2. Rencana & Tidak Terrencana

85 11 12
                                    

Pagi itu, suasana di ruang makeup studio terasa tenang, meski di luar ruangan semua orang sibuk mempersiapkan set untuk pengambilan gambar. Yeora duduk di depan cermin besar yang dikelilingi oleh lampu-lampu terang. Riasannya hampir selesai, hanya tinggal sentuhan terakhir dari makeup artist yang telaten menambahkan detail di sekitar mata dan bibirnya. Di tangannya, Yeora memegang ponsel, menggulir feed media sosial sambil sesekali tersenyum kecil pada komentar-komentar penggemar.

Udara di ruang itu sejuk, namun ada keheningan yang melingkupi Yeora, sebuah momen tenang sebelum hiruk-pikuk syuting dimulai. Suara dari luar ruang terdengar sayup-sayup, tapi Yeora fokus pada ponselnya, tenggelam dalam pikirannya sendiri, menikmati momen tenang yang jarang didapatkannya.

Tiba-tiba, pintu ruang makeup terbuka dengan cepat, dan sosok manajernya, seorang wanita berpenampilan rapi dan penuh energi, muncul di ambang pintu. "Yeora! Hai!" serunya dengan suara ceria. Suara itu mengejutkan Yeora yang hampir menjatuhkan ponselnya.

"Astaga, Eonni!" Yeora menghela napas, meletakkan ponselnya dengan pelan di meja. "Kau mengagetkanku," lanjutnya dengan nada setengah kesal tapi lebih banyak menunjukkan kelegaan.

Manajernya tertawa kecil, mendekati Yeora dan menepuk bahunya dengan lembut. "Maaf, maaf! Aku baru bisa datang sekarang. Bagaimana syutingnya tadi? Kau masih kelihatan segar!"

Yeora hanya tersenyum kecil, menjawab dengan suara lesu, "Syutingnya belum mulai, aku masih menunggu giliran."

Mendengar itu, manajernya segera duduk di kursi sebelahnya. "Oke, dengar. Aku ingin mengingatkanmu bahwa besok pagi ada jadwal pemotretan majalah. Kau ingat?"

Belum selesai manajernya berbicara, Yeora sudah mengembuskan napas panjang dan memejamkan mata. Ia merasa jengah dengan semua jadwal yang seakan tak ada ujungnya. Manajernya yang melihat ekspresi jengah dan kembali tertawa singkat."Tapi tunggu, itu belum semuanya," manajernya melanjutkan. "Setelah pemotretan, malamnya kau harus menghadiri acara penghargaan perfilman."

Yeora terdiam, hanya menatap cermin di depannya tanpa berkata apa-apa. Ia tahu bahwa semua ini adalah bagian dari pekerjaannya, namun tak bisa dipungkiri rasa lelah itu semakin hari semakin menggerogoti. Yeora hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa-apa, menerima kenyataan bahwa jadwalnya tidak akan memberinya ruang untuk beristirahat.

Melihat Yeora yang begitu lelah, manajernya merendahkan nada suaranya, kali ini dengan lebih lembut. "Baiklah! Bagaimana kalau setelah acara penghargaan, kita ambil cuti sebentar? Hanya beberapa hari saja, agar kau bisa bersantai. Mengingat hari ini adalah hari terakhir syuting untuk episode terakhir. Aku yakin kau membutuhkan itu untuk merilekskan pikiranmu"

Yeora akhirnya membuka matanya dan menatap manajernya dengan mata yang sedikit lebih cerah. "Itu terdengar seperti ide yang bagus," katanya dengan suara pelan. Namun, kemudian ia menambahkan, "Tapi untuk besok malam, pakaian seperti apa yang harus aku pakai? Bisakah kau temani aku fitting sepulang pemotretan?"

Manajernya tersenyum hangat, "Tentu saja. Kita cari sesuatu yang benar-benar cocok untuk acara itu. Jangan khawatir, semua akan baik-baik saja."

Yeora mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang. Meskipun jadwalnya padat, setidaknya ia memiliki orang-orang di sekitarnya yang mendukung dan memahami betapa beratnya pekerjaan ini. Namun, meskipun ia merasa terbebani oleh rutinitas yang padat, ia tetap berusaha menjalani semuanya dengan profesionalitas yang tinggi.

Di ruang rapat yang luas dengan meja kayu panjang dan jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota Seoul, tim kreatif dari perusahaan produksi film berkumpul. Dinding-dinding ruangan dihiasi dengan poster film-film sukses yang pernah diproduksi oleh perusahaan. Cahaya alami masuk melalui jendela, tetapi suasana di dalam ruangan tetap serius. Semua mata tertuju pada Jungkook yang duduk di ujung meja dengan ekspresi fokus. Dia mengenakan jas yang rapi, menampilkan aura profesionalisme yang karismatik.

A Perfect ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang