Part 7 Aku takut gelap!!

104 16 3
                                    

Hari Minggu itu, Akk baru saja sampai di rumahnya setelah seminggu penuh dengan tugas sekolah dan kegiatan OSIS. Dia melepaskan tasnya di ruang tamu dan merebahkan tubuhnya di sofa. Hari itu dia berniat untuk beristirahat, menikmati waktu sendirian di rumah. Mama dan papanya ada urusan sebentar di luar.

Namun, tak lama kemudian, bel pintu rumahnya berbunyi. Akk mengernyitkan dahi, tak mengharapkan tamu pada hari libur ini. Dengan malas, dia berjalan ke pintu depan dan membuka pintu. Di luar, berdiri Ayan dengan senyum lebar di wajahnya, mengenakan pakaian kasual yang terlihat santai.

"Ayan?" Akk menatapnya dengan alis terangkat. "Ngapain kamu di sini?"

Ayan melambai dengan santai. "Hai, Akk! Aku lagi bosen di rumah. Trus kepikiran, kenapa nggak main aja ke rumah kamu? Kita bisa habisin waktu bareng."

Akk menatapnya sejenak, bingung. "Kamu nggak bilang dulu mau datang."

Ayan tersenyum lebih lebar. "Aku pikir kamu pasti seneng kalau aku tiba-tiba muncul. Lagi pula, kamu pasti nggak ada rencana lain, kan?"

Akk menghela napas dan melirik ke belakang sejenak, berpikir sejenak. "Ya, aku nggak ada rencana. Tapi..."

"Aku bawa makanan, loh!" Ayan memotong kalimat Akk, sambil mengangkat kantong plastik yang penuh dengan makanan ringan. "Kita bisa nonton film atau apapun yang kamu suka."

Akk akhirnya menyerah, membukakan pintu lebih lebar dan mengangguk. "Ya sudah, masuklah."

Ayan melangkah masuk dengan riang, langsung menuju ruang tamu dan meletakkan kantong makanannya di meja. Dia melihat sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu, meski sudah beberapa kali datang ke rumah Akk. "Rumah kamu tenang banget, ya. Nggak kayak rumahku yang selalu rame."

Akk duduk di sofa lagi, menatap Ayan yang sibuk mengeluarkan makanan dari kantong. "Kamu benar-benar datang cuma buat main?"

Ayan duduk di sampingnya dengan senyum nakal. "Yup! Aku mau habisin hari ini bareng kamu. Aku pikir kamu butuh istirahat sambil ditemenin."

Akk menggelengkan kepala, sedikit tersenyum tipis. "Kamu emang nggak pernah berubah."

Ayan menyengir bangga. "Itu karena aku tahu kamu bakal kesepian kalau sendirian terus."

Akk menghela napas lagi, tetapi kali ini ada sedikit kehangatan dalam suaranya. "Yaudah, kalau kamu udah di sini, kita nonton aja."

Ayan menatap Akk dengan senyum kemenangan. "Yay! Aku yang pilih filmnya ya?"

Akk mengangguk pelan. "Terserah kamu."

Ayan bersikeras sambil menunjuk layar TV, "Akk, kita nonton horor aja! Seru, loh!"

Akk mengerutkan dahi dan menyandarkan tubuhnya ke sofa, jelas tidak setuju. "Kamu kan cengeng, Aye. Nanti kamu nangis karena takut hantu kayak dulu."

Ayan memutar matanya, berusaha membantah. "Aku udah gede sekarang, kok! Nggak bakal nangis lagi!"

Tapi Akk hanya tersenyum tipis, kenangan masa kecil mereka mulai terlintas di pikirannya.

Flashback:

Ayan dan Akk Kecil
Di suatu sore, ketika mereka masih kecil, Ayan dan Akk duduk di depan TV di ruang tamu rumah Ayan. Saat itu, Ayan memaksa ingin menonton film horor yang baru saja dirilis di TV. Dengan semangat, Ayan berkata, "Aku nggak takut, kok, Akk! Ini cuma film!"

Namun, beberapa menit setelah film dimulai, adegan menegangkan penuh hantu muncul. Ayan yang masih kecil langsung menjerit ketakutan, wajahnya pucat, dan matanya mulai berkaca-kaca. Dengan tubuh mungilnya, dia bergegas merapat ke sisi Akk, memeluk lengan temannya erat-erat.

Osis Dingin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang