Part 4 backburner?

82 16 0
                                    

Setelah selesai dinner, Ayan kembali ke kamarnya dan mulai mengerjakan tugasan. Tiba-tiba, dia teringat tentang nomor Akk yang diberikan oleh Mama. Dengan sedikit rasa gugup, dia memutuskan untuk mengirim pesan.

——————

Akkkuuu😼

Ayan:
Akkk
Hii si tampan
Akkkkkkk

——————

Sudah hampir setengah jam tapi masih tiada balasan dari akk.

Ayan:
Jawab aku please!!
Ihhh
Akkk

Akk:
Ya
Siapa?

Ayan menelepon Akk dengan semangat, dan setelah beberapa detik, Akk menjawab.

Akk: "Halo?"

Ayan: "Akk! Ini aku, Ayan!"

Akk: "Oh, Ayan. Dari mana kamu dapat nomor aku?"

Ayan: "Dari mama! Dia datang ke sini tadi dan kasih tahu."

Akk: "Mama? Oh, gitu. Ngapain kamu nelpon?"

Ayan: "Aku cuma mau ngobrol! Kamu lagi ngapain?"

Akk: "Nugas."

Ayan: "Nugas apa?"

Akk: "Nugas fisika."

Ayan: "Akkkkkk! Fisika? Susah banget itu! Kenapa kamu nggak minta bantuanku?"

Akk:"Karena lagi banyak yang harus dikerjain."

Ayan: "Tapi kamu bisa ambil istirahat, kan? Aku bisa nemenin."

Akk:"Nggak, nanti bisa ganggu konsentrasi."

Ayan: "Konsentrasi? Berarti aku bikin kamu lebih fokus, kan?"

Akk: "Ya, ya. Tapi tetap harus hati-hati sama gangguan."

Ayan: "Gangguan? Ini aku, Ayan, bukan scammer!"

Akk:"Iya, iya. Cuma bercanda. Sekarang fokus sama tugas kamu."

Ayan tertawa, merasa senang bisa berbicara dengan Akk meskipun dia masih bersikap dingin.

——————————

Esoknya, Ayan datang ke sekolah awal. Senyum lebar menghiasi wajahnya ketika dia melihat Akk sudah berada di kelas, asyik mengerjakan tugas.

"Hai, Akk!" sapanya ceria, melambai tangan ke arah Akk.

Akk hanya menoleh sejenak, lalu kembali fokus pada bukunya. "Hai," jawabnya singkat, tetapi Ayan tidak patah semangat.

Dia melangkah lebih dekat dan duduk di sebelah Akk. "Kamu sudah belajar untuk ujian matematika? Aku bingung dengan beberapa soal."

Akk meliriknya. "Kalau bingung, tanyakan saja. Jangan hanya duduk diam," balasnya, masih dengan nada dingin.

Ayan menggigit bibirnya, berusaha menahan tawa. "Oke, aku akan tanyakan. Tapi, jangan marah-marah ya!"

"Siapa yang marah?" Akk menjawab sambil mengangkat alis, berusaha terdengar serius.

Bel berbunyi, menandakan masuknya guru matematika. Mr. Chadok, guru yang terkenal tegas, memasuki kelas dan menatap semua muridnya dengan serius. "Baik, semua. Ambil buku dan bersiap untuk ujian hari ini!"

Ayan langsung merasakan ketegangan di udara. Dia melihat Akk yang tenang dan fokus, seolah tidak terpengaruh dengan suasana yang tegang. "Akk, kamu pasti bisa mengerjakan ini dengan mudah, kan?" Ayan berbisik.

"Cukup fokus saja, Ayan," jawab Akk, tidak menoleh.

Ketika ujian dimulai, Ayan mencoba sebaik mungkin untuk mengerjakan soalnya, tetapi pikirannya terus melayang. Dia mencuri pandang ke arah Akk, yang tampak serius dan cepat menyelesaikan soal-soal dengan tepat.

Osis Dingin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang