BAGIAN 8

785 34 4
                                    

"Pagi, Pak."

Nayara mengintip dari balik laptop dihadapan nya ke arah sosok pria bertubuh besar baru saja datang dari arah lift dan masuk ke dalam ruangan nya.

Semalam, Tian benar-benar mengantarnya pergi ke kaffe untuk bertemu dengan Anna. Setelah itu dia pulang. Hanya mengantarnya.

Nayara bingung dengan dirinya sendiri. Disaat kepala nya menyuruhnya dengan lantang untuk menjauhi pria itu tapi hati nya berkata yang sebaliknya.

Bahkan Nayara tidak bisa tidur hanya karna pria itu mengantarnya.

Ayolah, Nayara. Dia cuman mengantar mu tapi kau tak bisa menutupi rasa senang akan hal itu.

Nayara familiar dengan perasaan ini. Perasaan yang sama saat ia bersama Steven.

Jatuh cinta.

Nayara menggelengkan kepalanya samar, mengusir jauh-jauh pikiran tersebut. Tidak, dia tidak boleh jatuh cinta dengan suami orang. Dan Jatuh cinta sama saja menggali lubang yang bernama rasa sakit.

"Kamu kenapa, Nay?"

Nayara menoleh dan menemukan Dewi menatapnya khawatir. Harusnya dengan melihat Dewi semakin membuat Nayara yakin bahwa jatuh pada pesona Tian hanya akan membuat perempuan lain tersakiti. Istri Tian mungkin sama hal nya dengan Dewi, masih mempercayai pernikahan disaat Nayara tak menganggap pernikahan adalah jalan untuk bahagia namun itu tak membuat Nayara berhak merebut kebahagiaan mereka.

Nayara menarik napas panjang lalu tersenyum kecil, "Gapapa, Mbak."

"Ada anak magang baru tuh," Dewi menyuruhnya melihat ke meja lain. "Katanya sih anak titipan. Tapi kayaknya iya," Dewi memperhatikan objek yang dibicarakan, "Siapa juga yang datang telat di hari pertama masuk."

Nayara mengikuti pandangan Dewi dan jatuh pada gadis berambut pendek memakai lanyard saat dilihat ternyata kalung dari rokok elektrik nya. Nauara menghela napas, dia setuju dengan ucapan rekan nya tersebut.

Nayara kembali menatap laptop, "Titipan itu." ujarnya menyetujui. "Paling anak pejabat daerah."

Dewi kembali menatap Nayara sambil tersenyum geli, "Kamu kan juga."

Nayara langsung mendelik, "Tapi aku bukan titipan ya, Mbak, aku ngelamar, masih ada CV nya di meja pak Tian. Kalo aku pake relasi Papa, aku ga disini. Apaan, perusahaan kecil."

Dewi langsung tertawa geli sambil memegangi perutnya, berusaha agar suaranya tidak menganggu yang lain. Nayara semakin menatapnya kesal.

"Iya-iya, anak pak Candra," ejek Dewi sekali lagi. "Padahal kemarin ketemu anaknya Pak Prabu, jadi bikin naik nama Pak Candra."

"Kan dia bukan anggota Partai." delik Nayara lagi. "Udah deh, Mbak. Bikin ga fokus aja."

Sikap Nayara malah membuat Dewi semakin geli, mencoba ia hiraukan dengan menatap layar laptopnya dan memegang mouse. Seharusnya, ia mendesain sampul buku untuk pengeluarkan buku baru mereka namun kepala nya buntu. Seketika ia kehilangan kreatifitasnya.

Atau, dia kehilangan fokusnya.

Kepala nya masih meminta untuk memikirkan perasaan nya pada Tian.

Hubungan mereka hanya fana. Dimulai dengan cara yang penuh dosa lalu apa yang hati nya harapkan? Sampai kapanpun dia tidak akan bisa memiliki Tian. Dan Tian adalah salah satu dari banyaknya pria yang membuktikan bahwa cinta hanya omong kosong sama hal nya dengan kesetiaan. Harusnya Nayara bisa bermain-main. Dia selalu melakukan hal itu tapi entah kenapa Tian malah membuatnya seperti orang bodoh yang menginginkan nya lagi.

Nayara punya banyak pengalaman seks tapi dengan Tian,

Nayara merasakan hal yang berbeda.

HIS SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang