran utama, ya?", tanyanya sambil sesekali mengarahkan pandangannya ke arah proses syuting yang berlangsung di depannya.

"Apakah saya perlu menghubungi pihak manajer Kang Yeora sekarang juga untuk menawarkan proyek kerjasamanya?"

Mendengar nama Yeora, hati Jungkook berdebar pelan. Ia selalu menyimpan kekaguman pada Yeora, tidak hanya karena bakatnya, tapi juga dedikasinya pada profesinya sebagai aktris. Tanpa ragu, ia segera memberi instruksi.

Jungkook menarik nafas dalam-dalam, dengan sangat yakin ia mengangguk. "Ya, hubungi manajernya. Atur pertemuan untuk membicarakan ini lebih lanjut. Pastikan pihak Yeora untuk menentukan waktu dan tempatnya sesuai dengan yang mereka inginkan. Kita tidak ingin mengganggunya"

"Dipahami, Tuan Jeon. Akan segera saya tindaklanjuti", jawab sekretarisnya.

Setelah menutup telepon, Jungkook berdiri sejenak sambil menatap bangunan di depan mata. Ia merasa sangat puas karena proyek ini perlahan mulai terlihat seperti yang ia bayangkan, dan sekarang dengan hampir semua pemeran terkumpul, ia yakin film ini akan menjadi karya yang istimewa. Sesaat, ia berpikir tentang bagaimana Yeora akan cocok dengan peran ini, membayangkan ekspresinya yang kuat dan dedikasinya yang akan memberikan nyawa pada karakter dalam cerita ini. Jungkook begitu bersemangat, ia tidak bisa menahan rasa antusiasnya.

Malam itu, sebuah gedung bioskop di Cheongdam dihiasi karpet merah yang panjang dan gemerlapan, dengan sorotan lampu yang mengarah ke berbagai penjuru, menciptakan suasana megah yang menegaskan pentingnya acara gala premier ini. Sebagai salah satu pemeran utama dalam film aksi-thriller yang baru ia bintangi, Yeora merasakan kebanggaan yang mendalam, seakan perjuangannya dalam produksi film ini terbayarkan pada malam ini. Jantungnya berdegup kencang, bukan hanya karena antisipasi, tetapi juga karena atmosfir yang penuh dengan keglamoran dan kehebohan malam itu.

A Perfect ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang