Eps 6

196 30 4
                                    

Sean perlahan masuk kamar Jane dengan ragu. Jane terlihat tidur membelakangi pintu dengan tubuhnya tertutup selimut. Sean mulai mendekat dengan kursi rodanya

Ia lihat Jane dengan pandangan merasa bersalah. Sungguh Sean menyesal tas perbuatannya. Tak tau apa yang ada dipikiran dia. Sean mengernyitkan dahinya ketika melihat Jane yang gelisah, tubuhnya seperti menggigil?

Dengan ragu Sean sentuh kening Jane. Betapa terkejutnya dia bahwa kening Jane panas, ya Jane demam. "K-kak? Kak Jane demam?" Sean sedikit panik "Bagaimana ini?" bingungnya

Sean keluar lagi lalu telfon Sooya "H-halo nuna?"

"Iya Sean kenapa?" Sooya

"Apa yang bisa meredakan demam?" Sean

"Hah? Maksudnya? Kamu demam? Jane kemana?" Sooya

"Bukan, Jane yang demam! Sudahlah cepat katakan bagaimana meredakan demam?" Sean

"Ok ok kau jangan panik, kita akan kesana biar Seulgi oppa periksa Jane ya kau cukup tunggu saja ya adik tampan" Sooya, Seulgi suaminya Sooya memang dokter di rumah sakit besar di Seoul

"Jangan lama2!" Sean mematikan telfonnya

.

"Siapa sayang?" Seulgi

"Ini Sean telfon katanya Jane demam, oppa kita kerumah Jane sekarang ya" Sooya

"hmm baiklah ayo" Seulgi genggam tangan Sooya

Ya Seulgi Sooya lagi makan malam bersama sepulang Seulgi kerja dan tiba2 Sean telfon jadi kebetulan Seulgi juga bawa alat2 dokternya

.

"Gimana keadaannya hyung?" Sean

"Kenapa keningnya memar dan benjol gini?" tanya Seulgi

Sean hanya diam dan menunduk dengan rasa bersalah. "Dia demam biasa akibat benturan dan syok, harus banyak makan yang sehat dan istirahat" Seulgi mendekat kewajah Sean "Dan Jane tidak boleh stress!" tekan Seulgi

"M-maafkan aku hyung" Sean menunduk

"Ini obatnya kau berikan setelah makan besok pagi, dan ini plester penurun panas harus diganti setiap 3jam jika suhu tubuhnya tidak turun juga, besok kalo belum membaik bawa Jane kerumah sakit" Seulgi

"Cepat sembuh Jane kita pulang dulu" Sooya usap kepala Jane. Ada sedikit kekhawatiran dibenak Sooya bahwa apakah Sean akan mengurusi Jane? Ingin sekali Sooya tinggal dan mengurusi Jane namun apa daya dia juga memiliki suami yang harus ia urus. Akhirnya Sooya dan Seulgi pulang

.

Sean setia duduk dikursi rodanya disamping ranjang dengan Jane yang tidur. Dia setiap memperhatikan Jane dan mengganti plester demamnya setelah 3jam. Bolak balik juga ia cek suhu Jane

"Maafin aku kak Jane aku tidak bermaksud menyakitimu, aku terbawa emosi" Sean elus kening Jane yang berkeringat karena demam. "I love Park Ruby Jane" Sean lalu ia kecup kening Jane

Setelah Sean keluar lalu menelfon Lim "Lim bagaimana cara membuat bubur dengan panci listrik?" Sean

"Apa motivasimu menanyakan hal itu padaku? Aku ini penakluk wanita bukan maid" Lim

"Sudah bilang saja, kau kan anak kost pasti tau" Sean

"Aku anak kost yang kaya, sebentar aku cari tutorial di youtube" Lim

"Kalo itu aku juga bisa" Sean

"Yasudah kau lihat saja sendiri" Lim

"Lim besok tunggu kabarku ya, kak Jane demam jika malam ini tidak mereda kita bawa ke rumah sakit" Sean

"Wah calon istriku sakit? Omo aku kesana sekarang juga" Lim

"Kau kesini sekarang kupukul kepalamu pakai panci! Dan ingat simpan mimpimu untuk mendapatkan kakakku" Sean

"hehe iyaiya mian, arraseo semoga cepat sembuh kak Jane" Lim

.

"Kenapa melamun?" Seulgi peluk Sooya dari belakang yang melamun menghadap balkon kamarnya

"Aku khawatir pada Jane, apa Sean akan mengurusnya? Oppa lihat memar didahi Jane? Aku yakin itu perbuatan Sean" Sooya

"Itu memang luka seperti terkena benda tumpul tapi apa mungkin Sean tega melakukan itu?" Seulgi

"Dia bisa berbuat apa saja oppa" Sooya

"Sayang~" Seulgi membalikkan Sooya hingga menghadapnya "Oppa yakin Sean tidak akan sejauh itu, kita bisa mencampuri kehidupan mereka terlalu dalam karena mereka juga punya privasi tapi gini besok kita tengok Jane lagi okay?"

"Iya oppa" Sooya

.

Jane perlahan membuka matanya, demamnya sudah reda. Ia memegang kepalanya yang sedikit pusing dan mencoba bangun lalu bersandar diheadboard. Perlahan ia meraba keningnya dan mencabut plester pereda demamnya

"Hm? Siapa yang pasang?" gumam Jane

ceklek

Sean masuk dengan nampan dipangkuannya dan dia dorong kursi rodanya menghampiri Jane "K-kakak udah bangun? G-gimana keadaannya?"

"Lebih baik" Jane

"Kak makan dulu yuk aku suapin, aku buat bubur ini sendiri lho" Sean mencoba menyuapin Jane. Jane hanya diam dan menerima suapan dari Sean hingga habis

"K-kak maafkan aku, aku sangat--- Tidak berguna dan kasar, hukumlah aku kak aku---" Sean

Jane tempelkan jari telunjuknya dibibir Sean "Sudahlah tapi jangan diulangi dan jangan kasar lagi"

Sean mengangguk lemah dengan penuh penyesalan "A-aku simpan ini dulu" Sean berlalu lagi keluar kamar. Sean gugup karena merasa bersalah

Penasaran akhirnya Jane mengikutinya keluar kamar. Dari jauh ia lihat sedikit kekacauan didapur yang Sean buat. Air tumpah, noda kecap berserakan, dan kulit bawang berantakan? "Ya tuhan kenapa tidak pakai bawang yang sudah dikemas saja" batin Jane sambil tersenyum memperhatikan Sean yang sedang mencoba membuat susu

Sean mulai menuangkan air panas kedalam gelas. Sedikit cipratan air panas mengenai tangannya "Aarrrrgggghhhh panas"

Jane reflek berlari menghampiri Sean lalu mengusap tangannya "Hey hati2 Sean"

Sean mendongak menatap Jane. Tanpa sadar airmatanya turun "Bahkan saat aku sudah menyakitinya, kakak masih peduli denganku" gumam Sean

Jane menatap Sean "Sean, bagaimanapun kau adik kakak, kakak menyayangimu" Jane lalu menghapus airmata Sean

"Jangan anggap aku adik" Sean

"Maksudnya?" Jane

"Jadilah istriku kak" Sean

"S-sean?" Jane

"Aku mencintaimu kak Jane, bukan sebagai kakak tapi... Sebagai wanita" Sean

"Kau mabuk lagi?" Jane elus kepala Sean

"Tidak, aku mencintaimu kak Jane oh maaf aku mencintaimu Park Ruby Jane" Sean

Jane hanya diam. Dia butuh waktu untuk mencerna semuanya walaupun sebenarnya dia punya rasa yang sama "Apa boleh?" Jane

"Kita bukan saudara kandung" Sean

"T-tapi Sean..." Jane

"Kau tidak mencintaiku?" Sean masih mendongak bertatapan dengan Jane dengan tatapan sayu

Jane menunduk menatap dalam mata Sean, apa yang akan ia katakan untuk menjawab pertanyaan Sean? Tidak, dia tidak menjawab. Jane hanya menatap Sean, mendekat lalu mencium bibir Sean dengan lembut


Hate but LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang