Yang Disembunyikan

5 1 0
                                    

BAB IX

Terkadang, rasanya sulit mengungkapkan sesuatu hingga ingin rasanya berharap sekali saja kamu menjadi diriku.

---

2021, Belanda

Hotel Tempat Pram dan Juan Menginap

Tidak ada pembicaraan setelah tangisan semalam. Mereka diam. Tak ada satu pun yang berani membuka percakapan. Mungkin mereka juga lelah. Menangis mengeluarkan banyak energi, bukan? Seakan seluruh rasa sakit tertuang di dalamnya.

Pram baru bangun. Ia duduk di samping tempat tidur dengan kedua tangan menopang tubuhnya. Sementara Juan sedang bersiap untuk keluar. Tangannya sedang memakaikan jam tangan. Ia sudah rapi sekali dengan setelan jas. Padahal, workshop yang akan ia ikuti dimulai besok.

"Pram, go take a bath. We need to go somewhere."

Suara Juan terdengar seperti perintah daripada ajakan. Nadanya serius dan tegas. Pram mengernyit kesal. Mengapa ia harus mengikuti perintah Juan? Memangnya ia tidak ingat apa yang terjadi semalam di antara mereka? Pram rasanya tak ingin bangkit dan lebih ingin mengutuk Juan saat ini. Amarahnya masih ada, ternyata.

"Why should I?"

Pram bertanya dengan ketus bahkan tanpa menoleh pada Juan.

"You'll know it later."

Juan malah tidak menjawab sama sekali. Lagi-lagi nada bicaranya tegas, membuat Pram semakin kesal. Tapi, ia ikuti saja kemauan Juan.

. . .

2021, Belanda

Pemakaman Umum

Cecillia Nora sedang menatap sebuah makam sembari berdoa ketika sebuah buket bunga diletakkan di atas makam tersebut. Buket itu penuh dengan warna yang cantik. Nora terkejut karena biasanya yang akan datang hanya dirinya dan keluarganya. Tapi ketika ia menoleh ke arah seseorang yang meletakkan bunga, matakanya langsung terbelalak.

Pram.

Jantungnya tak bisa berdegup dengan benar. Entah karena ia bahagia karena melihat sosok Pram di sampingnya, atau karena merasa cemas bila Pram tahu segala hal tentangnya saat ini. Tapi bagaimana Pram bisa tahu kalau hari ini adalah hari kepergian sang ibu? Bagaimana Pram juga bisa tahu bila lokasi pemakaman ibunya berada di sini?

Nora tidak jadi berdoa. Ia terlalu sibuk dengan pikirannya karena keterkejutannya. Ia tak bisa menghentikan itu sama sekali. Rasanya, seluruh respon tubuh yang ia keluarkan berada di luar kendalinya.

Pram tidak menghiraukan Nora yang menatapnya dengan ekspresi tak percaya. Ia memilih untuk memejamkan matanya dan menyapa ibu Nora dengan sopan di dalam doa.

Tidak lama, Pram membuka matanya. Ia bergerak untuk menghadap Nora yang masih memperhatikannya tanpa kata. Wajahnya tercengang. Namun, Pram menatapnya dengan ekspresi penuh luka yang ia sembunyikan. Tidak ada ucap yang terdengar di antara keduanya.

Mereka hanya diam saling bertatap.

. . .

Pram telah mendengar kisah sang ibu dari Juan. Juan akhirnya membuka mulutnya, tetapi tidak dengan keseluruhan kisah Nora. Juan hanya memberitahu bahwa Ibu Nora memutuskan untuk mengakhiri hidup karena kematian ayah Nora. Kisah itu hanya membuat Pram merasa bersalah, merasa marah atas dirinya, atas situasi yang terjadi, dan marah pada si puan karena menyimpan hal ini darinya. Apakah ia tidak bisa dipercaya? Pertanyaan itu terus-menerus mencuat di dalam pikirannya.

The Unrevealed Story [ ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang