"Ada yang pulang ke Rumah nih."
Nayara memutar bola matanya malas sambil meneguk minum nya saat melihat atensi Mas Satria datang mendekat lalu duduk disamping nya dimeja bundar. Nayara langsung mendorong tubuh pria itu menjauh saat Satria menarik tubuhnya dan memeluknya erat sambil mengacak-acak rambutnya.
"Gue kangen banget lo."
"Auh! Mas!" Nayara berusaha melepaskan tubuhnya dari Satria namun empunya menolak. Dia terus mendekap tubuh adiknya erat.
"Buset, kurus banget badan lo." Satria memandangi Nayara dari atas sampai bawah. "Gaji lo ga cukup buat makan?"
Nayara akhirnya berhasil melepaskan diri dan menatap Kakaknya kesal. "Setidaknya gaji gue halal."
"Widih ...," Satria mencolek hidung adiknya. "Udah bisa sombong nih sekarang."
"Perut lo noh, kebanyakan makan uang haram." Nayara melipat kedua tangan nya dan bersandar pada kursi. Membentengi diri agar pria disampingnya tidak bisa mengusik.
"Adek lo juga tuh." bisik Satria. Tak lama, terdengar suara.
"KAK NAYAAAAA!"
Nayara memejamkan matanya sejenak sambil menghela napas sebelum akhirnya menoleh dan tersenyum ke arah perempuan muda yang berlari ke arah nya. "Nora!"
Nayara langsung memeluk tubuh adik perempuan nya yang dibalas dengan erat oleh Nora. Mereka saling melepas rindu melalui pelukan itu.
"Kamu gemuk banget sekarang." Nayara melepaskan pelukan nya dan menatap sang adik. "Jadi makin cantik."
"Makan uang haram sih." Timpal Satria yang membuat Nayara mendesis sinis.
"Kakak gimana dikantor? Seru ngga? Enak banget kayaknya bisa keluar dari rumah." Nora duduk disisi kiri Nayara dan menghadapnya. "Nora juga mau, bisa kerja diluar. Ikut Papa bosen, harus senyum terus setiap saat."
"Makanya, tamatin kuliahnya biar bisa kerja diluar." Ejek Nayara.
"Harus diginiin dulu baru kamu mau pulang, Nay?"
Nayara menoleh ke sukber suara dan menemukan pria kemeja coklat tinggi tegap menggandeng perempuan paruh baya. Air wajah Nayara langsung berubah ketika menatap pria itu apalagi saat duduk berhadapan dengan nya.
"Aku juga kangen, Pa, Ma." balas Nayara sarkas.
"Kamu baru sadar kamu gabisa apa-apa tanpa Papa setelah Papa blokir rekening kamu?"
Nayara menatap pria dihadapan nya sejenak lalu membuang tatapan nya. "Blokir aja, biar ada uang jajan tambahan buat simpanan Papa."
"Kamu—"
"Mas." Wanita disamping nya menyentuh lengan Candra, meminta suaminya untuk tenang. Sedangkan kedua saudaranya sama-sama diam. Setelah bertahun-tahun, mereka masih bingung darimana Nayara mendapatkan keberanian melawan Papa.
Candra menarik napas lalu menatap Nayara tajam. "Setelah acara ini selesai, Papa mau bicara sama kamu."
"Sok atuh." Balas Nayara sambil meneguk minumnya.
Candra mendengus kemudian memilih untuk menatap ke arah panggung. Seorang pembawa acara sudah bersiap untuk memulai syukuran. Syukuran yang diadakan karna kebijakan Candra yang berhasil membuat para Petani makmur dalam 3 bulan setelah adanya protes tentang Beras Impor dan dilanda masalah kekeringan tanah.
Candra berhasil mengatasi kedua masalah itu hanya dalam kurun 3 bulan. Tak heran jika para Petani itu mau berterimakasih melalui acara Syukuran ini.
Awalnya Petani-petani itu ingin mengadakan ditempat Mereka tapi Papa bilang di Rumahnya saja. Tentu saja itu rencana nya agar bisa memamerkan hal ini ke hadapan kadernya dan menarik wartawan untuk meliputnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SIN
General Fiction"I am his sin." Nayara, perempuan muda, berbakat, centil dan menggemaskan takkan pernah mengira akan punya sekelibat hubungan dengan atasan tampan di saat istri nya sedang hamil.