Part 17 Casual

79 17 3
                                    

Di suatu pagi yang cerah, Miss Sani berdiri di depan kelas, menjelaskan pentingnya tugas berkumpulan yang baru saja diberikan. "Ingat, tugas ini sangat penting untuk markah akhir kalian," tegasnya, sambil menunjuk papan tulis yang penuh dengan rincian tugas. "Aku mau kalian benar-benar serius, dan manfaatkan waktu dengan baik."

Seluruh kelas terdiam, merenungkan bagaimana mereka akan menyelesaikan tugas ini. Ayan, yang duduk di sebelah Akk, sesekali mencatat dan tampak serius. Di sudut lain kelas, Wat tiba-tiba mengangkat tangannya dengan semangat.

"Miss, gimana kalau kami pergi ke kampung halamanku? Di sana banyak situs bersejarah. Mungkin bisa bantu kami dapat bahan tugas lebih mudah," Wat tersenyum, yakin dengan usulannya.

Miss Sani tampak terkejut namun segera mengangguk. "Itu ide yang bagus, Wat. Pastikan semua anggotamu setuju dan kalian lakukan riset yang baik."

Setelah Miss Sani keluar kelas, suasana langsung berubah menjadi lebih santai. Ayan, yang duduk di sebelah Akk, langsung mendekat sedikit, penuh semangat. "Akk, gimana menurutmu soal ide Wat tadi?" tanyanya sambil tersenyum ceria.

Wat, yang berdiri di depan meja mereka, terlihat makin bersemangat setelah melihat antusiasme Ayan. "Ayo dong, gimana kalau kita pergi akhir pekan ini? Biar lebih banyak waktu buat riset di sana. Plus, bisa jadi liburan singkat juga!" Wat menambahkan, tak sabar mendengar reaksi mereka.

Ayan yang teruja langsung mengangguk cepat. "Aku setuju banget! Kayaknya seru dan efektif buat tugas ini. Kita bisa cari banyak bahan di sana."

Luke pun ikut mendukung dengan senyum lebar. "Aku juga setuju. Lebih baik kerja sambil jalan-jalan daripada harus duduk di perpustakaan terus."

Khan, yang duduk tak jauh dari mereka, menambahkan dengan antusias, "Ide bagus! Aku udah lama nggak pergi ke luar kota, jadi hitung-hitung refreshing juga."

Akk, yang duduk di sebelah Ayan, awalnya hanya mendengarkan, tapi akhirnya angkat bicara. "Oke, aku ikut." Meskipun kalimatnya terdengar sederhana, Ayan bisa merasakan bahwa Akk benar-benar berniat untuk ikut dalam perjalanan ini, yang membuat hatinya sedikit berdebar.

Thua yang duduk di belakang mereka, akhirnya angkat bicara. "Oke, jadi udah sepakat nih ya? Kita pergi akhir minggu ini?"

Wat mengangguk dengan semangat. "Iya, gue bakal atur semua. Kita berangkat Sabtu pagi, biar bisa sampai di kampung gue sebelum siang. Nanti gue kirim detailnya di grup."

Ayan tersenyum puas dan memandang Akk dengan mata berbinar. "Kayaknya seru banget, ya! Makasih karena kamu mau ikut juga."

Akk hanya membalas dengan anggukan kecil, senyum tipis menghiasi wajahnya. Meskipun tak banyak bicara, jelas bahwa Akk ingin memastikan dia ada di samping Ayan, bahkan untuk hal sederhana seperti tugas kelompok ini.

"Siap-siap aja kalian!" kata Wat sambil tertawa. "Perjalanan ini bakal seru banget!"

——————

Ketika bel berbunyi menandakan akhir pelajaran, Ayan masih sibuk merapikan bukunya di meja. Namun, tiba-tiba saja, dia merasa tangannya ditarik. Dia mendongak dan melihat Akk yang diam-diam menggenggam tangannya dengan erat.

"Akk, kita mau ke mana?" tanya Ayan dengan nada bingung, matanya menatap Akk yang terlihat tenang namun tak berkata apa-apa. Genggaman tangan Akk terasa kuat, seakan tidak ingin melepaskannya.

"Ke dormku," jawab Akk singkat, tanpa banyak penjelasan.

Ayan semakin bingung dan sedikit terkejut. "Kita mau ngapain?" tanyanya lagi, kali ini dengan sedikit ragu-ragu. Jantungnya berdebar lebih kencang dari biasanya, namun dia tak ingin menunjukkan kegugupannya.

Osis Dingin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang