Bab 5. Tak Kuasa

86 7 0
                                    

Rasa ingin memiliki itu ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa ingin memiliki itu ada

Jika mementingkan diri sendiri dianggap salah

Maka biarlah dia tetap pada kata mementingkan diri

Karena dengan itulah dia bisa tetap sadar

Maka, sebelum bertemu kembali denganmu biarlah aku menjadi diriku yang egois

Karena jika kusudah tak kuasa, maka kau akan merenggutnya.

******

Kaki mungil itu menendang- nendang bangku di bawahnya. Memainkan kakinya sambil bersenandung kecil. Kata mama suaranya bagus. Tapi menurutnya jika tak ada yang mendengar nyanyinya pelan saja.

"Lama sekali. Bu gulu tadi katanya udah hubungi mama. Tapi lama sekali"

Saat ini dia ditinggalkan di taman depan karena semua guru di sekolah tersebut sedang melakukan pertemuan penting secara mendadak karena pemilik yayasan datang untuk persiapan akreditasi dan wali murid  diminta untuk menjemput anaknya lebih cepat. Begitu pula dengan Cana yang sudah dihubungi untuk menjemput sang anak. Namun, karena tidak ada balasan, dari sang guru memutuskan meninggalkan pesan ke whatsapp Cana dan meninggalkan Chesta sendiri dengan di pantai oleh satpam di depan.

"Panas.. Lapalll... "

Menunggu untuk Chesta sangat membosankan. Dia sudah tidak kuat. Kata pak satpam Chesta sudah menunggu satu jam. Karena tadi Chesta bolak balik ke pak satpam untuk tanya sudah berapa lama dia disini. Bekalnya sudah habis. Dia bingung dan dia mau menangis karena panas dan tidak tahu mau apa.

"Hiks. Chesta tidak mau menangis. Tapi sedih. Panas. Mama jahat tidak sayang Chesa lagi"

Sudah banyak hal dia lakukan sejak tadi. Main pasir sudah, main kerang sudah, perosotan sudah. Semua hal sudah dicoba tapi karena tidak ada teman rasanya membosankan.

"Hihh Chesta sedih sekali"

Air matanya menetes tapi dia harus tampak kuat. Karena malu dilihat pak satpam jika menangis.

"Hiks, aku sedihh sedih sekalii" Chesta menunduk karena tidak mau memperlihatkan tangisannya kepada orang lain.

Namun tiba tiba ada sepatu di depannya. Apakah ini sepatu bapak satpam? Kapan dia berjalan ke arahnya. Sepertinya karena terlalu sedih dan fokus untuk menangis dia tak sadar jika ada orang yang berjalan kearahnya. Buru- buru Chesta menghapus air matanya. Namun saat dia mendongak bukan bapak satpam berkumis yang suka pakai topi dan bawa penting kemana-mana dengan baju coklatnya tapi seorang pria dewasa yang saat ini melihat kearahnya berbaju hitam, celana hitam dan menggunakan kacamata.

"Om penculik bukan?"

Karena kata mama harus tanya dulu atau kalo om putra bilang namanya konfirmasi. Katanya tidak boleh mengatai orang lain yang tidak- tidak jadi Chesta tanya saja. Yakan?

****

Dipanggil penculik oleh anak yang diduga kuat adalah anak sendiri itu mengerikan. Membuang muka mencoba menahan kesabarannya. Karena tak mungkin dia memarahi anak menggemaskan didepannya ini. Anak yang menurutnya sangat cantik dan pandai dari seluruh anak yang pernah dia jumpai.

"Bukan. Kenapa kau masih disini?"

Sial, mata bulat lebar itu mengerjab yang sangat lucu sekali.

"Om kenapa ada disini? Ini kan sekola Chesta. Ups"

"Aduh kata mama ndak boleh ngomong nama di depan olang tidak dikenal. Gimana ini"

Giandra terkekeh geli melihat dan mendengar tingkah anaknya itu.

"Ck, sudahlah. Ehm ehem Om tidak mendengar"

Sial gara- gara Cana dia bingung harus mengenalkan ke anaknya sebagai apa. Kurang ajar sekali. Kenapa panggilan om yang dia berikan kepada anaknya. Sialan.

"Om tidak mendengal? Baguslah"

Mereka berdua pun terlibat interaksi yang menyenangkan. Setidaknya menurut giandra. Karena sebenarnya keduanya masih bingung dan mencoba saling mengerti ucapan dan topik yang dibahas.

*****

"Gila ya lo put. Chesta gimana ini. Harusnya dia udah keluar dari dua jam yang lalu. Stupid gue. Tuhaan semoga dia gakpapa. Iya kan put?"

Iya iya. Udah lo tenang dulu. Ini gue nyetirnya udah kek pembalap MotoGP.

Sesampainya di sekolah Chesta, Cana pun keluar dengan buru-buru menanyakan kepada satpam dimana anaknya berada. Satpam mengernyit mungki  juga dia cukup jengkel kenapa ada wali murid yang baru menjemput anaknya setelah sekolah hampir tutup dan semua siswa sudah pulang.

Namun setibanya di taman tempat Chesta berada kaki Cana seolah tertanam di rumput yang dia injak. Pandangannya membeku ke arah sosok laki-laki dan anak perempuan itu. Mereka berdua terlibat perdebatan namun berbanding terbalik dengan Chesta yang antusias menjelaskan dan sang lawan bicara mengernyit mencoba memahami.

Pemandangan apa ini?

Sungguh Cana tak kuasa melihatnya, dia sangat menghindari hal ini terjadi. Namun, entah kenapa ada detak antusias yang dia rasakan.



#######

Akhirnya bab ini meluncur juga..

Terimakasih dukungannya

Hope u enjoy it

See u

26 September 2024
Love,
Ka

Bertemu KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang