"Baru pulang lo?"
Nayara terkejut saat mendapati ada insan lain di kamarnya. Gadis berambut pendek berponi duduk di sofa sudut ruangan sambil memakan cemilan miliknya. Nayara menghela napas berat lalu melangkah masuk, ia mencampakkan tas nya ke sembarang arah sebelum mencampakkan tubuhnya ke atas kasur.
"Bete banget, kayak ga ada gairahnya hidup lo." Freya memberi komentar seraya mengunyah cemilan ditangan nya. "Oh! gue tahu," Freya kembali bersuara. "Cowo yang bikin lo ga pulang malam ini ga se-gede mantan lo ya? Atau ga se-gede bos lo itu?"
Nayara bergemerutu dari balik bantal lalu menoleh ke arah sahabatnya itu. "Gue tidur di Apartemen bos gue."
"SHIT!" Freya terkejut dan langsung merapatkan duduknya, terlihat antusias. "Udah di bawa ke Apart aja."
Nayara berdecak, ia memutar bola matanya. "I should remind you, he's someone's husband!"
Freya diam sejenak, wajahnya tampak bingung. "Okay ....?"
"Dia lakik orang, Freya!" Kesal Nayara sambil menenggelamkan wajahnya ke balik bantal.
Freya berdecih pelan sambil kembali mengunyah cemilan nya. "Sekarang lo peduli sama yang gituan? Biasanya main embat aja."
Nayara kembali mengarahkan wajahnya ke arah Freya tapi tidak menatap gadis itu, pandangan nya kosong. Isi kepala nya sedang berisik. Mempertanyakan ulang semua hal yang terjadi dalam semalam.
"Oh no ...," Suara Freya menarik perhatian Nayara hingga membuat gadis itu menatapnya.
Nayara mengerutkan kening nya, "What?"
"You falling for him."
Mata Nayara langsung membola, menyangkal. "I am not."
Freya tersenyum geli, "Oh you so are." Freya tercekikikan saat meletakkan bungkus cemilan nya ke samping kemudian pindah, dari sofa menuju pinggir kasur empuk Nayara. "Ini bukan lo yang biasanya, Nayara." Freya menatap sahabatnya, "Lo bisa tidur sama siapapun yang elo temui dan besoknya," Freya menaikkan kedua bahu nya. "Lo bisa ngelupain mereka kayak ga terjadi apa-apa. Bahkan waktu lo tidur sama dosen kita dulu, lo bisa masuk ke kelas dia dengan santai and your life still go on."
"Ini harusnya ga ada bedanya dengan bos lo yang sekarang. Seperti yang biasanya, lo bisa bersikap biasa aja 'kan?" Freya masih tersenyum geli. "Tapi engga, lo mulai memikirkan status nya yang suami orang—"
"— that's what i should do!"
"Pak Hendra juga suami orang tapi lo ga peduli 'kan?" Cekat Freya cepat. Nayara mendengus. "Lo tahu kenapa lo uring-uringan karna status 'suami orang' bos lo itu?"
Nayara menatap sahabatnya, tanpa suara, Nayara juga ingin tahu jawaban dari sudut pandang sahabatnya tentang kasus ini.
Senyum Freya semakin lebar. "Karna lo mau milikin dia seutuhnya, Nayara. That's mean you falling for him."
Nayara tidak langsung menepis omongan Freya. Dia diam untuk beberapa saat karna otaknya menangkap konteks masuk akal. Namun ketika sadar ia mulai menerima kalimat itu, Nayara langsung menyangkalnya jauh-jauh. "Gue ga mungkin jatuh cinta sama bos gue sendiri. Lo tahu gue—"
"Ga percaya cinta?"
Nayara mendengus. "Dia suami orang dan masih ngejar gue. Bukti kalo pandangan gue tentang pria dan cinta itu benar. Kenapa gue harus jatuh cinta sama orang yang membuktikan pandangan gue? Dia ga jauh beda sama bokap gue, Fre! Gue gamau jatuh cinta sama orang yang kayak Papa!"
"Well," Freya menghela napas lalu bangkit dan kembali duduk ke kursi sofa sebelum nya. "Kalo
lo tahu alasan nya berarti itu bukan cinta.""Ini cuman nafsu." Nayara masih bertahan.
Freya mengambil cemilan nya kembali, "So, what you do in his Apartemen?"
Nayara diam sejenak, ia menarik napas lalu bangkit dari tidurnya dan duduk disana. "Gue pingsan di kantor pas lembur dan dia bawa gue ke Apartemen nya."
"And then?" Freya sibuk mengunyah cemilan nya. "He touched you?"
Nayara menggeleng.
"Woaw." Freya terkekeh geli. "Such a gentleman."
"No, he's not!" Bantah Nayara cepat.
Freya terkekeh lagi. "Kalo ini nafsu, dia udah nelanjangin lo dari awal."
Nayara ingin melawan tapi tak punya kata-kata sebagai senjata serangan.
"Lo di Apartemen nya. Pingsan." Freya menaikkan kedua alisnya, berharap Nayara bisa menangkap maksud dari kalimatnya. "Dia bisa ngelakuin apa aja kan? But no, he didn't do that."
Nayara merasakan pusing menyerang kepala nya. Omongan-omongan Freya sejak tadi terlalu masuk akal membuat otaknya yang enggan menerima hal itu menjadi sakit dan berdenyut.
"Mungkin lo bisa coba—"
"GAK!"
Freya terdiam saat Nayara langsung memotong dengan menaikkan suara nya.
"Buat apa gue coba jalin hubungan sama suami orang?!"
Freya menaikkan kedua bahu nya. "Kita ga pernah tahu alasan dia bisa jadi suami orang."
Nayara menyipitkan matanya.
Freya mengunyah cemilan nya mendapat tatapan Nayara diam sejenak kemudian menghela napas.
"Dia pasti punya alasan kuat kenapa bisa nikah sama istrinya."
Freya menatap sahabatnya datar, "Om gue dijodohin dan dia masih berhubungan sama pacarnya yang dari SMA."
"What—" Nayara memejamkan matanya sambil menggeleng samar. Freya terus saja mengeluarkan kalimat yang memaksanya untuk menerima opininya.
"C'mon, Nayara." Freya tersenyum geli. "Kita tinggal dilingkungan apapun bisa jadi kemungkinan. Hari ini bokap lo musuhan sama Pak Anwar, mungkin besok bokap lo sama bokap gue. We never know."
Nayara menghela napas pelan. Freya benar, tinggal di ruang lingkup politisi membuat mereka mewaspadai semua hal karna semua hal bisa menjadi kemungkinan. Bahkan hal yang tak pernah terpikirkan sekalipun.
"Coba aja ...," Freya kembali bersuara saat Nayara hanya bisa terdiam, merenungkan kembali omongan-omongan nya daritadi.
Nayara menatapnya bingung, "Kenapa lo ngotot banget sih gue suka sama dia?"
"Karna lo udah puasa sex seminggu, gila!" Freya langsung tertawa geli. "Pecah rekor tuh."
Nayara terdiam. Ia baru tersadar akan hal itu. Ia bahkan tak sadar sudah lama kewanitaan nya tak mengenal kejantanan seseorang, karna kewanitaan nya itu tak meminta hingga Nayara tidak sadar. Sejak mengenal Tian, Nayara bisa mengendalikan nafsu liarnya yang ia pikir takkan pernah bisa dikendalikan. Atau,
Dia hanya mau Tian yang memasukinya.
"Lo bilang lo mau buktiin ke Om Candra kalo lo ga akan bisa di atur 'kan?" Freya kembali meyakinkan nya. "Lo bisa buktiin itu," Freya tersenyum. "Dengan bos lo."
"Anak nya dengan suami orang. Wah," Freya menggeleng samar, "Such a big war for him."
Nayara mengulum bibirnya merasakan otaknya mulai menerima ucapan sang sahabat. "You sure?"
"Pretty sure."

KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SIN
Fiksi Umum"I am his sin." Nayara, perempuan muda, berbakat, centil dan menggemaskan takkan pernah mengira akan punya sekelibat hubungan dengan atasan tampan di saat istri nya sedang hamil.