15

1.4K 42 2
                                    

"Ga takut ketahuan istrimu?"

Nayara menahan pundak pria yang masih berusaha merengkuhnya erat bahkan ketika mereka sampai di Apartemen milik Tian.

Tian menarik pinggang Nayara, napasnya terburu-buru, nafsu telah mengambil alih kendali tubuhnya. Dia meraup bibir kecil Nayara dan melumatnya serakah, "Saya lebih takut gabisa merasakan tubuhmu di kamar saya."

Nayara menekan dada Tian, mengikuti gelombang permainan nya. Ada ego yang menang dilubuk Nayara. Saat dia merasa berhasil mempermalukan Ayahnya.

Mungkin mereka memang sama-sama saling membutuhkan.

Nayara yang perlu melampiaskan ego dan dendam nya,

Dan,

Entahlah, entah perasaan apa yang tengah Tian lampiaskan pada tubuh Nayara yang penting, mereka saling memuaskan.

Kebutuhan mereka diatas kasur terpenuhi. Maka bagi Nayara, itu semua sudah cukup.

Tian membawa Nayara hingga tertidur diatas ranjang dengan tubuh nya yang besar menindih gadis itu. Memberitahu nya bahwa dia lah pemegang kekuasaan disini, termasuk Nayara dan tubuhnya, berada dalam genggaman nya.

Nafsu membuat Tian merobek kemeja Nayara dengan sekali tarik membuat tubuhnya terpampang jelas.

Nayara protes, "Aku ga bawa baju ganti."

Tian menarik kemeja miliknya lalu kembali menindihnya. "Kamu ga perlu baju selama disini."

Tian menciumi lehernya dan tangan nya meremas dada Nayara, "Kamu cuman perlu telanjang dan melayani nafsu saya."

"Ingat," Tian menarik kepalanya untuk menatap gadis itu. "Mulai sekarang, kamu adalah pemuas nafsu saya, Nayara."

*.*.*.*.*

Nayara mengerjapkan matanya dan melenguh pelan seraya meregangkan tubuhnya yang terasa pegal di setiap inchi. Bekas pergulatan nya dengan sang bos masih terasa jelas. Namun Nayara mengerutkan keningnya saat sisi kasur nya terasa kosong.

Suasana kamar yang remang-remang, hanya mengandalkan lampu dari arah luar pintu yang terbuka sedikit.

Nayara bangkit lalu menyadari bahwa ia memakai kemeja putih kebesaran dan menampilkan putingnya menggantung karna dia tak memakai pakaian dalam.

Ada kepuasan dan rasa bangga saat ia berhasil meniduri Tian. Ia yakin, Papa pasti sudah tahu hal ini dan membayangkan bagaimana geram dan emosi pria itu membuat Nayara tanpa sadar tersenyum menang.

Jam menunjukkan pukul empat pagi. Lantas Nayara bangkit dan perlahan berjalan menuju pintu. Ia keluar lalu mendatangi suara berisik dari arah dapur dan menemukan sang pemilik Apartemen ada di sana, membelakangi nya sedang memasak di kabinet dapur.

Tian tidak memakai atasan apapun, hanya memakai celana pendek. Menampilkan jelas punggung besar dan kekar yang dihiasi banyak luka cakaran.

Bagaimana bisa pria se-besar ini bisa memasuki tubuhnya namun mengingat ukuran tubuh pria ini tak heran bisa mengoyak Nayara dengan mudahnya.

"Hungry?"

Nayara tersentak saat pria itu bersuara tanpa menoleh ke arahnya. "Kok bisa tahu aku disini?"

Nayara tidak bisa melihatnya namun ia yakin pria itu sedang tersenyum geli.

"Your parfume, Nayara." Jawab Tian. "Saya bisa mencium parfum mu dengan jelas."

Nayara tersenyum kemudian melangkah mendekat hingga akhirnya ia bisa memeluk pria itu dari belakang. Menempelkan dada nya yang tak memakai bra ke tubuh Tian dan menekan nya erat.

HIS SINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang